Suami Lelangan

Suami Lelangan

Rumah yang Tergadai

Sudah sepekan ini kepalaku berdenyut sakit. Tubuh terasa lelah karena kurang istirahat. Bagaimana aku bisa beristirahat dengan tenang jika kepalaku terus memikirkan cara untuk menebus utang? Minggu ini jatuh tempo, jika tidak bisa menebusnya tentu saja rumah peninggalan orang tuaku itu akan hilang. Ya Tuhan! Rasanya kepalaku benar-benar ingin pecah sekarang. Di mana bisa kudapatkan dengan mudah uang sebanyak itu?

Apa aku harus melacur saja? Pekerjaan itu tergolong mudah, ‘kan? Tinggal buat status di media sosial, aku yakin banyak yang mau membayar tubuhku walaupun wajah ini tergolong pas-pasan. Sebab, kurasa nafsu lelaki tidak selalu butuh kecantikan fisik, ‘kan? Gila! Ini pikiran benar-benar sudah melampaui batas. Bisa-bisa aku dikutuk menjadi batu oleh almarhum kedua orang tuaku, jika khayalan tersebut direalisasikan ke dalam dunia nyata.

Pintu kamar dibuka tanpa diketuk. Si pemilik rumah sementara tempatku menumpang melangkah masuk dengan baki di tangan. Setelah meletakkan bawaannya di atas nakas, wanita itu menarik kursi dari depan meja rias ke hadapanku. Diriku yang duduk di pinggir ranjang dengan kaki menjuntai ke lantai harus mengubah posisi jadi bersila. Pasti akan ada petuah yang dia sampaikan.

Pemilik rumah ini adalah Amanda. Aku beruntung memiliki sahabat sebaik dia dan mau menampungku untuk sementara di rumah ini. Padahal dia dan suaminya merupakan pengantin baru. Katakanlah, aku sebagai ujian kebahagiaan keduanya.

Setelah mengetahui kabar dariku jika satu-satunya tempat tinggalku telah tergadaikan, Amanda pun langsung menawarkan bantuan. Awalnya aku menolak, sebab tak ingin mengganggu kemesraan mereka. Dia dan suaminya baru dua bulan menikah. Kata orang, pengantin baru itu sedang hangat-hangatnya. Entah apa yang hangat, otakku sedang tak ingin memikirkan.

Akan tetapi, bukan Amanda namanya kalau tidak bisa merayuku. Akhirnya, dengan terpaksa diriku pun mau tinggal di rumahnya. Dua hari lalu, suami Amanda ada keperluan ke luar kota. Hal itu cukup membuatku lega karena kedua mata ini tidak harus ternoda melihat kemesraan keduanya.

“Gimana keadaan kamu?” tanya Amanda dengan tatapan lekat lalu bergerak pelan untuk mengambil cangkir di atas nampan dan memberikannya kepadaku.

Aku mengambil teh hangat itu dari tangan Amanda lalu menyeruput pelan. Rasa hangatnya sampai ke perut dengan sensasi daun mint yang menenangkan. Tanpa mengembalikan cangkir yang isinya tinggal setengah itu, kuletakkan ke atas pangkuan.

“Beginilah. Apa aku harus menjual diri saja ya, biar dapat uang cepet?” tanyaku lesu yang langsung mendapat pukulan kencang di paha.

“Suka ngaco, deh. Kamu bakalan nyesel seumur hidup kalau mengambil pekerjaan itu,” ketusnya. “Sorri, ya. Aku juga belum bisa bantu banyak. Mas Wira, ‘kan, lagi merintis cabang di Sumatera. Jadi uangnya udah dioper ke sana semua,” terangnya dengan ekspresi bersalah.

Aku tertawa pelan lalu berkata yang sedikit menghibur, “Udah mau menampung hidupku selama seminggu ini, aku sudah berterima kasih banget. Jangan dipikirin lah, entar pasti ada jalan keluarnya.”

“Aamiin. Iya pasti ada jalan keluarnya. Kamu harus bersabar aja,” sahutnya lembut.

“Iya, jalan keluarnya itu banyak. Cuma aku belum nemu pintu sama kuncinya, entah terselip di mana kedua benda itu. Kayaknya, emang mataku yang kabur, deh.” Selanjutnya, kami hanya tertawa bersama tanpa melanjutkan obrolan.

Hening. Aku benci keadaan ini. Keadaan saat di mana otakku berputar-putar mencari solusi. Sedangkan wanita di hadapanku juga sepertinya telah kehabisan kata untuk menghibur.

Amanda berdeham pelan lalu berujar, “Habis ini makan terus minum obat ya. Biar cepat sembuh, tuh, kepala. Semalam juga sampai panas, ‘kan, badan kamu. Terlalu keras mikir, sih.”

“Siap.” Aku memberi hormat dengan satu tangan.

Amanda mengambil cangkir di tanganku lalu melangkah keluar kamar meninggalkan diriku yang menatap kosong ke arahnya.

Kurang dari satu menit, Amanda berbalik dan memanggilku agar mengikuti langkahnya ke dapur. Dengan langkah lesu, aku mengikutinya tanpa membantah.

Setelah menghabiskan bubur ayam dan meneguk pil obat, lalu berpamitan kepada pemilik rumah. Aku pun kembali masuk ke kamar. Rasanya, sedang tidak berminat untuk sekadar mengobrol atau apa pun. Lebih baik tidur saja. Mungkin, setelah menghabiskan waktu untuk terlelap, saat membuka mata nanti kehidupan yang kujalani ini berubah. Tiba-tiba di sampingku ada uang ratusan juta, misalnya. ‘Kan lumayan digunakan untuk membayar utang, membayar uang kuliah yang terbengkalai, terus mernovasi rumah. Ah, senangnya. Membayangkannya saja membuatku senyam-senyum, apalagi kalau jadi kenyataan. Pasti aku jingkrak-jingkrak.

Oh, Tuhan! Tolong hamba yang lemah ini ya ... tolong kirimkan aku uang dua ratus juta untuk menebus rumah peninggalan orang tuaku.

Aku menangadah, menatap langi-langit kamar seraya mengangkat kedua tangan. Kedua mata terpejam erat dengan bibir berkomat-kamit merapal doa. Ada kesungguhan di dalam hatiku untuk setiap keinginan yang disampaikan.

Aku janji akan jadi anak baik, sering mengunjungi makam kedua orang tuaku dan segera menyelesaikan skripsi. Tolong aku ya Allah. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aamiin.

Aku mengusap wajah dengan kedua tangan. Lantas memejamkan mata sembari membayangkan uang dua ratus juta itu di genggaman tangan. Tidak berapa lama kemudian, mataku pun terpejam lalu terlelap.

Entah berapa lama aku berada dalam dunia mimpi. Uang dua ratus juta itu berada dalam genggaman. Aku melonjak-lonjak saking senangnya. Namun tiba-tiba, kertas berwarna merah itu hilang dalam sekejap. Air mataku mengalir tak terbendung lagi. Ibarat sebuah bendungan yang jebol. Diriku meraung-raung karena kehilangan. Goncangan di tubuh diiringi panggilan membangunkan aku.

“Kamu mimpi, Ayna.” Amanda membantuku untuk duduk. Dia pun meletakkan bantal di belakang punggungku agar diriku bisa duduk dengan nyaman.

Aku masih sesunggukan. Mimpi barusan seolah nyata. Sampai-sampai aku menangis karenanya.

“Aku udah dapat uang dua ratus juta itu, Manda,” ucapku terbata. Kedua tanganku menghapus air mata secara bergantian. “Tapi, tiba-tiba uang itu lenyap tak bersisa. Padahal belum kubayarkan untuk menebus rumah,” lanjutku kemudian meraung lagi.

“Semoga dapat uangnya segera menjadi kenyataan, ya,” ujar Amanda pelan.

“Iya, tapi belum kubayarkan untuk menebus rumah uanganya malah udah hilang!” seruku seperti anak kecil. Lupakan rasa malu, aku harus meluapkan sesak di dada ini.

“Ya, mungkin, mimpi kamu belum selesai, Ayna. Bisa jadi, uangnya sudah dibayarkan tapi kamu enggak sadar,” sahut Amanda lagi. “Nanti kalau sudah dapat uangnya beneran, kamu harus cepat-cepat bayar rumah,” lanjutnya seraya mengelus lenganku.

“Iya, aku harus segera membayar. Enggak mau hilang lagi. Cukup dalam mimpi saja,” balasku setuju.

“Dah, sekarang mending kamu mandi. Biar seger. Bik Ratih udah siapin air hangat.” Aku hanya mengangguk setuju mendengar penuturan Amanda. “Setelah itu ngapain, kek, baca-baca berita di internet atau di mana, kek. Biar enggak bosan dan kamu ada kerjaan enggak ngelamun terus,” lanjutnya seperti seorang ibu yang tengah menasihati anaknya. Lagi-lagi aku hanya mengangguk, tidak berniat sedikit pun untuk membantah atau pun menyela. Rasanya tubuhku lelah semua.

Tanpa kata, aku pun turun dari ranjang lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Berendam di bathub dengan air hangat sedikit meringankan rasa capek di raga. Setelah beberapa menit kemudian, diriku bangkit dan menyelesaikan mandi di bawah kucuran shower. Kemudian, keluar dari ruangan dingin itu dan berganti pakaian.

Terpopuler

Comments

Susi Brata

Susi Brata

nbg

2023-02-01

0

Gomen nasai

Gomen nasai

Kadang kalau ada masalah sampai kepikiran terus ujungnya ujungnya kebawah mimpi

2022-12-29

0

Susi Momnya Anas

Susi Momnya Anas

2
ini rak buku ku dah lama to kok aku nmr 2 like...
kenapa sepi..?

2022-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!