My Queen

My Queen

Hari bahagia sekaligus berduka

Ikrar pernikahan terdengar dengan lantang dari bibir seorang pria berusia 27 tahun ketika mengucapkan janji suci untuk mengikat seorang gadis yang baru genap 17 tahun itu dalam sebuah ikatan pernikahan, tepat di depan seorang pria paruh bayah yang tengah terbaring di atas brangkar rumah sakit tempat ia di rawat.

"Sah." Ucap beberapa dokter dan kerabat yang menjaganya sekaligus menjadi saksi pernikahan dadakan itu.

Gadis yang baru genap 17 belas tahun itu bernama Queen Anara Ardely. Dia terpaksa menerima perjodohan yang di tawarkan sang kakek untuk menikah dengan pria entah dia tidak tahu siapa namanya, karena mereka baru bertemu hari ini dan langsung di nikahkan oleh kakeknya.

Awalnya Anara ingin menolak, tapi kakeknya berkata, jika ia merasa umurnya sudah tidak akan lama lagi, dia takut meninggalkan Anara seorang diri, selain itu dia juga tidak ingin berhutang kepada keluarga lelaki yang baru saja menikahinya, karena kakek dari pria itu yang membiayai pengobatan kakeknya Anara selama ini.

"Silahkan cium tangan suaminya." Ucap sang penghulu, kepada Anara.

" Tidak perlu, berikan saja berkas yang harus saya tanda tangani! jangan membuat waktuku yang berharga." Sahut pria itu. Dengan tatapan mengintimidasinya tanpa menatap kepada Anara dan Anara pun tidak berani menatapnya ia hanya menunduk sambil memiling jari-jari tangannya.

Lelaki itu kemudian menandatangani berkas-berkas pernikahan mereka, setelah itu sang penghulu memberikannya untuk Anara, tapi belum sempat Anara tanda tangan, pria itu sudah berdiri dari duduknya, lalu merapikan jas nya dan meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah katapun.

Anara mendongak kepalanya keatas, kemudian menengok kekanakan dan dia hanya melihat punggung pria yang berstatus sebagai suaminya itu menghilang dibalik pintu.

"Jangan Diambil Hati, dia memang seperti itu." Ucap kakek mertuanya, setelah itu Anara pun menandatangani berkas di hadapannya.

Usai tanda tangan, sang penghulu memberikan dua buku nikah itu kepada Anara, namun kakek mertuanya dengan cepat mengambilnya dari tangan Anara.

"Biar kakek yang simpan." Ucap pria paruh baya itu. Sebab ia takut jika keduanya akan mengurus perceraian mereka tanpa sepengetahuannya jika buku nikah itu ada pada mereka berdua.

Anara pun tidak dapat berbuat apa-apa dia hanya mengangguk setuju dengan usul kakek mertuanya.

...\=\=\=\=\=...

Setelah ikrar pernikahan itu selesai, semua orang berpamitan untuk pulang dan tinggallah Anara yang menemani kakeknya di rumah sakit.

Selama di rawat di rumah sakit, Anaralah yang merawat dan menemani kakeknya, ia tidak pernah meninggalkan kakeknya, karena Anara sangat menyayangi kakeknya.

Kakeknya begitu berarti untuk Anara, karena sang kakek-lah yang merawat dia sejak usia delapan tahun, sejak mama dan papanya meninggal sembilan tahun lalu di akibatkan kecelakaan pesawat, saat mamanya akan menemani papanya menghadiri pernikahan adik papanya di Prancis, itu juga pertama kali untuk sang mama bertemu dengan keluarga papanya namun naas mereka tidak pernah bertemu karena kecelakaan itu.

Ya Anara memiliki darah blasteran, mama Indonesia dan papa berasal dari Prancis saat itu mereka tidak membawa Anara Karena hubungan mamanya dengan keluarga papanya tidak baik selain itu juga sang kakek juga tidak mengizinkannya pergi sebab dia adalah penghibur kakeknya.

Untung saja Anara menurut dan tak merengek untuk ikut dengan orang tuanya, kalau tidak mungkin Anara hanya tinggal nama saja seperti kedua orang tuanya.

"Maafkan kakek Nara, kakek sudah menyusahkan kamu." Ucap pria paruh baya itu dengan raut bersalahnya.

Ia bahkan merasa sebagai orang yang begitu jahat, karena baru saja menjual cucu sematawayangnya itu kepada keluarga Atmaja dengan kedo perjodohan.

"Kakek jangan merasa bersalah kepada Anara, Anara yang mau menikah dengan cucunya kakek Atmaja." Ucap Anara meyakinkan sang kakek sembari mengusap punggung tangan kakeknya yang sudah keriput, rasanya sudah tidak ada isi lagi di sana hanya kulit yang bungkus tulang sebab kakeknya itu sudah lama terbaring sakit dikarenakan penyakit hipertensi dan stroke yang pernah menipanya dua tahun lalu kembali kambuh.

"Tapi Nara_"

" Kakek jangan bicara lagi, sebaiknya kakek istirahat agar kakek bisa cepat sembuh dan bisa menemani Anara lagi." Anara sengaja memotong ucapan kakeknya, karena tidak ingin pria paruh baya semakin kepikiran, apalagi mengingat sikap suaminya tadi.

"Baiklah, Kakek akan istirahat! Tapi Nara harus janji sama kakek, Nara akan melanjutkan sekolah Nara lagi." Pinta pria paruh baya itu penuh harap. Sebab dia begitu merasa bersalah kepada Anara.

Bagaimana tidak, sakit yang ia derita saat ini membuat Anara tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena tidak ada biaya, padahal keluarga papanya begitu kaya namun mereka tidak mengakui Anara adalah bagian dari mereka, hanya karena papanya menikahi mamanya tanpa restu mereka. Padahal masalah itu sudah lama berlalu tapi mereka kembali mengungkitnya setelah kematian papanya.

Walaupun begitu, Anara tetap bersyukur karena dia mempunyai kakek dan nenek yang begitu menyayangi, sekalipun mereka hidup serba kekurangan tapi ia mendapatkan limpahan kasih sayang dari kakek dan neneknya, sayangnya dua tahun lalu tuhan lebih dulu memanggil neneknya, hingga membuat sang kakek kepikiran dan berakhir sakit-sakitan sampai detik ini.

Baru enam bulan yang lalu mereka bertemu dengan kakek Atmaja melalui inside kecil dimana mobil kakek Atmaja, hampir saja menabrak Anara waktu itu.

"Kakek Atmaja akan mengurus semuanya dan Nara tinggal bersekolah lagi, Nara mau ya! Nara harus membuktikan kepada mereka jika Nara bisa menjadi orang sukses tanpa bantuan mereka." Mohon pria paruh baya itu sembari memotivasi cucunya untuk kembali melanjutkan pendidikannya, karena Anara adalah anak yang pintar.

Anara pun mengangguk kepalanya." Janji." Ucap sang kakek lagi sembari memberikan jari kelingking untuk Anara.

" Nara janji, akan sekolah sampai membuat kakek bangga punya Anara." Gadis itu menautkan jarinya dengan jari sang kakek sambil tersenyum lebar.

Siapa sangka senyum itu menjadi senyum terakhirnya yang dia tunjukkan untuk sang kakek, Karena begitu kakeknya beristirahat, pria itu tidak pernah bangun lagi dan meninggalkan Anara seorang diri untuk selama-lamanya.

Hari pernikahan sekaligus Hari berduka untuk Anara, di pagi harinya dia menikah dan siang harinya dokter menyatakan kakeknya telah beristirahat untuk selama-lamanya.

Sungguh malang Nasib seorang Anara tapi mau bagaimana mana lagi, ini takdir yang harus ia lewati.

Kakek Atmaja kembali ke rumah sakit untuk mengurus segala administrasi dan jenazah kakeknya, lalu sore Harinya kakeknya di makamkan. Hanya kakek Atmaja dan asisten dari suaminya yang menemaninya di makam itu setelah tetangga Anara kembali ke rumah mereka masing-masing.

"Ayo nak kita pulang, kakek kamu sudah bahagia di sana, dia sudah tidak merasakan sakit lagi." Ucap Pria paruh bayah yang masih terlihat gagah di usianya yang hampir menginjak kepala tujuh itu.

"Kakek Atmaja benar, kakek sudah bahagia di sana, sudah tidak sakit lagi, bahkan sekarang kakek telah berkumpul dengan nenek, mama dan papa. Kakek meninggalkan Anara sendiri di sini." Ucap anara begitu lirih sembari mengusap nisan kakeknya yang terbuat dari kayu. Tidak ada air mata yang keluar dari kedua manik biru itu, namun raut kesedihan tergambar jelas di wajahnya.

Terpopuler

Comments

anita

anita

anara mungkin hatinya terlalu keras shingga untuk mnangispun sdh tk mampu

2024-05-28

0

Endang Priya

Endang Priya

baru mlipir. eh gadis blasteran pastinya cantik dong.

2023-03-01

0

Lia Fadliiea

Lia Fadliiea

baru mampir aku kak vi

2023-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!