Setelah pindah ke rumah suaminya dan di sekolahkan di salah satu SMA swasta, apa kehidupan dan perasaan Anara jauh lebih baik. Jawabnya tentu tidak.
Karena gadis itu tidak jauh berbeda dengan seekor burung dalam sangkar emas. Bagaimana tidak ia hanya bisa keluar rumah untuk sekolah saja, begitu waktu sekolah selesai Anara sudah harus kembali ke rumah suaminya, bahkan jika dia terlambat keluar kelas lima menit saja pak Mardi akan langsung mencarinya ke kelas.
Anara tidak pernah melawan dia selalu menuruti kemauan mereka, Ketika mereka berkata. 'Nona, tuan melarang anda untuk melakukan ini dan itu, kata tuan anda harus begini dan begitu bla bla bla.' Tapi baiknya dia, dia tetap menurutinya, apa karena harta, status. Tentu saja tidak. Anara menurut mereka karena dia ingin menepati janjinya kepada mendiang sang kakek untuk sekolah hingga menjadi orang yang sukses itu saja.
Walaupun terkadang dia merasa bosan dan muak dengan kehidupannya. Semua kebebasannya terenggut ketika dia memasuki rumah ini. Janji kakek Atmaja bahwa dia bisa mengunjungi rumah kakeknya Sesekali tidak pernah terjadi, hingga terbesit pikiran untuk lari dari rumah itu dan yang paling fatalnya ingin mengakhiri semuanya termasuk hidupnya tapi pada akhirnya dia tetap memilih bertahan.
Dan tidak terasa sudah hampir lima tahun dia melewati itu semua."Selamat pagi, nona." Ujar Bi Yati sembari membuka tirai jendela kamar Anara, Membuat gadis itu sedikit terkejut.
Pasalnya dia sudah bangun sejak tadi hanya saja, dia sedang memikirkan kehidupannya yang membosankan selama beberapa tahun terakhir ini dan terkejut karena wanita paruh baya itu sudah berada di kamarnya.
Dan mulai hari ini Antara sudah mutuskan langkah apa yang harus dia ambil.." Pagi." Sahutnya setelah itu ia beranjak dari ranjang kemudian melangkah menuju bathroom untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke kampus.
Lima belas menit berlalu Anara sudah siap untuk berangkat ke kampus, gadis itu keluar dari kamarnya, langsung di sambut senyum paman Ben dan sapaan pria itu seperti biasanya." Selamat pagi Nona." Ucapnya dengan sedikit membungkuk. Anara pun sudah terbiasa dengan hal itu.
"Pagi paman, paman ada yang mau anara katakan kepada tuannya paman." Lelaki di hadapannya mengangguk.
"Sebaiknya anda sarapan terlebih dulu. Karena saya juga akan menyampaikan pesan dari tuan untuk anda."balas Ben.
" Apa yang ingin paman sampaikan, soalnya Anara ada kelas setengah jam lagi, nanti Anara sarapannya di kantin saja." Ujar Anara.
Lelaki paruh baya itu terlihat berpikir sejenak sebelum menjawabnya." Tuan berpesan agar anda mengambil KKN alternatif saja, Nanti pak Mardi yang akan mengantar jemput Anda! Anda dilarang ikut KKN reguler."
Mendengar itu, bibir Anara tersenyum sembari mengepalkan tangannya, kapan pria itu berhenti mengangaturnya melalui pria di hadapannya ini, sementara pria itu saja tidak pernah mengunjunginya, jangankan mengunjungi, foto, nama bahkan bentuk rupanya seperti apa saja Anara tidak tahu.
"Terima kasih paman Ben dan tolong sampaikan pesan saya kepada tuan anda itu, saya minta diceraikan." Setelah itu Anara berlalu dari hadapan pria paruh baya itu begitu saja.
Sudah cukup waktunya terbuang selama ini dan dia tidak ingin mati karena tekanan mereka.
Dan mulai hari ini dia memutuskan untuk melawan dia juga akan meminta cerai dari pria tanpa wujud itu.
...\=\=\=\=\=\=...
Setibanya di kampus Anara langsung keluar dari mobil itu tanpa sepatah katapun seperti biasanya.
Gadis itu melangkah menyusuri koridor kampus, hingga seseorang dari arah belakang merangkul pundaknya." Selamat pagi, Ara." Sapa pria itu.
"Pagi Indra." Balas Ara seperti biasa tanpa senyum. Entah kemana senyum gadis itu." Kamu juga punya kelas pagi ini?" Lanjutnya bertanya.
" Iya, satu jam lagi." Jawab Indra.
Pria yang bernama Indra ini adalah salah satu sahabat Anara, mereka kenal waktu SMA dan persahabatan mereka berlanjut sampai sekarang, bukan hanya Indra saja Anara juga memiliki tiga sahabat lain yaitu Chika, Nathalia dan Tommy.
Kelimanya bersahabat dengan baik sejak SMA dan berkuliah pun di kampus yang sama, hanya fakultas mereka yang berbeda. Indra fakultas ilmu komputer, Chika Hukum, Anara dan Nathalia satu fakultas sekaligus satu kelas manajemen sedang Tommy kedokteran.
"Rajin amat datang pagi."
"Gimana lagi, aku bosan di rumah! Mending juga ke kampus lihat wajah kamu dan Nat, sekalian cari pacar, lagi jomblo ini." Ucap pria itu sembari menaik-turunkan alisnya. Membuat Anara memutar kedua bola matanya malas.
Sahabatnya itu, selain pintar dia juga fakboy, jadi seribu satu rayuan gombal sudah tersimpan di ujung lidahnya tinggal mencari mangsa untuk dia lahap. Bayangkan saja dalam seminggu dia bisa menganti pacar dua, tiga kali
Plak
"Dasar buaya."
Anara memukul punggung Indra dengan tasnya kemudian berjalan cepat menuju kantin fakultas manejemen, di ikuti oleh Indra tentunya.
...\=\=\=\=...
" Ara, Nat nyariin kamu." Ujar Indra sembari memainkan ponselnya. Keduanya saat ini tengah sarapan bersama di kantin.
" Suruh kesini." Sahut Anara sambil menikmati sepiring nasi goreng dan jus yang di pesan Indra untuk mereka berdua.
"Oke." Indra pun mengirim pesan kepada Nat, kalau mereka mereka berdua menunggunya di kantin.
Setelah itu keduanya kembali sarapan dalam diam, sebelum Anara memecahkan kesunyian di antara mereka.
" Indra," panggil gadis itu.
"Hmm."
"Tolong cariin aku kerjaan dong."
" Hah, apa?"
"Cariin aku pekerjaan Indra, budek tu kuping." Teriak Anara.
" Oh oke."
Satu detik, dua detik." Hah, serius kamu mau kerja? Tapi kenapa?" Tanya Indra seakan baru sadar dengan apa yang di katakan Anara.
Wanita itu kembali mendesah pendek. Lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. " Aku pengen pergi dari rumah itu. Makanya aku butuh pekerjaan." Jawab Anara.
Indra dan yang lainnya tidak tahu dengan status Anara, mereka cuma tahu Anara diadopsi dan di perlakukan seperti burung dalam sangkar emas, Anara memang menceritakan semuanya kepada mereka kecuali status dari istri menjadi anak adopsi.
"Kamu yakin dengan keputusan kamu ini, sebaiknya dipikirkan dulu, karena diluar sana itu tidak selamanya indah, kamu harus siap menghadapi berbagai macam hal." Ucap Indra menasehati."Jangan pergi hanya karena emosi sesaat, aku yakin apa yang mereka lakukan itu karena ingin menjaga kamu." Lanjutnya sembari menggenggam tangan Anara untuk menguatkannya.
"Tapi keputusan aku sudah bulat, aku akan tetap pergi dari rumah itu." Indra mengangguk, dia sebenarnya juga kasih dengan nasib Anara tapi dia tidak ingin sahabatnya itu sampai salah mengambil keputusan.
"Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan kamu, aku akan membantumu mencari pekerjaan."
"Terima kasih." Ucap gadis itu sambil tersenyum, senyum yang jarang sekali ia tunjukkan.
"Tumben senyum, di gombalin apa sama suhunya buaya ini." Tanya Nat yang baru saja datang lalu duduk di samping Anara.
"Ara mau kabur dari rumah." Ucap Indra membuat Anara membulatkan kedua matanya.
"Serius Ra, kabur ke rumah aku aja! Kebetulan orang tua aku sedang keluar kota." Ucap Nat diluar dugaan.
" Dasar teman dhazal, bukannya dilarang malah didukung." Indra langsung menyentil jidat Nat membuat wanita itu meringis sementara Anara hanya menggeleng kepalanya melihat tingkah mereka.
"Sakit setan." Umpat Natalia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Raffa Iskandar
wah ko ada y rumah tangga tampa wujud.yg sabar nara mungkin kedepanya kamu bahagia🙏
2023-01-03
0
Puja Kesuma
mana mgkin evan menceraikan kamu queen...pasti dia slalu memantau kamu melihat kamu tp kamu aja yg gk pernah melihatnya
2023-01-03
0
mbak i
mungkin ini bentuknkeposesifan Evan😁😁😁Nara,,,nggak pernah liat wujud epan tapi kan epan merhatiin Nara terus,,,meski dari jauh🤣
2022-12-25
3