Penyesalan Suami : Pecah Seribu
"Kejutan...,"
Nafa masuk ke dalam ruangan Ravi sembari berteriak. Sengaja dia tak memberi tahu kedatangannya ke kantor karena ingin memberi kejutan untuknya. Namun senyum yang terukir sejak masih berada di parkiran, sirna seketika. Bersamaan dengan terjatuhnya tart dan buket bunga dari tangannya. Perlahan namun pasti, air matanya luruh. Menyaksikan dua manusia yang sedang bergelung mesra dia atas sofa ruang itu.
Seharusnya, malam itu adalah adalah malam yang paling membahagiakan untuk Nafa dan Ravi. Peringatan ulang tahun ke tiga pernikahan yang seharusnya menjadi malam indah penuh kenangan berubah menjadi malam kelam paling menyakitkan.
"Nafa!"
Ravi menoleh ke arah Nafa, menatapnya terkejut. Kemudian bangkit dari atas tubuh wanita setengah telanjang yang sedang bersamanya. Lalu memungut kemeja di atas lantai dan berdiri memunggungi nafa sambil memakainya.
"Kenapa ke sini?" Tanya Ravi sambil mengaitkan kancing kemeja hingga selesai. Suaranya dingin, seakan tidak terjadi apa-apa saat itu.
"Apa-apaan ini!" Nafa bertanya balik dengan suara bergetar. Bahkan kedua bola matanya masih penuh dengan genangan air mata. Namun dia segera menghapusnya dengan kasar.
Namun pertanyaan Nafa diabaikan. Ravi justru memungut pakaian milik wanita itu lalu melemparkannya tepat ke atas tubuh wanita itu. Berisyarat agar wanita itu segera memakainya.
"Mas, bisa kamu jelaskan?" Nafa mendekat pada Ravi, menatapnya kecewa. Perih, sungguh dia tak ingin percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Seperti yang kamu lihat!" Jawab Ravi sinis. Seolah tak merasa bersalah atas perbuatannya.
"Tega kamu! Apa salahku, sampai kamu melakukan perbuatan menjijikan seperti ini!" Nafa benar-benar kecewa. Tatapannya kini berubah tajam penuh amarah.
Namun, sekali lagi Ravi tak peduli. Dia justru berjalan menuju kursi kebesarannya lalu duduk dengan menyalakan sebatang rokok. Satu kali tiupan, asap putih mengepul di udara. Sehingga pandangan Nafa pada Ravi sedikit kabur karena tertutup asap.
Sementara wanita yang kini telah berpakaian lengkap itu berjalan ke arah Ravi. Kemudian duduk di armerst kursi kebesaran Ravi sambil merangkul mesra pundak Ravi. Membuat Nafa semakin menatap marah pada dua manusia yang ada di hadapannya.
"Mas, kamu bisa jelaskan arti semua ini?" Lagi, Nafa mempertanyakan perbuatan Ravi. Meskipun tahu arti dari perbuatan Ravi, tetap dia ingin mendengar sendiri penjelasan dari Ravi.
"Kamu ini bo doh atau tolol sih! Penjelasan apa lagi yang kamu inginkan!"
Namun jawaban itu justru keluar dari mulut Marsha. Sementara Ravi masih diam menikmati sebatang rokok dengan santai. Seolah dia sedang sendiri di dalam ruangan itu.
"Diam kamu! Aku tidak ada urusan dengan kamu!" Nafa memperingatkan Marsha dengan jari telunjuk terangkat menunjuk ke arah Marsha. Muak sekali rasanya melihat wanita ular seperti Marsha.
"Sekali lagi aku tanya sama kamu, Mas. Apa artinya semua ini?" Nafa menelan ludah perlahan. Berusaha menormalkan amarahnya. Mempersiapkan hati mendengar jawaban Ravi nantinya.
Namun hingga beberapa saat Ravi tak kunjung membuka mulut. Justeru masih sibuk menghisap rokok dengan santainya. Kemudian mematikan puntungnya dengan cara menekan di atas asbak hingga baranya benar-benar padam.
"Sudahlah, apalagi yang kamu inginkan. Semua sudah jelas bukan?" Lagi, Marsha menyela keheningan di antara Nafa dan Ravi.
Nafa semakin berang, menatap tajam ke arah Marsha. "Pergi kamu wanita murahan! Jauh-jauh dari suamiku! Jangan pernah kamu menyentuhnya, pergi!" Lalu menarik tangan Marsha agar menjauh dari Ravi.
"Apa-apaan sih!" Marsha menghempaskan cengkraman tangan Nafa dari lengannya dengan tatapan tak suka.
"Dasar wanita bia dap! Sudah berbuat salah masih pura-pura suci! Pergi kamu! Pergi!"
Nafa berteriak dengan nada penuh emosional. Dadanya pun terasa sesak karena amarah yang masih sebisa mungkin di tahan.
"Seharusnya, kamu yang pergi! Nggak sadar diri banget sih!" Ucap Marsha balas berteriak. Tatapannya pun tak kalah tajam.
"Ka ...."
"Cukup! Hentikan!" Akhirnya Ravi berdiri menghentikan kalimat Nafa, memisahkan perang mulut antara dua wanita itu.
"Dengar Nafa, nggak perlu aku perjelas lagi."
"Kenapa, Mas? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?" Air mata Nafa semakin deras membanjiri kedua pipinya. Adakah kesalahannya hingga membuat Ravi tega berkhianat di belakangnya.
"Kenapa kamu bilang?" Ravi menatap Nafa dengan dahi berkerut. "Bukankah kamu yang memulai? Dan yang aku lakukan ini, karena perbuatan kamu di belakangku!" Ravi berteriak marah pada Nafa sambil menatapnya tajam.
"Memangnya apa yang aku lakukan di belakangmu?"
"Jangan pura-pura bo doh! Dengar ya, aku bukan orang lemah yang akan diam saja mengetahui kelakuan kamu di belakangku!"
Nafa masih bertanya-tanya, kesalahan apa yang dia lakukan hingga Ravi membalasnya dengan pengkhianatan.
"Sungguh, aku tidak tahu, Mas. Jelaskan padaku apa yang membuatmu sangat marah padaku?"
Ravi menarik laci meja kerjanya lalu melempar beberapa lembar foto tepat ke wajah Nafa. Hingga membuat foto itu berhamburan dan jatuh ke lantai.
Nafa berjongkok mengambil salah satu foto yang paling dekat dengannya saat itu. Sedetik kemudian matanya membelalak terkejut menatap gambar hitam putih yang di ambil dari kamera cctv. Tidak terlalu jelas memang, tapi cukup membuat Nafa paham bahwa wanita dalam foto itu adalah dirinya yang sedang beradu panas dengan seorang laki-laki di atas ranjang.
"Masih berani mengelak kamu?" Tidak ada lagi suara lembut penuh cinta yang keluar dari mulut Ravi.
"A-apa ini, Mas?" Tanya Nafa dengan suara bergetar. Sungguh dia tak mengerti kenapa wajah wanita dalam foto itu bisa mirip seperti dirinya.
"Seharusnya aku yang tanya! Apa itu!" Namun Rafi justru membentak sambil menunjuk kearah foto yang ada di tangan Nafa.
"Ini bukan aku, Mas. Aku nggak pernah melakukan hal seperti ini!" Nafa memberi penjelasan. Tapi sepertinya Ravi sama sekali tak percaya padanya. Terbukti dengan senyum sinis yang terukir di bibirnya.
"Dasar, wanita pembohong!" Gumam Ravi sembari berdiri.
"Mas, sungguh. Aku tidak pernah melakukan itu. Dan orang yang ada di foto ini bukan aku!" Sekali lagi Nafa berusaha memberi penjelasan. Bahwa bukan dirinya yang ada dalam foto itu.
"Wanita murah an! Sudah ketangkap basah masih berani mengelak! Benar-benar tidak tahu malu. Nyesel aku mungut kamu jadi istri aku!" Ravi mendecih menghina Nafa. Seolah Nafa adalah benda menjijikan yang sama sekali tidak berharga yang dipungut dari tempat pembuangan sampah.
"Mas, aku benar-benar tidak tahu, dan aku tidak pernah melakukan hal menjijikan seperti yang kamu lakukan dengan wanita ini." Nafa tak tahan lagi untuk memaki. Bukannya mengakui kesalahannya, tapi Ravi justeru mencari kesalahan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan.
"Kurang ajar, kamu!" Teriak Ravi penuh amarah. Bersamaan dengan suara tamparan keras di sebelah pipi Nafa. Hingga membuat kepala Nafa menoleh sebab kerasnya tamparan.
Nafa menatap Ravi pias. Ini bukanlah Ravi suaminya, Ravi tidak akan pernah berbuat kasar padanya. Perasaannya mengatakan bahwa saat ini Ravi sedang sedang dikuasai oleh orang lain.
"Mas, sumpah demi apapun. Aku tidak pernah berbuat seperti itu. Dan yang ada di dalam foto itu, bukan aku." Meski sia-sia, Nafa berusaha menyakinkan Ravi bahwa bukan dirinya yang yang ada dalam foto itu.
"Cukup! Aku sudah muak mendengar ocehan mu! Pergi kamu dari hadapanku wanita murahan!" Ravi menunjuk kearah pintu keluar dengan wajah merah padam. "Jangan pernah kamu tampakkan wajahmu dihadapanku. Aku benar-benar jijik melihat wanita mu rahhan sepertimu. Pergi!" Imbuhnya dengan berteriak kemudian berbalik membelakangi Nafa sambil menyisir rambutnya ke belakang.
Nafa hanya bisa menangis, sekeras apapun dia membela dirinya tetap Ravi tidak akan pernah percaya. Apalagi saat ini Ravi sedang di kuasai amarah. Dengan langkah gontai, Nafa berbalik dan melangkah pergi.
"Oh ya, satu lagi! Aku akan mengirimkan surat perceraian kita!" Ucap Ravi sambil berbalik menghadap Nafa. Membuat langkah Nafa seketika berhenti, kemudian memejamkan mata tanpa berbalik. Meski hatinya sangat ingin melihat kesungguhan di wajah Ravi atas ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Erna Wati
blm apa apa udah sesak /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
2024-10-09
1
mama oca
hai...salam kenal kak saya hadir
2023-08-25
0
Dwisya12Aurizra
Hai.. salken, aku mampir 😊
2023-01-13
0