Terjebak Dalam Cinta
"Tolong sekali ini saja Daddy penuhi permintaanku" mohon Zara sambil memeluk kaki Daddynya.
"Nak ini semua demi masa depanmu" bukan Dad Horrison yang berbicara tetapi wanita yang telah melahirkannya, Mom Lucy
"Mom-" belum sempat Zara menyelesaikan ucapannya suara dingin Daddynya membuatnya diam dan terpaku ditempat "Kalau kau tak mau menikah dengannya maka biarkan kami pergi dengan rasa kecewa" setelah mengatakan itu pria paruh baya yang masih sangat tampan itu berlalu meninggalkan Zara dengan tangisannya yang sangat memilukan.
Zara Florenzia anak tunggal dari sepasang suami istri yang sangat di segani disemua kalangan atas, kepopulerannya sudah tidak bisa dianggap biasa, semua orang mengaguminya, bahkan ada sebagian yang menjadi penjilat untuk dapat merasakan kemewahannya.
Namun kemewahannya tak mampu membuat Zara putrinya tetap berdiam diri dirumah menikmati gelimangan harta dan kemewahan yang disugukan.
Zara lebih memilih bekerja diluar dengan upah dibawah upah maid di kediamannya, namun ia puas dan bahagia karena bisa merasakan hasil kerja kerasnya sendiri.
Itulah salah satu penyebab Daddy dan Mommy nya menjodohkan Zara dengan putra rekan kerjanya, karena fikir mereka setelah menikah Zara akan ada yang menjaga.
Tuan dan Nyonya Horrison bukan malu melihat anak gadisnya bekerja diluaran sana, apapun pekerjaannya, yang mereka hawatirkan adalah beberapa orang sudah sejak lama mengintai dan menginginkan putri satu-satunya itu untuk dijadikan istri. Mereka hanya hawatir lengah dan putri kesayanganya jatuh ditangan yang salah.
apalagi beberapa hari ini ada yang sengaja menerornya dengan mengirimkan foto-foto dimana Zara berada diluaran bukan tidak mungkin ini salah satu kode untuk menculik putrinya. Oh sungguh dia sangat hawatir. Apalagi Zara terang-terangan menolak untuk bersama pengawal kemanapun dia pergi.
***
"apa maksudmu? mata Zara melotot mendengar ucapan pria berprawakan tegap dan gagah di depannya, Zara tidak habis fikir bisa-bisanya ide gila Daddynya ada yang mendukung selain Mommy nya, dan dia adalah Aariz, kekasihnya.
"Omong kosong apa yang kau katakan? Setelah hatiku sudah ku serahkan padamu lantas kau membiarkanku bersama lelaki lain, apakah kau gila, hah? Pekik Zara tak habis fikir.
"Tenanglah, aku mohon, kau tahu aku yang paling mencintaimu, mengetahui kau akan dinikahkan membuatku tak ingin hidup lebih lama, tapi aku bisa apa?" nadanya terdengar sangat putus asa.
"Kita memang saling mencintai, tapi bagaimana dengan orangtuamu? Apakah mereka akan setuju hubungan kita? Lanjutnya lagi dengan menyugar rambutnya."Aku menyadari siapa diriku, kita memang tak sepadan sayang" ucapnya dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk kekasihnya.
"Aku tidak perduli" Zara menekan kalimatnya dengan pasti. Sungguh saat ini Zara berharap lelaki yang dicintainya ini berani memperjuangkannya didepan orang tuanya, dan yang dia sadari sekarang kekasihnya seolah melepasnya begitu saja.
"Aku sudah banyak berharap sebelum menemuimu, aku berharap kekasihku akan memperjuangkanku didepan orang tuaku, tapi kau-" Zara tak sanggup melanjutkan kata-katanya karena semakin dia ingin mengeluarkannya semakin sakit hatinya. Hingga beberapa saat dia menangis pilu di pelukan Aariz.
"Aku mencintaimu" gumamnya sambil sesegukan didada bidang milik kekasih yang sangat ia cintai itu.
"Aku lebih mencintaimu, sayang dan kau tahu itu," balasnya sambil mengelus surai coklat dipelukannya.
Aariz memang sangat menyintai Zara namun melihat status Sosial kekasihnya tidak jarang dia tidak percaya diri bisa meraihnya, Zara ibarat langit dan sangat tidak mungkin dia genggam.
***
Sementara dibagian bumi seorang pemuda berprawakan tinggi tegap dengan otot kuat serta keringat tengah menghiasi tubuh dengan pahatan sempurna itu. Lelah dengan alat-alat olah raganya Zachry berjalan mendekati minuman di atas meja dan meneguknya dengan teratur, sangat menggoda.
"Apakah kau tidak lelah terus menunggu?" Tanya Zachry pada wanita cantik yang masih setia menunggunya sedari tadi, dan wanita itu tahu menunggu yang zach maksud adalah artian yang lain.
"Hm, tak masalah, aku yang memilih menunggu jika aku lelah maka aku sendiri yang akan berhenti". Jawabnya dengan senyuman tulus, entah sejak kapan perasaannya pada sahabatnya ini muncul dan dengan percaya dirinya ia mengakuinya sehingga persahabatan yang awalnya sangat hangat berubah menjadi dingin karena Zachry tentu tak menyukai pengakuan itu. Selain sebagai sahabatnya Zach sudah menganggap Nania seperti adiknya sendiri, jadi tak mungkin ia memandang Nania seperti lelaki memandang wanita.
"Kau sudah ku anggap adik kecilku dan aku mohon jangan merusaknya lagi seperti kau merusak persahabatan kita, hm?
"Sayangnya aku tak ingin menjadi adikmu" ucapnya sambil berdiri dan membenahi roknya yang terlihat agak kusut karena duduk terlalu lama.
"Jangan memaksaku menghilangkan perasaanku, aku mohon, kau boleh menolakku, aku terima asal jangan melarangku memiliki rasa ini, itu sangat tidak adil" ucapnya sambil mengerucutkan bibir mungilnya yang selalu terlihat manis tapi tidak bagi Zachry. Tentu saja.
Zachry hanya menganguk dan berjalan melewati Nania yang masih mematung karena ucapannya
"Hm baiklah, jika lelah maka cepat berhenti, karena sampai kapanpun kau hanya akan terlihat seperti adik bagiku, tidak lebih". Nania hanya tersenyum kecut, ia tahu tidak mudah merobohkan benteng Zachry tapi dia yakin bahwa suatu saat nanti entah itu kapan, lelaki itu akan datang padanya meminta pelukannya. Nania yakin.
***
"Hi, apa kau melihat Zach dimana dia?" yang bertanya adalah Leon sepupu Zachry entah sejak kapan pria yang tak kalah tampan ini berada disana sampai-sampai Nania yang memang sibuk dengan fikirannya sampai terkejut.
"Leon, bisakah sekali saja kau tak membuatku terkejut? Leon hanya mengeryitkan dahi sambil menatap heran Nania, dan berkata" Nania Sayang, aku tak pernah membuatmu terkejut, lain kali tolong jangan pernah melamun lagi"
"Hentikan omong kosongmu, dan jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu" Sebal Gadis manis itu tapi tetap duduk disamping Leon dan menyandarkan kepalanya di bahu kokoh itu.
"Kenapa? Kau kembali di tolak? Tebaknya membuat air mata Nania tiba-tiba saja menetes, Leon yang mengetahui itu lantas menangkup wajah imut di disamping itu dan menatapnya dengan sayang.
"Dengarkan aku, jika kau lelah berhentilah jangan terus berjalan, karena itu akan membuatmu semakin terluka" tangannya dengan lembut menghapus air mata gadis cantik itu pipinya yang seputih kapas kini sudah terlihat memerah, Leon melanjutkan "Dan saat kau berhenti lihat aku, karena dengan cepat aku akan menggenggam tanganmu dan membawamu ke jalan yang lebih indah dari jalan yang kau pilih itu, bagaimana?"
Nania hanya mengangguk dengan senyuman manis dibibirnya, entah kenapa saat berbicara dengan Leon dia selalu merasa cepat lega..
"Terima kasih, setiap di dekatmu aku akan kembali baik-baik saja" sambil ter senyum dan dia melanjutkan "kau seperti daya untukku, sangat bermanfaat disaat aku benar-benar terjatuh"
"Hm untuk itu percayakan hidupmu bersamaku" goda Leon karena tau sekarang Nania sudah baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments