Seperti biasa pagi-pagi sekali Zara sudah siap dengan penampilannya yang selalu sempurna, walaupun pakaian yang dia kenakan tidaklah bermerk. Zara sengaja menyiapkan pakaian-pakaian biasa untuk keluar untuk bekerja. Walaupun tanpa susah-susah keluar sebenarnya gadis berwajah cantik ini sudah bisa menikmati apapun yang dia inginkan.
Tapi tentu saja tidak untuk Zara, ia merasa sangat bosan hanya berdiam diri dan berkumpul menghabiskan uang keluarganya bersama teman-teman sosialnya.
Ia lebih memilih keluar menyibukkan diri dengan tepung-tepung ditangannya, Sedikit informasi bahwa Zara bekerja di sebuah toko kue kecil milik Aariz kekasihnya. Awalnya Aariz tidak tahu bahwa wanita yang menjadi kekasihnya adalah anak dari pengusaha besar.
Sampai suatu saat Aariz memutuskan untuk menjaga jarak, karena merasa tak pantas bersanding dengan Zara, tapi tentu saja Zara berhasil mempertahankan hubungan yang terlanjur membuatnya nyaman. Ia menolak apapun keputusan Aariz jika menyangkut perpisahan mereka. Bukan tanpa alasan Zara bersikap seperti itu, karena Pria yang menjadi kekasihnya ini selain tampan dan dan bertanggung jawab, Aariz juga memiliki pribadi yang sangat menyenangkan, senyumnya mampu membuat siapa saja langsung tersihir.
ah Zara memang menyukai semua yang ada pada diri Aariz. Semuanya.
"Bolehkan aku tahu apa yang membuat kekasihku ini tersenyum manis?" Tangan kekar milik Aariz sudah melingkar dipinggang ramping Zara, dan sesekali mengecup punggung wanita nya dengan penuh rasa sayang.
"Kapan kau datang?" ucap Zara pelan sambil tersenyum dan memiringkan kepalanya melihat ke arah lelaki yang memeluknya dari belakang. Senyumnya sangat manis.
"Baru saja, aku merindukanmu" Zara menghela nafas pelan sambil melepas perlahan tangan kokoh yang melingkar dipinggangnya, kemudian berbalik dan bersistatap dengan mata teduh kekasihnya. "Jangan tiba-tiba memelukku seperti ini, bagaimana jika ada yang lihat?" ucap zara sambil mengerucutkan bibirnya dan membuat pola berantarakan di dada bidang Aariz.
"Siapa yang akan marah? Ini tokoku dan kau kekasihku"
"Baiklah bos". Zara mencebikkan bibir dan kembali membelakangi Aariz ia tahu percuma saja mendebat dengannya karena Aariz selalu punya jawabannya. Zara akan melanjutkan menghias pie-pie buatannya yang sudah dingin. Dan membiarkan saja tangan kokoh itu kembali melingkar dipinggangnya.
"Ada apa? Tidak biasanya kau semanja ini"
Aariz hanya diam dan menikmati aroma tubuh Zara, ia tak perduli meskipun wanitanya terus saja mengumpat kesal karena beban tubuhnya terasa sangat berat.
"Apa salahnya bermanja dengan kekasih sendiri, sudahlah kau fokus saja menghias kue-kuenya dan biarkan aku begini beberapa menit" Zara hanya. mengangguk dan tersenyum.
Kebersamaan mereka tak berlangsung lama karena sebuah bel berbunyi dari arah luar terlihat Agatha dan karyawan lainnya memasuki toko. Zara memang datang lebih awal dari karyawan lain karena hanya dia yang bisa menyiapkan pie-pie itu, sedangkan yang lain hanya mengantar kepelanggan.
***
Didalam ruang kerjanya Zachry tengah sibuk dengan laporan-laporan yang dikirim langsung oleh asistenya ke kediamannya. Setelah kembalinya dari kota sakura dua hari lalu Zachry memang belum ke kantor karena merasa kurang sehat dengan tubuhnya. Sesempurna apapun ia membentuk dan menjaga tubuhnya tetap saja tidak bisa membuatnya tetap sehat. Bukankah itu wajar.
Tengah sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba saja atensinya teralihkan saat benda pipih di samping berkasnya menampilkan sebuah nama yang sangat familiar baginya.
"Baiklah Dad, aku berangkat" sebelum Zach mengakhiri panggilan telpon ayahnya.
Pria bertubuh tinggi tegap itu lantas berjalan mengarah kekamarnya dan bersiap-siap untuk pergi. Setelah merasa sudah sangat sempurna dan siap tampa membuang waktu Zach berjalan ke bawah dan meminta supir mengantarnya ke kantor sesegera mungkin karena rapat akan dilaksanakan setengah jam lagi.
Mobil mewah itu melaju dengan lincah sepertinya memang Tuhan tengah berbaik hati, karena jalanan begitu mulus tidak ada macet seperti biasanya. Membuat nya merasa lega karena yakin akan tiba sebelum rapat dimulai.
***
Zachry sudah tiba di kantor dan benar perkiraanya masih ada waktu 10 menit lagi untuk rapat dimulai, seperti biasa Zachry melangkah cepat dan tegap membuat pegawai lain berbisik sekaligus beruntung memiliki atasan yang sangat sempurna.
"Dia sangat sempurna" kagumnya pada atasannya yang baru saja melewatinya tampa menghiraukan.
Selain tampan Zachry memang terkenal dingin dan kaku pada siapapun. Tapi tetap saja pesonanya membuat siapa saja tak masalah dengan pribadinya.
"Iya dan aku percaya dia tidak akan melirikmu sama sekali" ejek wanita sebelahnya, Temannya tidak marah atas ucapan itu karena memang dia menyadari bahwa menggapai atasnya yang kaku dan berwajah datar itu memang sangatlah tidak mungkin.
Zachry hendak akan memasuki lift kelantai atas, tapi seketika dia sadar bahwa ponselnya tertinggal di mobil. Meminta tolong pada asistennya yang sudah diatas sangatlah tidak berprikemanusiaan fikirnya sedangkan dia masih ada dibawah. Maka tampa ragu dia berjalan kembali kearah parkiran namun belum sempat ia melangkah lebih jauh dia terpaku merasakan sebuah kepala menabrak dadanya sedikit keras, jika diperhatikan posisi mereka. Saat ini seperti berpelukan.
"Aw...." Zara kaget karena tiba-tiba langkahnya terhenti dan merasakan kepalanya sedikit pening karena tabrakan tadi.
"Hati-hati nona" suara berat itu menyadarkan Zara dan dengan cepat bembenahi rambutnya yang sedikit berantakan.
"Oh maafkan aku Tuan, karena sangat ceroboh menabrakmu" sesalnya sambil membungkukkan sedikit badannya.
"Jangan difikirkan aku yang salah karena sengaja tak menghindar"
"Eh..?" Zara masih bingung dengan jawaban pria itu, tapi tak dia hiraukan, tujuannya sekarang kelantai atas mengantar pesanan pienya.
Sebenarnya ini tugas Agatha, tapi entah semalam wanita malang itu makan apa sampai harus bolak balik kamar mandi dan berakhir di rumah sakit.
Mau tidak mau Zara harus menggantikannya karena yabg memesan pie nya berdekatan dengan perusahaan milik keluarganya.
Tadinya Aariz akan menemaninya, tapi tentu saja itu bukan ide bagus tidak mungkin urusan kecil seperti ini bos akan turun mengantar sendiri. Walaupun memang tidak ada yang salah. Tapi melihat toko tidak ada yang menjaga, maka Zara memang yang lebih pantas mengantar ya kan?
****
Setelah rapat selesai Zach kembali ke ruangannya bersama asistennya, siapa lagi kalau bukan Leon sepupunya.
dikantor mereka akan bersikap profesional sedangkan di masion mereka akan kembali menjadi dua saudara yang jarang akur namun tetap saling membutuhkan.
"Jangan terlalu keras padanya" Zach mengerti maksud Leon lantas ia menjawab dengan santai dan duduk disenelah Leon yang sedang memperhatikan pie ditabgannya.
"Aku tidak mungkin menjalin kasih dengan adikku sendiri, kau tahu itu" Zach juga melirik pie yang ditangan Leon teksturnya sangat menggoda.
"Aku tahu, tapi setidaknya jangan terlalu menjaga jarak"
Zach yang sudah tidak sabar mencicipi pie ditangan asisten sekaligus sepupunya itu lantas merebut dan memasukkan kemulut, dikunyah dan betapa terkejutnya dia dengan rasa pie dimulut itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments