NovelToon NovelToon

Terjebak Dalam Cinta

Bab 1| Rasa kecewa

"Tolong sekali ini saja Daddy penuhi permintaanku" mohon Zara sambil memeluk kaki Daddynya.

"Nak ini semua demi masa depanmu" bukan Dad Horrison yang berbicara tetapi wanita yang telah melahirkannya, Mom Lucy

"Mom-" belum sempat Zara menyelesaikan ucapannya suara dingin Daddynya membuatnya diam dan terpaku ditempat "Kalau kau tak mau menikah dengannya maka biarkan kami pergi dengan rasa kecewa" setelah mengatakan itu pria paruh baya yang masih sangat tampan itu berlalu meninggalkan Zara dengan tangisannya yang sangat memilukan.

Zara Florenzia anak tunggal dari sepasang suami istri yang sangat di segani disemua kalangan atas, kepopulerannya sudah tidak bisa dianggap biasa, semua orang mengaguminya, bahkan ada sebagian yang menjadi penjilat untuk dapat merasakan kemewahannya.

Namun kemewahannya tak mampu membuat Zara putrinya tetap berdiam diri dirumah menikmati gelimangan harta dan kemewahan yang disugukan.

Zara lebih memilih bekerja diluar dengan upah dibawah upah maid di kediamannya, namun ia puas dan bahagia karena bisa merasakan hasil kerja kerasnya sendiri.

Itulah salah satu penyebab Daddy dan Mommy nya menjodohkan Zara dengan putra rekan kerjanya, karena fikir mereka setelah menikah Zara akan ada yang menjaga.

Tuan dan Nyonya Horrison bukan malu melihat anak gadisnya bekerja diluaran sana, apapun pekerjaannya, yang mereka hawatirkan adalah beberapa orang sudah sejak lama mengintai dan menginginkan putri satu-satunya itu untuk dijadikan istri. Mereka hanya hawatir lengah dan putri kesayanganya jatuh ditangan yang salah.

apalagi beberapa hari ini ada yang sengaja menerornya dengan mengirimkan foto-foto dimana Zara berada diluaran bukan tidak mungkin ini salah satu kode untuk menculik putrinya. Oh sungguh dia sangat hawatir. Apalagi Zara terang-terangan menolak untuk bersama pengawal kemanapun dia pergi.

***

"apa maksudmu? mata Zara melotot mendengar ucapan pria berprawakan tegap dan gagah di depannya, Zara tidak habis fikir bisa-bisanya ide gila Daddynya ada yang mendukung selain Mommy nya, dan dia adalah Aariz, kekasihnya.

"Omong kosong apa yang kau katakan? Setelah hatiku sudah ku serahkan padamu lantas kau membiarkanku bersama lelaki lain, apakah kau gila, hah? Pekik Zara tak habis fikir.

"Tenanglah, aku mohon, kau tahu aku yang paling mencintaimu, mengetahui kau akan dinikahkan membuatku tak ingin hidup lebih lama, tapi aku bisa apa?" nadanya terdengar sangat putus asa.

"Kita memang saling mencintai, tapi bagaimana dengan orangtuamu? Apakah mereka akan setuju hubungan kita? Lanjutnya lagi dengan menyugar rambutnya."Aku menyadari siapa diriku, kita memang tak sepadan sayang" ucapnya dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk kekasihnya.

"Aku tidak perduli" Zara menekan kalimatnya dengan pasti. Sungguh saat ini Zara berharap lelaki yang dicintainya ini berani memperjuangkannya didepan orang tuanya, dan yang dia sadari sekarang kekasihnya seolah melepasnya begitu saja.

"Aku sudah banyak berharap sebelum menemuimu, aku berharap kekasihku akan memperjuangkanku didepan orang tuaku, tapi kau-" Zara tak sanggup melanjutkan kata-katanya karena semakin dia ingin mengeluarkannya semakin sakit hatinya. Hingga beberapa saat dia menangis pilu di pelukan Aariz.

"Aku mencintaimu" gumamnya sambil sesegukan didada bidang milik kekasih yang sangat ia cintai itu.

"Aku lebih mencintaimu, sayang dan kau tahu itu," balasnya sambil mengelus surai coklat dipelukannya.

Aariz memang sangat menyintai Zara namun melihat status Sosial kekasihnya tidak jarang dia tidak percaya diri bisa meraihnya, Zara ibarat langit dan sangat tidak mungkin dia genggam.

***

Sementara dibagian bumi seorang pemuda berprawakan tinggi tegap dengan otot kuat serta keringat tengah menghiasi tubuh dengan pahatan sempurna itu. Lelah dengan alat-alat olah raganya Zachry berjalan mendekati minuman di atas meja dan meneguknya dengan teratur, sangat menggoda.

"Apakah kau tidak lelah terus menunggu?" Tanya Zachry pada wanita cantik yang masih setia menunggunya sedari tadi, dan wanita itu tahu menunggu yang zach maksud adalah artian yang lain.

"Hm, tak masalah, aku yang memilih menunggu jika aku lelah maka aku sendiri yang akan berhenti". Jawabnya dengan senyuman tulus, entah sejak kapan perasaannya pada sahabatnya ini muncul dan dengan percaya dirinya ia mengakuinya sehingga persahabatan yang awalnya sangat hangat berubah menjadi dingin karena Zachry tentu tak menyukai pengakuan itu. Selain sebagai sahabatnya Zach sudah menganggap Nania seperti adiknya sendiri, jadi tak mungkin ia memandang Nania seperti lelaki memandang wanita.

"Kau sudah ku anggap adik kecilku dan aku mohon jangan merusaknya lagi seperti kau merusak persahabatan kita, hm?

"Sayangnya aku tak ingin menjadi adikmu" ucapnya sambil berdiri dan membenahi roknya yang terlihat agak kusut karena duduk terlalu lama.

"Jangan memaksaku menghilangkan perasaanku, aku mohon, kau boleh menolakku, aku terima asal jangan melarangku memiliki rasa ini, itu sangat tidak adil" ucapnya sambil mengerucutkan bibir mungilnya yang selalu terlihat manis tapi tidak bagi Zachry. Tentu saja.

Zachry hanya menganguk dan berjalan melewati Nania yang masih mematung karena ucapannya

"Hm baiklah, jika lelah maka cepat berhenti, karena sampai kapanpun kau hanya akan terlihat seperti adik bagiku, tidak lebih". Nania hanya tersenyum kecut, ia tahu tidak mudah merobohkan benteng Zachry tapi dia yakin bahwa suatu saat nanti entah itu kapan, lelaki itu akan datang padanya meminta pelukannya. Nania yakin.

***

"Hi, apa kau melihat Zach dimana dia?" yang bertanya adalah Leon sepupu Zachry entah sejak kapan pria yang tak kalah tampan ini berada disana sampai-sampai Nania yang memang sibuk dengan fikirannya sampai terkejut.

"Leon, bisakah sekali saja kau tak membuatku terkejut? Leon hanya mengeryitkan dahi sambil menatap heran Nania, dan berkata" Nania Sayang, aku tak pernah membuatmu terkejut, lain kali tolong jangan pernah melamun lagi"

"Hentikan omong kosongmu, dan jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu" Sebal Gadis manis itu tapi tetap duduk disamping Leon dan menyandarkan kepalanya di bahu kokoh itu.

"Kenapa? Kau kembali di tolak? Tebaknya membuat air mata Nania tiba-tiba saja menetes, Leon yang mengetahui itu lantas menangkup wajah imut di disamping itu dan menatapnya dengan sayang.

"Dengarkan aku, jika kau lelah berhentilah jangan terus berjalan, karena itu akan membuatmu semakin terluka" tangannya dengan lembut menghapus air mata gadis cantik itu pipinya yang seputih kapas kini sudah terlihat memerah, Leon melanjutkan "Dan saat kau berhenti lihat aku, karena dengan cepat aku akan menggenggam tanganmu dan membawamu ke jalan yang lebih indah dari jalan yang kau pilih itu, bagaimana?"

Nania hanya mengangguk dengan senyuman manis dibibirnya, entah kenapa saat berbicara dengan Leon dia selalu merasa cepat lega..

"Terima kasih, setiap di dekatmu aku akan kembali baik-baik saja" sambil ter senyum dan dia melanjutkan "kau seperti daya untukku, sangat bermanfaat disaat aku benar-benar terjatuh"

"Hm untuk itu percayakan hidupmu bersamaku" goda Leon karena tau sekarang Nania sudah baik-baik saja.

Bab 2| Hati-hati Nona

Seperti biasa pagi-pagi sekali Zara sudah siap dengan penampilannya yang selalu sempurna, walaupun pakaian yang dia kenakan tidaklah bermerk. Zara sengaja menyiapkan pakaian-pakaian biasa untuk keluar untuk bekerja. Walaupun tanpa susah-susah keluar sebenarnya gadis berwajah cantik ini sudah bisa menikmati apapun yang dia inginkan.

Tapi tentu saja tidak untuk Zara, ia merasa sangat bosan hanya berdiam diri dan berkumpul menghabiskan uang keluarganya bersama teman-teman sosialnya.

Ia lebih memilih keluar menyibukkan diri dengan tepung-tepung ditangannya, Sedikit informasi bahwa Zara bekerja di sebuah toko kue kecil milik Aariz kekasihnya. Awalnya Aariz tidak tahu bahwa wanita yang menjadi kekasihnya adalah anak dari pengusaha besar.

Sampai suatu saat Aariz memutuskan untuk menjaga jarak, karena merasa tak pantas bersanding dengan Zara, tapi tentu saja Zara berhasil mempertahankan hubungan yang terlanjur membuatnya nyaman. Ia menolak apapun keputusan Aariz jika menyangkut perpisahan mereka. Bukan tanpa alasan Zara bersikap seperti itu, karena Pria yang menjadi kekasihnya ini selain tampan dan dan bertanggung jawab, Aariz juga memiliki pribadi yang sangat menyenangkan, senyumnya mampu membuat siapa saja langsung tersihir.

ah Zara memang menyukai semua yang ada pada diri Aariz. Semuanya.

"Bolehkan aku tahu apa yang membuat kekasihku ini tersenyum manis?" Tangan kekar milik Aariz sudah melingkar dipinggang ramping Zara, dan sesekali mengecup punggung wanita nya dengan penuh rasa sayang.

"Kapan kau datang?" ucap Zara pelan sambil tersenyum dan memiringkan kepalanya melihat ke arah lelaki yang memeluknya dari belakang. Senyumnya sangat manis.

"Baru saja, aku merindukanmu" Zara menghela nafas pelan sambil melepas perlahan tangan kokoh yang melingkar dipinggangnya, kemudian berbalik dan bersistatap dengan mata teduh kekasihnya. "Jangan tiba-tiba memelukku seperti ini, bagaimana jika ada yang lihat?" ucap zara sambil mengerucutkan bibirnya dan membuat pola berantarakan di dada bidang Aariz.

"Siapa yang akan marah? Ini tokoku dan kau kekasihku"

"Baiklah bos". Zara mencebikkan bibir dan kembali membelakangi Aariz ia tahu percuma saja mendebat dengannya karena Aariz selalu punya jawabannya. Zara akan melanjutkan menghias pie-pie buatannya yang sudah dingin. Dan membiarkan saja tangan kokoh itu kembali melingkar dipinggangnya.

"Ada apa? Tidak biasanya kau semanja ini"

Aariz hanya diam dan menikmati aroma tubuh Zara, ia tak perduli meskipun wanitanya terus saja mengumpat kesal karena beban tubuhnya terasa sangat berat.

"Apa salahnya bermanja dengan kekasih sendiri, sudahlah kau fokus saja menghias kue-kuenya dan biarkan aku begini beberapa menit" Zara hanya. mengangguk dan tersenyum.

Kebersamaan mereka tak berlangsung lama karena sebuah bel berbunyi dari arah luar terlihat Agatha dan karyawan lainnya memasuki toko. Zara memang datang lebih awal dari karyawan lain karena hanya dia yang bisa menyiapkan pie-pie itu, sedangkan yang lain hanya mengantar kepelanggan.

***

Didalam ruang kerjanya Zachry tengah sibuk dengan laporan-laporan yang dikirim langsung oleh asistenya ke kediamannya. Setelah kembalinya dari kota sakura dua hari lalu Zachry memang belum ke kantor karena merasa kurang sehat dengan tubuhnya. Sesempurna apapun ia membentuk dan menjaga tubuhnya tetap saja tidak bisa membuatnya tetap sehat. Bukankah itu wajar.

Tengah sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba saja atensinya teralihkan saat benda pipih di samping berkasnya menampilkan sebuah nama yang sangat familiar baginya.

"Baiklah Dad, aku berangkat" sebelum Zach mengakhiri panggilan telpon ayahnya.

Pria bertubuh tinggi tegap itu lantas berjalan mengarah kekamarnya dan bersiap-siap untuk pergi. Setelah merasa sudah sangat sempurna dan siap tampa membuang waktu Zach berjalan ke bawah dan meminta supir mengantarnya ke kantor sesegera mungkin karena rapat akan dilaksanakan setengah jam lagi.

Mobil mewah itu melaju dengan lincah sepertinya memang Tuhan tengah berbaik hati, karena jalanan begitu mulus tidak ada macet seperti biasanya. Membuat nya merasa lega karena yakin akan tiba sebelum rapat dimulai.

***

Zachry sudah tiba di kantor dan benar perkiraanya masih ada waktu 10 menit lagi untuk rapat dimulai, seperti biasa Zachry melangkah cepat dan tegap membuat pegawai lain berbisik sekaligus beruntung memiliki atasan yang sangat sempurna.

"Dia sangat sempurna" kagumnya pada atasannya yang baru saja melewatinya tampa menghiraukan.

Selain tampan Zachry memang terkenal dingin dan kaku pada siapapun. Tapi tetap saja pesonanya membuat siapa saja tak masalah dengan pribadinya.

"Iya dan aku percaya dia tidak akan melirikmu sama sekali" ejek wanita sebelahnya, Temannya tidak marah atas ucapan itu karena memang dia menyadari bahwa menggapai atasnya yang kaku dan berwajah datar itu memang sangatlah tidak mungkin.

Zachry hendak akan memasuki lift kelantai atas, tapi seketika dia sadar bahwa ponselnya tertinggal di mobil. Meminta tolong pada asistennya yang sudah diatas sangatlah tidak berprikemanusiaan fikirnya sedangkan dia masih ada dibawah. Maka tampa ragu dia berjalan kembali kearah parkiran namun belum sempat ia melangkah lebih jauh dia terpaku merasakan sebuah kepala menabrak dadanya sedikit keras, jika diperhatikan posisi mereka. Saat ini seperti berpelukan.

"Aw...." Zara kaget karena tiba-tiba langkahnya terhenti dan merasakan kepalanya sedikit pening karena tabrakan tadi.

"Hati-hati nona" suara berat itu menyadarkan Zara dan dengan cepat bembenahi rambutnya yang sedikit berantakan.

"Oh maafkan aku Tuan, karena sangat ceroboh menabrakmu" sesalnya sambil membungkukkan sedikit badannya.

"Jangan difikirkan aku yang salah karena sengaja tak menghindar"

"Eh..?" Zara masih bingung dengan jawaban pria itu, tapi tak dia hiraukan, tujuannya sekarang kelantai atas mengantar pesanan pienya.

Sebenarnya ini tugas Agatha, tapi entah semalam wanita malang itu makan apa sampai harus bolak balik kamar mandi dan berakhir di rumah sakit.

Mau tidak mau Zara harus menggantikannya karena yabg memesan pie nya berdekatan dengan perusahaan milik keluarganya.

Tadinya Aariz akan menemaninya, tapi tentu saja itu bukan ide bagus tidak mungkin urusan kecil seperti ini bos akan turun mengantar sendiri. Walaupun memang tidak ada yang salah. Tapi melihat toko tidak ada yang menjaga, maka Zara memang yang lebih pantas mengantar ya kan?

****

Setelah rapat selesai Zach kembali ke ruangannya bersama asistennya, siapa lagi kalau bukan Leon sepupunya.

dikantor mereka akan bersikap profesional sedangkan di masion mereka akan kembali menjadi dua saudara yang jarang akur namun tetap saling membutuhkan.

"Jangan terlalu keras padanya" Zach mengerti maksud Leon lantas ia menjawab dengan santai dan duduk disenelah Leon yang sedang memperhatikan pie ditabgannya.

"Aku tidak mungkin menjalin kasih dengan adikku sendiri, kau tahu itu" Zach juga melirik pie yang ditangan Leon teksturnya sangat menggoda.

"Aku tahu, tapi setidaknya jangan terlalu menjaga jarak"

Zach yang sudah tidak sabar mencicipi pie ditangan asisten sekaligus sepupunya itu lantas merebut dan memasukkan kemulut, dikunyah dan betapa terkejutnya dia dengan rasa pie dimulut itu.

Bab 3 | Anting ini?

Leon yang penasaran dengan Pie yang dimakan sepupunya juga ikut memasukkan pie itu kemulut, dia penasaran baru kali ini melihat sepupu sekaligus atasannya ini memakan sebuah pie biasa tapi dengan binar wajah yang berbeda. Dan benar saja setelah kunyahan pertama Leon melirik Zach mereka saling melirik kemudian mengangguk tersenyum sambil mengunyah.

"Rasanya hampir mirip buatan mommy kan?" Ucap Leon sambil memperhatikan bentuk pie dan memasukkannya kembali ke mulutnya.

"Hm, benar ini memang mirip buatan momny , tetapi kau harus catat buatan mommy lebih enak?. Mengingat mommy Luna Zachry kembali merindukan wanita cantik yang telah melahirkannya.

"Sepertinya kita harus menyapa Nyonya besar". Ucao Zach langsung menghubungi nomer mommy nya.

Setelah panggilan pertama gagal, tapi tidak dengan panggilan selanjutnya. Mereka saling berbincang seolah lama tidak saling mengunjungi, sedang beberapa hari lalu mereka masih terlihat bersama di kediaman Tuan dan Nyonya Richards kediaman orang tua Zachry.

Dibalik kaku dan dinginnya Zachry tapi saat bersama orang tuanya dia akan bersikap seperti anak-anak yang sangat manja, jika ada orang lain melihatnya tentu saja mereka tidak akan percaya bahwa pria yang susah disentuh itu memiliki sifat yang sangat..manja.

"Baiklah mommy tunggu, ajaklah Leon juga, mommy sudah lama tidak memukul anak nakal itu" putus wanita paruh baya yang masih terlihat muda di usianya yang sudah memasuki ke 50 itu.

Leon yang mendengar langsung tergelak tak percaya bibi cantiknya mengatakan hal mustahil baginya, belum sempat dia protes Zach sudah mematikan sambungan dan kembali duduk di kursi kebesarannya, melajutkan pekerjaannya yang masih sangat banyak di atas meja.

Leon yang juga memiliki pekerjaan lain segera keluar dan seperti biasa, mereka berdua akan sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan mereka sampai batas waktu jam pulang.

*

*

Sementara ditempat lain di waktu yang sama, Zara sudah kembali ketoko dan beristrahat sebentar diruang kerja kekasihnya. Bukan rahasia lagi kalau mereka memang sepasang kekasih. Jadi tidak akan heran jika Zara akan sering keluar masuk ruangan bos mereka, karena sejak awal Aariz memang sudah memperkenalkan kekasihnya pada karyawan yang lain agar tidak ada satu orangpun yang berniat tak baik pada wanitanya.

"Kau lelah?" Tanya Aariz lembut sambil mengecup pucuk kepala kekasihnya yang tengah bersandar di sofa diruangan itu.

"Tentu saja, aku harus berlari mengejar waktu, kau taukan bosku tidak suka ada orang yang terlambat mengantar pesanan, takut pelanggannya kabur" candanya menyindir kekasihnya sambil mengerutkan bibir.

Aariz hanya terkekeh geli karena melihat wanitanya semakin hari semakin menggemaskan saat mengeluh.

"Hm benar, tapi tidak berlalu untuk wanita cantik dihadapanku ini" kini Aariz sedang berjongkok tepat didepan Zara, mencubit pangkal hidung kekasihnya dengan gemas.

"Ish..sakit" Adu zara mengelus hidungnya

Aariz makin terkekeh bahagia karena bisa mengerjai kekasih yang sangat dia sayangi

kini ia duduk disebelah Zara dan menarik wanita itu dalam pelukannya, Zara tak memberontak karena setiap kali Aariz memeluknya dia akan merasa sangat nyaman, mereka saling diam, saling berbagi kenyaman dalam pelukan yang terasa sangat tulus dan hangat.

Sampai Aariz membuka suara dan membuat Zara mendongak tak suka dengan pembahasan kali ini, sedangkan mereka saat itu sudah sepakat tidak membahasnya lagi.

"Jadi, bagaimana dengan rencana pertunangan yang orang tuamu minta?

Zara mendengus kasar dan sedikit menjaga jarak, tapi dengan cepat Aariz kembali menariknya dan membuatnya duduk diatas pangkuannya, kini mereka saling berhadapan dengan tangan zara yang mengalung di leher kekasihnya.

"Aku tidak ingin membahasnya, kau lupa?"

Mengela nafas pelan Aariz melanjutkan "Sayang kau tahu, aku yang paling tidak ingin kehilanganmu, tapi-"

"Tapi kenapa?" potong Zara melihat kehawatiran kekasihnya sangat terlihat.

"Apakah Daddy menemuimu?" tebak Zara dan rupanya tebakannya tidak meleset.

"Hm, Tuan besar hanya berkunjung semalam" aku Aariz yang memang itu yang terjadi, mereka berbincang lama semalam.

"Apakah Daddyku memintamu menjauhiku? atau memintamu melepaskanku? Iras wajah Zara kembali murung mengetahui Daddy nya itu sangat berniat menjodohkannya.

"Apakah kau akan marah kalau aku menyetujui permintaannya?

Sontak perkataan Aariz membuat Zara kembali melerai pelukan mereka dan menatap tak percaya pada kekasihnya. "Lagi-lagi Aariz menyerah" batinnya

"Apakah kau tidak tulus mencintaiku? Tanya Zara lembut tapi penuh tuntutan.

Belum sempat Aariz menjawab Zara kembali bertanya " Apakah aku tidak berharga di hidupnya sampai kau dengan mudahnya melepaskanku hanya karena Daddyku memintamu?

Aariz hanya diam, jujur dia ingin memperjuangkan kekasihnya karena cintanya pada Zara sangatlah tulus, tetapi sekuat apapun dia berjuang jika tidak akan mendapat restu sampai kapanpun dia harus apa? Sungguh sangat dilema, dia tak mungkin membawa Zara pergi menjauh sedangkan kehidupan mereka sangatlah tidak sebanding, bukan karena Aariz tidak percaya atau tidak ingin berusaha menjadi lebih besar, tetapi benar, kata Tuan besar, sesukses apapun dia nanti tidak akan mendapatkan restu untuk mereka bersama.

Aariz masih bersyukur karena tuan besar tidaklah menginjak harga dirinya yang hanya orang rendahan, tetapi apakah yang membuat tuan besar tidak mengizinkan Zara bersamanya meskipun dia akan menjadi sukses nanti?

"Aariz..." Zara memegang wajah kekasihnya yang terlihat melamun.

"Jangan bertanya sesuatu yang tidak masuk akal. Kau akan selalu berharga bagiku, karena disini" Aariz menuntun tangan zara ke dada kirinya dia melanjutkan "hanya ada namamu, percayalah"

"Jangan membual, kalau ujungnya nanti kau akan melepaskanku" Zara berdiri dari pangkuan Aariz dan mengambil tasnya kembali, dia sudah melihat Jam tadi dan memang sudah waktunya pulang, tampa menoleh Zara berhenti dan ucapannya membuat Aariz terdiam dan merasa sesak di dadanya

"Baiklah, jika memang kau ingin pertunanganku terjadi aku kabulkan" setelah diam ia melanjutkan sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu

"Ini ku lakukan karena aku sangat mencintaimu dengan sangat, tapi jangan salahkan aku jika suatu saat setelah aku menikah dengannya dan tenyata aku masih mencintaimu, jangan pergi, biarkan aku disisimu selamanya."

*

*

Sepulang dari kantor Zach tidak langsung pulang ke kediaman pribadinya tetapi langsung menuju ke rumah utama dimana Mommy sudah menunggunya, 15 menit diperjalanan mobil mewah itu memasuki halaman rumah yang sangat luas disamping kiri dan kanannya terdapat banyak tanaman bunga rose dengan warna yang acak, sedang ditengah halamam sebelah kiri terdapat air mancur kecil dengan bangku kayu panjang dan sebuah meja bundar disana, biasanya setiap sore mereka akan duduk disana sambil bercerita panjang lebar Nyonya besar sangat menyukai bunga rose jadi jangan heran kalau disetiap sudut ruangannya akan terdapat bungga rose yang masih segar tentunya.

"Mommy" Teriak Leon saat melihat siluet yang sangat dirindunya.

Mereka saling berpelukan dan melangkah menuju ruang makan, sesekali terdengar ringisan Leon karena mendapat cubitan diperutnya yang liat.

Sedang Zach terus melangkah menuju kamar pribadinya dan mengabaikan mereka berdua, dia akan membersihkan diri dulu setelah itu turun untuk bergabung tapi saat melepas dasi dan jas hitamnya, matanya menangkap sesuatu disana sebuah benda kecil dan berkilau di dekat kancing jasnya, diambil dan memutarnya sambil berfikir.

"Anting ini? Masih berfikir kenapa benda kecil ini bisa ada dijasnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!