Bab 3 | Anting ini?

Leon yang penasaran dengan Pie yang dimakan sepupunya juga ikut memasukkan pie itu kemulut, dia penasaran baru kali ini melihat sepupu sekaligus atasannya ini memakan sebuah pie biasa tapi dengan binar wajah yang berbeda. Dan benar saja setelah kunyahan pertama Leon melirik Zach mereka saling melirik kemudian mengangguk tersenyum sambil mengunyah.

"Rasanya hampir mirip buatan mommy kan?" Ucap Leon sambil memperhatikan bentuk pie dan memasukkannya kembali ke mulutnya.

"Hm, benar ini memang mirip buatan momny , tetapi kau harus catat buatan mommy lebih enak?. Mengingat mommy Luna Zachry kembali merindukan wanita cantik yang telah melahirkannya.

"Sepertinya kita harus menyapa Nyonya besar". Ucao Zach langsung menghubungi nomer mommy nya.

Setelah panggilan pertama gagal, tapi tidak dengan panggilan selanjutnya. Mereka saling berbincang seolah lama tidak saling mengunjungi, sedang beberapa hari lalu mereka masih terlihat bersama di kediaman Tuan dan Nyonya Richards kediaman orang tua Zachry.

Dibalik kaku dan dinginnya Zachry tapi saat bersama orang tuanya dia akan bersikap seperti anak-anak yang sangat manja, jika ada orang lain melihatnya tentu saja mereka tidak akan percaya bahwa pria yang susah disentuh itu memiliki sifat yang sangat..manja.

"Baiklah mommy tunggu, ajaklah Leon juga, mommy sudah lama tidak memukul anak nakal itu" putus wanita paruh baya yang masih terlihat muda di usianya yang sudah memasuki ke 50 itu.

Leon yang mendengar langsung tergelak tak percaya bibi cantiknya mengatakan hal mustahil baginya, belum sempat dia protes Zach sudah mematikan sambungan dan kembali duduk di kursi kebesarannya, melajutkan pekerjaannya yang masih sangat banyak di atas meja.

Leon yang juga memiliki pekerjaan lain segera keluar dan seperti biasa, mereka berdua akan sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan mereka sampai batas waktu jam pulang.

*

*

Sementara ditempat lain di waktu yang sama, Zara sudah kembali ketoko dan beristrahat sebentar diruang kerja kekasihnya. Bukan rahasia lagi kalau mereka memang sepasang kekasih. Jadi tidak akan heran jika Zara akan sering keluar masuk ruangan bos mereka, karena sejak awal Aariz memang sudah memperkenalkan kekasihnya pada karyawan yang lain agar tidak ada satu orangpun yang berniat tak baik pada wanitanya.

"Kau lelah?" Tanya Aariz lembut sambil mengecup pucuk kepala kekasihnya yang tengah bersandar di sofa diruangan itu.

"Tentu saja, aku harus berlari mengejar waktu, kau taukan bosku tidak suka ada orang yang terlambat mengantar pesanan, takut pelanggannya kabur" candanya menyindir kekasihnya sambil mengerutkan bibir.

Aariz hanya terkekeh geli karena melihat wanitanya semakin hari semakin menggemaskan saat mengeluh.

"Hm benar, tapi tidak berlalu untuk wanita cantik dihadapanku ini" kini Aariz sedang berjongkok tepat didepan Zara, mencubit pangkal hidung kekasihnya dengan gemas.

"Ish..sakit" Adu zara mengelus hidungnya

Aariz makin terkekeh bahagia karena bisa mengerjai kekasih yang sangat dia sayangi

kini ia duduk disebelah Zara dan menarik wanita itu dalam pelukannya, Zara tak memberontak karena setiap kali Aariz memeluknya dia akan merasa sangat nyaman, mereka saling diam, saling berbagi kenyaman dalam pelukan yang terasa sangat tulus dan hangat.

Sampai Aariz membuka suara dan membuat Zara mendongak tak suka dengan pembahasan kali ini, sedangkan mereka saat itu sudah sepakat tidak membahasnya lagi.

"Jadi, bagaimana dengan rencana pertunangan yang orang tuamu minta?

Zara mendengus kasar dan sedikit menjaga jarak, tapi dengan cepat Aariz kembali menariknya dan membuatnya duduk diatas pangkuannya, kini mereka saling berhadapan dengan tangan zara yang mengalung di leher kekasihnya.

"Aku tidak ingin membahasnya, kau lupa?"

Mengela nafas pelan Aariz melanjutkan "Sayang kau tahu, aku yang paling tidak ingin kehilanganmu, tapi-"

"Tapi kenapa?" potong Zara melihat kehawatiran kekasihnya sangat terlihat.

"Apakah Daddy menemuimu?" tebak Zara dan rupanya tebakannya tidak meleset.

"Hm, Tuan besar hanya berkunjung semalam" aku Aariz yang memang itu yang terjadi, mereka berbincang lama semalam.

"Apakah Daddyku memintamu menjauhiku? atau memintamu melepaskanku? Iras wajah Zara kembali murung mengetahui Daddy nya itu sangat berniat menjodohkannya.

"Apakah kau akan marah kalau aku menyetujui permintaannya?

Sontak perkataan Aariz membuat Zara kembali melerai pelukan mereka dan menatap tak percaya pada kekasihnya. "Lagi-lagi Aariz menyerah" batinnya

"Apakah kau tidak tulus mencintaiku? Tanya Zara lembut tapi penuh tuntutan.

Belum sempat Aariz menjawab Zara kembali bertanya " Apakah aku tidak berharga di hidupnya sampai kau dengan mudahnya melepaskanku hanya karena Daddyku memintamu?

Aariz hanya diam, jujur dia ingin memperjuangkan kekasihnya karena cintanya pada Zara sangatlah tulus, tetapi sekuat apapun dia berjuang jika tidak akan mendapat restu sampai kapanpun dia harus apa? Sungguh sangat dilema, dia tak mungkin membawa Zara pergi menjauh sedangkan kehidupan mereka sangatlah tidak sebanding, bukan karena Aariz tidak percaya atau tidak ingin berusaha menjadi lebih besar, tetapi benar, kata Tuan besar, sesukses apapun dia nanti tidak akan mendapatkan restu untuk mereka bersama.

Aariz masih bersyukur karena tuan besar tidaklah menginjak harga dirinya yang hanya orang rendahan, tetapi apakah yang membuat tuan besar tidak mengizinkan Zara bersamanya meskipun dia akan menjadi sukses nanti?

"Aariz..." Zara memegang wajah kekasihnya yang terlihat melamun.

"Jangan bertanya sesuatu yang tidak masuk akal. Kau akan selalu berharga bagiku, karena disini" Aariz menuntun tangan zara ke dada kirinya dia melanjutkan "hanya ada namamu, percayalah"

"Jangan membual, kalau ujungnya nanti kau akan melepaskanku" Zara berdiri dari pangkuan Aariz dan mengambil tasnya kembali, dia sudah melihat Jam tadi dan memang sudah waktunya pulang, tampa menoleh Zara berhenti dan ucapannya membuat Aariz terdiam dan merasa sesak di dadanya

"Baiklah, jika memang kau ingin pertunanganku terjadi aku kabulkan" setelah diam ia melanjutkan sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu

"Ini ku lakukan karena aku sangat mencintaimu dengan sangat, tapi jangan salahkan aku jika suatu saat setelah aku menikah dengannya dan tenyata aku masih mencintaimu, jangan pergi, biarkan aku disisimu selamanya."

*

*

Sepulang dari kantor Zach tidak langsung pulang ke kediaman pribadinya tetapi langsung menuju ke rumah utama dimana Mommy sudah menunggunya, 15 menit diperjalanan mobil mewah itu memasuki halaman rumah yang sangat luas disamping kiri dan kanannya terdapat banyak tanaman bunga rose dengan warna yang acak, sedang ditengah halamam sebelah kiri terdapat air mancur kecil dengan bangku kayu panjang dan sebuah meja bundar disana, biasanya setiap sore mereka akan duduk disana sambil bercerita panjang lebar Nyonya besar sangat menyukai bunga rose jadi jangan heran kalau disetiap sudut ruangannya akan terdapat bungga rose yang masih segar tentunya.

"Mommy" Teriak Leon saat melihat siluet yang sangat dirindunya.

Mereka saling berpelukan dan melangkah menuju ruang makan, sesekali terdengar ringisan Leon karena mendapat cubitan diperutnya yang liat.

Sedang Zach terus melangkah menuju kamar pribadinya dan mengabaikan mereka berdua, dia akan membersihkan diri dulu setelah itu turun untuk bergabung tapi saat melepas dasi dan jas hitamnya, matanya menangkap sesuatu disana sebuah benda kecil dan berkilau di dekat kancing jasnya, diambil dan memutarnya sambil berfikir.

"Anting ini? Masih berfikir kenapa benda kecil ini bisa ada dijasnya.

Episodes
1 Bab 1| Rasa kecewa
2 Bab 2| Hati-hati Nona
3 Bab 3 | Anting ini?
4 Bab 4| Gadis manis
5 Bab 5| Sepertinya aku pernah melihatnya
6 Bab 6| Kau terlihat cantik, sayang
7 Bab 7| Hanya ingin, kenapa?
8 Bab 8| Lowongan
9 Bab 9| Aku merindukanmu
10 Bab 10| Bisa kau jelaskan?
11 Bab 11 | Kau tahu betul maksudku
12 Bab 12 | Manusia Kaku
13 Bab 13| Kau punya masalah?
14 Bab 14 | Kalau begitu duduklah.
15 Bab 15| Bukan Salahmu
16 Bab 16| Tidak Menghadirinya?
17 Bab 17| Hei, apa yang kau lakukan
18 Bab 18| Satu Ciuman
19 Bab 19 | Zachry, Aku mencintaimu
20 Bab 20 | Tidak pantas dipertahankan
21 Bab 21 | Maafkan aku
22 Bab 22 | Ayo Kita Pergi
23 Bab 23 | Kecewa
24 Bab 24 | Terima kasih
25 Bab 25 |
26 Bab 26 | Menjebakmu
27 Bab 27 | Lupakan
28 Bab 28 | Lepaskan aku
29 Bab 29 | Kau cemburu
30 Bab 30 | Ingin memisahkan
31 Bab 31| Terlihat gugup
32 Bab 32 | Kau Sedih?
33 Bab 33 | Hatimu masih bersamanya
34 Bab 34 | Jangan biarkan putriku menunggu
35 Bab 35 | Baik-Baik Saja
36 Bab 36 | Aku akui keberanianmu
37 Bab 37| Kau datang
38 Bab 38 | Seperti seorang kekasih
39 Bab 39 | Aku takut.
40 Bab 40 | Bisa kau lepaskan
41 Bab 41 | Kau menerimanya?
42 Bab 42 | Dia menolakmu
43 Bab 43 | Tunggu aku bisa jelaskan
44 Bab 44 | Si penggoda
45 Bab 45 | Dia hawatir
46 Bab 46 | Merindukan Saudaramu
47 Bab 47 | Leon Percepat
48 Bab 48| Apa maumu
49 Bab 49 | Apa ada makanan lain?
50 Bab 50 | Jangan menolakku
51 Bab 51 | Sangat kekanakan.
52 Bab 52 | Jangan Pergi
53 Bab 53| Jangan bodoh.
54 Bab 54 | Aku merindukanmu
55 Bab 55 | Hatiku menolak
56 Bab 56| Kau Hamil?
57 Bab 57 | Jangan menempeliku
58 Bab 58 | Singkirkan istrinya
59 Peresmian Toko
60 Menjelaskan pada Zara
61 Zein dan Zoya
62 Bertemu Aariz
63 Kedatangan Zachry
64 Kemarahan Zachry
65 Fakta dari Zara
66 Mau bertemu Daddy
67 Rencana membuat adik?
68 Kebenaran tentang David
69 Akhir Nania
70 END
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1| Rasa kecewa
2
Bab 2| Hati-hati Nona
3
Bab 3 | Anting ini?
4
Bab 4| Gadis manis
5
Bab 5| Sepertinya aku pernah melihatnya
6
Bab 6| Kau terlihat cantik, sayang
7
Bab 7| Hanya ingin, kenapa?
8
Bab 8| Lowongan
9
Bab 9| Aku merindukanmu
10
Bab 10| Bisa kau jelaskan?
11
Bab 11 | Kau tahu betul maksudku
12
Bab 12 | Manusia Kaku
13
Bab 13| Kau punya masalah?
14
Bab 14 | Kalau begitu duduklah.
15
Bab 15| Bukan Salahmu
16
Bab 16| Tidak Menghadirinya?
17
Bab 17| Hei, apa yang kau lakukan
18
Bab 18| Satu Ciuman
19
Bab 19 | Zachry, Aku mencintaimu
20
Bab 20 | Tidak pantas dipertahankan
21
Bab 21 | Maafkan aku
22
Bab 22 | Ayo Kita Pergi
23
Bab 23 | Kecewa
24
Bab 24 | Terima kasih
25
Bab 25 |
26
Bab 26 | Menjebakmu
27
Bab 27 | Lupakan
28
Bab 28 | Lepaskan aku
29
Bab 29 | Kau cemburu
30
Bab 30 | Ingin memisahkan
31
Bab 31| Terlihat gugup
32
Bab 32 | Kau Sedih?
33
Bab 33 | Hatimu masih bersamanya
34
Bab 34 | Jangan biarkan putriku menunggu
35
Bab 35 | Baik-Baik Saja
36
Bab 36 | Aku akui keberanianmu
37
Bab 37| Kau datang
38
Bab 38 | Seperti seorang kekasih
39
Bab 39 | Aku takut.
40
Bab 40 | Bisa kau lepaskan
41
Bab 41 | Kau menerimanya?
42
Bab 42 | Dia menolakmu
43
Bab 43 | Tunggu aku bisa jelaskan
44
Bab 44 | Si penggoda
45
Bab 45 | Dia hawatir
46
Bab 46 | Merindukan Saudaramu
47
Bab 47 | Leon Percepat
48
Bab 48| Apa maumu
49
Bab 49 | Apa ada makanan lain?
50
Bab 50 | Jangan menolakku
51
Bab 51 | Sangat kekanakan.
52
Bab 52 | Jangan Pergi
53
Bab 53| Jangan bodoh.
54
Bab 54 | Aku merindukanmu
55
Bab 55 | Hatiku menolak
56
Bab 56| Kau Hamil?
57
Bab 57 | Jangan menempeliku
58
Bab 58 | Singkirkan istrinya
59
Peresmian Toko
60
Menjelaskan pada Zara
61
Zein dan Zoya
62
Bertemu Aariz
63
Kedatangan Zachry
64
Kemarahan Zachry
65
Fakta dari Zara
66
Mau bertemu Daddy
67
Rencana membuat adik?
68
Kebenaran tentang David
69
Akhir Nania
70
END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!