Leon yang penasaran dengan Pie yang dimakan sepupunya juga ikut memasukkan pie itu kemulut, dia penasaran baru kali ini melihat sepupu sekaligus atasannya ini memakan sebuah pie biasa tapi dengan binar wajah yang berbeda. Dan benar saja setelah kunyahan pertama Leon melirik Zach mereka saling melirik kemudian mengangguk tersenyum sambil mengunyah.
"Rasanya hampir mirip buatan mommy kan?" Ucap Leon sambil memperhatikan bentuk pie dan memasukkannya kembali ke mulutnya.
"Hm, benar ini memang mirip buatan momny , tetapi kau harus catat buatan mommy lebih enak?. Mengingat mommy Luna Zachry kembali merindukan wanita cantik yang telah melahirkannya.
"Sepertinya kita harus menyapa Nyonya besar". Ucao Zach langsung menghubungi nomer mommy nya.
Setelah panggilan pertama gagal, tapi tidak dengan panggilan selanjutnya. Mereka saling berbincang seolah lama tidak saling mengunjungi, sedang beberapa hari lalu mereka masih terlihat bersama di kediaman Tuan dan Nyonya Richards kediaman orang tua Zachry.
Dibalik kaku dan dinginnya Zachry tapi saat bersama orang tuanya dia akan bersikap seperti anak-anak yang sangat manja, jika ada orang lain melihatnya tentu saja mereka tidak akan percaya bahwa pria yang susah disentuh itu memiliki sifat yang sangat..manja.
"Baiklah mommy tunggu, ajaklah Leon juga, mommy sudah lama tidak memukul anak nakal itu" putus wanita paruh baya yang masih terlihat muda di usianya yang sudah memasuki ke 50 itu.
Leon yang mendengar langsung tergelak tak percaya bibi cantiknya mengatakan hal mustahil baginya, belum sempat dia protes Zach sudah mematikan sambungan dan kembali duduk di kursi kebesarannya, melajutkan pekerjaannya yang masih sangat banyak di atas meja.
Leon yang juga memiliki pekerjaan lain segera keluar dan seperti biasa, mereka berdua akan sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan mereka sampai batas waktu jam pulang.
*
*
Sementara ditempat lain di waktu yang sama, Zara sudah kembali ketoko dan beristrahat sebentar diruang kerja kekasihnya. Bukan rahasia lagi kalau mereka memang sepasang kekasih. Jadi tidak akan heran jika Zara akan sering keluar masuk ruangan bos mereka, karena sejak awal Aariz memang sudah memperkenalkan kekasihnya pada karyawan yang lain agar tidak ada satu orangpun yang berniat tak baik pada wanitanya.
"Kau lelah?" Tanya Aariz lembut sambil mengecup pucuk kepala kekasihnya yang tengah bersandar di sofa diruangan itu.
"Tentu saja, aku harus berlari mengejar waktu, kau taukan bosku tidak suka ada orang yang terlambat mengantar pesanan, takut pelanggannya kabur" candanya menyindir kekasihnya sambil mengerutkan bibir.
Aariz hanya terkekeh geli karena melihat wanitanya semakin hari semakin menggemaskan saat mengeluh.
"Hm benar, tapi tidak berlalu untuk wanita cantik dihadapanku ini" kini Aariz sedang berjongkok tepat didepan Zara, mencubit pangkal hidung kekasihnya dengan gemas.
"Ish..sakit" Adu zara mengelus hidungnya
Aariz makin terkekeh bahagia karena bisa mengerjai kekasih yang sangat dia sayangi
kini ia duduk disebelah Zara dan menarik wanita itu dalam pelukannya, Zara tak memberontak karena setiap kali Aariz memeluknya dia akan merasa sangat nyaman, mereka saling diam, saling berbagi kenyaman dalam pelukan yang terasa sangat tulus dan hangat.
Sampai Aariz membuka suara dan membuat Zara mendongak tak suka dengan pembahasan kali ini, sedangkan mereka saat itu sudah sepakat tidak membahasnya lagi.
"Jadi, bagaimana dengan rencana pertunangan yang orang tuamu minta?
Zara mendengus kasar dan sedikit menjaga jarak, tapi dengan cepat Aariz kembali menariknya dan membuatnya duduk diatas pangkuannya, kini mereka saling berhadapan dengan tangan zara yang mengalung di leher kekasihnya.
"Aku tidak ingin membahasnya, kau lupa?"
Mengela nafas pelan Aariz melanjutkan "Sayang kau tahu, aku yang paling tidak ingin kehilanganmu, tapi-"
"Tapi kenapa?" potong Zara melihat kehawatiran kekasihnya sangat terlihat.
"Apakah Daddy menemuimu?" tebak Zara dan rupanya tebakannya tidak meleset.
"Hm, Tuan besar hanya berkunjung semalam" aku Aariz yang memang itu yang terjadi, mereka berbincang lama semalam.
"Apakah Daddyku memintamu menjauhiku? atau memintamu melepaskanku? Iras wajah Zara kembali murung mengetahui Daddy nya itu sangat berniat menjodohkannya.
"Apakah kau akan marah kalau aku menyetujui permintaannya?
Sontak perkataan Aariz membuat Zara kembali melerai pelukan mereka dan menatap tak percaya pada kekasihnya. "Lagi-lagi Aariz menyerah" batinnya
"Apakah kau tidak tulus mencintaiku? Tanya Zara lembut tapi penuh tuntutan.
Belum sempat Aariz menjawab Zara kembali bertanya " Apakah aku tidak berharga di hidupnya sampai kau dengan mudahnya melepaskanku hanya karena Daddyku memintamu?
Aariz hanya diam, jujur dia ingin memperjuangkan kekasihnya karena cintanya pada Zara sangatlah tulus, tetapi sekuat apapun dia berjuang jika tidak akan mendapat restu sampai kapanpun dia harus apa? Sungguh sangat dilema, dia tak mungkin membawa Zara pergi menjauh sedangkan kehidupan mereka sangatlah tidak sebanding, bukan karena Aariz tidak percaya atau tidak ingin berusaha menjadi lebih besar, tetapi benar, kata Tuan besar, sesukses apapun dia nanti tidak akan mendapatkan restu untuk mereka bersama.
Aariz masih bersyukur karena tuan besar tidaklah menginjak harga dirinya yang hanya orang rendahan, tetapi apakah yang membuat tuan besar tidak mengizinkan Zara bersamanya meskipun dia akan menjadi sukses nanti?
"Aariz..." Zara memegang wajah kekasihnya yang terlihat melamun.
"Jangan bertanya sesuatu yang tidak masuk akal. Kau akan selalu berharga bagiku, karena disini" Aariz menuntun tangan zara ke dada kirinya dia melanjutkan "hanya ada namamu, percayalah"
"Jangan membual, kalau ujungnya nanti kau akan melepaskanku" Zara berdiri dari pangkuan Aariz dan mengambil tasnya kembali, dia sudah melihat Jam tadi dan memang sudah waktunya pulang, tampa menoleh Zara berhenti dan ucapannya membuat Aariz terdiam dan merasa sesak di dadanya
"Baiklah, jika memang kau ingin pertunanganku terjadi aku kabulkan" setelah diam ia melanjutkan sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu
"Ini ku lakukan karena aku sangat mencintaimu dengan sangat, tapi jangan salahkan aku jika suatu saat setelah aku menikah dengannya dan tenyata aku masih mencintaimu, jangan pergi, biarkan aku disisimu selamanya."
*
*
Sepulang dari kantor Zach tidak langsung pulang ke kediaman pribadinya tetapi langsung menuju ke rumah utama dimana Mommy sudah menunggunya, 15 menit diperjalanan mobil mewah itu memasuki halaman rumah yang sangat luas disamping kiri dan kanannya terdapat banyak tanaman bunga rose dengan warna yang acak, sedang ditengah halamam sebelah kiri terdapat air mancur kecil dengan bangku kayu panjang dan sebuah meja bundar disana, biasanya setiap sore mereka akan duduk disana sambil bercerita panjang lebar Nyonya besar sangat menyukai bunga rose jadi jangan heran kalau disetiap sudut ruangannya akan terdapat bungga rose yang masih segar tentunya.
"Mommy" Teriak Leon saat melihat siluet yang sangat dirindunya.
Mereka saling berpelukan dan melangkah menuju ruang makan, sesekali terdengar ringisan Leon karena mendapat cubitan diperutnya yang liat.
Sedang Zach terus melangkah menuju kamar pribadinya dan mengabaikan mereka berdua, dia akan membersihkan diri dulu setelah itu turun untuk bergabung tapi saat melepas dasi dan jas hitamnya, matanya menangkap sesuatu disana sebuah benda kecil dan berkilau di dekat kancing jasnya, diambil dan memutarnya sambil berfikir.
"Anting ini? Masih berfikir kenapa benda kecil ini bisa ada dijasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments