Mengandung Benih Sang Mantan!
"Trisya mari kita bercerai! Rasanya hubungan kita sama sekali tak berguna, aku tidak bisa menumbuhkan rasa cinta untukmu. Jadi menurutku akan lebih baik jika pernikahan ini di akhiri!"
Kata-kata itu bak sebuah pukulan telak di hati Trisya, sekuat apa pun dia berpegang pada pernikahan ini, jika hanya dia sendiri yang ingin bertahan itu hanya akan sia-sia.
"Baiklah, mungkin sejak dulu seharusnya kita sudah mengakhiri pernikahan semu ini. Mari kita bercerai." Ucap Trisya dengan bibir bergetar, matanya nampak berair dia berjuang menahan air matanya agar tidak luruh.
***
Trisya terbangun perlahan, lagi-lagi cuplikan dari kejadian yang di alaminya masuk kedalam mimpi, membuat hatinya selalu saja di dera rasa was-was, apa lagi kini dia hendak kembali membina hubungan yang baru, dalam sebuah mahligai pernikahan. Dengan orang baru yang sejatinya tak dia kenali dari sikap mau pun sifat.
Lagi-lagi orang tua angkatnya memilihkan suami untuk Trisya, dan Trisya juga harus selalu berlapang dada dan menerima setiap laki-laki yang di pilihkan orang tuanya.
"Pah, bisakah aku menolak?" Pernah sekali Trisya mengajukan pertanyaan itu, namun malah jawaban menyakitkan yang Ia dapatkan.
"Kamu, kami besarkan bukan hanya untuk menjadi pajangan, setidaknya kamu bisa membantu kami terhindar dari kemiskinan." Sakit, ulu hati Trisya bagai di sayat. Jadi inilah arti dari keberadaannya di keluarga ini, mereka mengadopsi Trisya untuk tabungan di masa depan.
Bahkan saat Bryant menceraikannya, keluarganya seolah tak peduli, mereka malah mencarikan pasangan baru untuk Trisya, dan di sinilah Ia. Berdandan bak putri raja, berhiaskan gaun mewah nan indah, dengan perhiasan yang berkilau. Namun sejatinya, tak satu pun menjadi miliknya. Trisya bak sebuah boneka yang di dandani agar terlihat menarik dan laku di jual.
'Trisya, bahkan air mata mu pun sudah tidak ada artinya, mengapa kau harus menangis? Kau bagi mereka hanya sebuah aset untuk diperjual belikan.' batin Trisya bergumam.
Seorang pria, bertubuh tegap berisi datang memasuki ruangan, dengan di apit dua pengawal di masing-masing kiri dan kanannya.
Dia adalah Seamus Brown seorang pengusaha sukses di bidang transportasi dan jasa pengiriman barang. Dia pria berusia sekitar empat puluh lima tahunan, dia seorang perjaka tua yang sulit menikah. Namun, tak banyak yang tahu alasan sebenarnya dia tidak menikah, namun anehnya saat melihat Trisya justru dia sendiri yang mengajukan lamaran terhadap keluarga Trisya.
"Selamat datang Tuan Seamus, silahkan duduk!" Ucap Diego ayah angkatnya Trisya beramah tamah.
"Terima kasih Tuan Diego, apa sekarang mungkin seharusnya aku memanggilmu Ayah mertua?" Dia terkekeh pelan, namun tatapan matanya mengarah pada Trisya yang duduk tak jauh dari Ibunya, Margaret.
"Haha, anda bisa saja Tuan Seamus, sebetulnya sebuah panggilan seperti itu bagi kami tidaklah penting, benarkan Diego?!" Margaret meminta pendapat suaminya.
"Tentu saja," jawab Diego mengiakan, "bagi orang terhormat seperti anda sebutan seperti itu tidak di wajibkan."
Trisya mencengkram ujung gaun Salem selutut yang ia kenakan, tatapan Seamus membuat dia merasa tak nyaman. Meski dia seorang janda, namun dia masih suci. Dalam artian dia masih belum tersentuh sama sekali, selama dua bulan pernikahannya dengan Bryant tak sekali pun pria itu menyentuhnya. Bahkan saat Dia mengajukan perceraian pun Bryant tak mau menatap wajah Trisya. Mungkin karena pernikahan itu terjadi atas paksaan kedua orang tua mereka, jadi Bryant tak mau menerimanya.
Trisya dan Bryant nyaris tak pernah bertemu selama masa pernikahan mereka. Trisya selalu diam di kamarnya saat Bryant pulang, dan Bryant sendiri sibuk dengan dunianya sendiri, bekerja dan hangout bersama teman-tamannya, bermain di klub dan minum-minum sepanjang malam.
Saat dia pulang dia selalu mabuk berat dan mengatai Trisya banyak kata-kata kasar tanpa Ia sadari, membuat Trisya sakit hati dan memilih untuk menjalani hidup masing-masing, dia hanya akan keluar saat Bryant tak ada di rumah atau hanya sekedar membopongnya ke-kamar. Dan pada akhirnya Bryant sendiri yang ingin mengakhiri pernikahan yang tidak jelas arahnya ini.
Trisya beranjak dari tempat duduknya, "Mah, Pah, aku ijin ke-toilet dulu." Ujarnya berjalan setengah berlari.
Bruk...!!
Trisya menabrak seorang pria yang berjalan dari arah berlawanan dengannya, "ma-maafkan saya Tuan, sa-saya tidak sengaja." Trisya menunduk memberi hormat.
"Trisya, sedang apa kamu disini?" Tanya James teman dekat Bryant yang sering mengantarnya pulang.
Trisya mendongak menatap lawan bicaranya, "aku sedang ada urusan James, kalau begitu aku permisi dulu." Trisya langsung berlalu, dia tak ingin berada berlama-lama dengan Bryant. Sakit di hatinya acap kali muncul saat dia melihat wajah Bryant.
"Bro!" James menyikut perut Bryant yang diam terpaku menatap punggung Trisya yang perlahan menghilang di lorong menuju toilet.
"Dia Trisya, kan?" Tanyanya seolah tak percaya.
"Tentu saja, apa kau sudah lupa pada mantan Istrimu sendiri?" James terkekeh pelan.
"Bukannya aku lupa, tapi aku tidak mengenali wajahnya dengan jelas. Ternyata dia cukup cantik," James melongok mendengar ucapan Bryant.
"Hey Bro! Kemana saja matamu selama ini, dia memang cantik. Apa saat kalian tidur bersama kau tidak pernah melihat wajahnya," dia terkekeh tak percaya.
"Kami tidak pernah tidur bersama," ucap Bryant.
"Hah?! Kamu bercanda kan?!" James masih enggan percaya.
Bryant melempar tatapan kesal, "ayo bukankah kita akan minum sampai puas malam ini." Bryant mengalihkan perhatian, dia mengaitkan lengan di leher James.
"Tunggu, jelaskan dulu padaku." Pekiknya, dia berusaha melepas lengan Bryant dari lehernya.
Trisya, menatap wajahnya di cermin. Setelah bercerai, baru kali ini dia bertemu Bryant secara langsung, entah mengapa Trisya menangkap tatapan berbeda dari pria itu.
Trisya mencuci tangannya dan kembali merapikan penampilannya, dia lantas berjalan keluar dari toilet, tiba-tiba seseorang menarik lengannya membawanya ke sudut yang tak terjangkau oleh orang lain.
Mata Trisya melebar sempurna saat dia melihat siapa yang menekannya, "Tu-tuan Seamus, a-apa yang akan anda lakukan?"
"Aku sudah tidak tahan saat pertama kali melihatmu," ucapnya, matanya terfokus pada belahan dada Trisya, yang nampak menonjol dengan bentuk tak berubah masih seperti seorang gadis.
"Tu-tuan kita masih belum menikah, jadi tolong jangan bersikap begini." Trisya berusaha menghindar, namun dia tak bisa berbuat apa-apa karena lengannya di tekan oleh laki-laki itu, Seamus mulai mencium ceruk leher Trisya memaksanya menuruti apa yang Ia mau.
"Dasar bajingan!" Bhuk... Tiba-tiba tubuh Seamus di tarik seseorang dan di hajar seketika, membuat dia jatuh tersungkur ke lantai.
"Astaga!" Pekik Trisya.
"Kau sudah gila, kau berani memukulku?!" Seamus bangkit dengan wajah garang.
"Mengapa tidak, kau sudah berani bertindak kurang ajar di depan umum. Kau baik-baik saja Trisya?" Bryant memberi perhatian.
Trisya hanya mendelik, dia berjalan mendekat pada Seamus, "anda baik-baik saja Tuan Sam? Mari saya bantu anda berdiri." Trisya membantu Seamus bangkit kembali.
"Kau kenal dia?"
"Tidak!" Trisya mendelik pada Bryant.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
Bryant pasti menyesal menceraikan Trisya..
2023-11-23
0
Mom Dee🥰🥰
mampir kesini, penasaran ama judulnya 🤭
2023-04-18
1