Permainan Bryant berakhir dalam kurun waktu 30 menit, itu pun sudah termasuk waktu yang cepat, dia merasa tidak tega mendengar erangan kesakitan Trisya, jadi Ia berusaha mempercepat permainannya.
Tubuh Bryant terkulai lemas di atas tubuh Trisya, dengan peluh bercucuran.
Trisya mendorong tubuh Bryant agar turun dari tubuhnya, dia hendak beranjak, namun Bryant malah melingkarkan lengan di pinggangnya, "tidurlah, kau pasti lelah." Gumamnya, sambil mencium kepala bagian belakang Trisya.
Trisya mendengus kasar, namun perkataan Bryant ada benarnya, tubuhnya memang sangatlah lelah, Trisya mengurungkan niatnya dan memilih untuk tetap berbaring untuk sementara waktu.
Trisya merasakan pergerakan kembali di atas tubuhnya, saat matanya terbuka tampaklah wajah Bryant yang kembali memposisikan diri di atas tubuh Trisya.
Mata Trisya melebar sempurna, "apa lagi yang kau ingin lakukan?"
Bryant tersenyum smirk, "satu kali lagi."
Kali ini Trisya tidak menolak, dia hanya membuang muka, biarkan saja lah toh dirinya sudah tidak suci lagi, pikirnya.
Bryant kembali menjamah tubuh Trisya, kali ini tempo permainan Bryant cukup lama, hingga dia mencapai klimaksnya sendiri.
Trisya menjejakkan kakinya di lantai, dia melirik Bryant yang nampak tertidur pulas dengan tubuh telanjangnya.
Trisya mengguyur tubuhnya dengan air dingin, memejamkan mata berusaha membuang semua bayangan kejadian tadi. Hembusan napas kasar Bryant dan sentuhannya terasa berbekas di kulit Trisya. Trisya benci Bryant, namun tak membenci sentuhannya.
"Kamu benar-benar gila Trisya," Trisya menoyor kepalanya sendiri dengan kesal. Bagaiman bisa pikiran seperti itu terlintas di benaknya.
Selepas membersihkan diri, Trisya mencari pakaian dalam lemarinya, siapa tahu ada pakaian yang tersisa di dalam sana. Setelah berpakaian Ia pun lekas pergi dari tempat itu sebelum Bryant terbangun.
...----------------...
Langkahnya menjejak pelataran rumah, saat ini hari sudah gelap, jam kecil di pergelangan tangan Trisya menunjukan waktu pukul 21:00. Dia menghela napas kasar sebelum melangkah masuk.
Ceklek...
Trisya mendorong pintu rumah itu hingga dia dapat memasukinya. Dia melangkah dengan tempo cepat hendak menaiki tangga, namun seruan yang terdengar membuat dia seketika mengurungkan niatnya, lantas menoleh.
"Masih berani kau kembali ke rumah ini setelah mempermalukan kami!" teriak Diego dari ujung ruangan, segelas wine tampak di genggamannya.
Trisya menunduk. Plak...! Sebuah tamparan mendarat di pipinya, "dasar ****** tidak tahu di untung, beraninya kau pergi dari acara pernikahan dan menemui mantan suami-mu." Ucap Margaret setengah berteriak, Trisya tak ingin mendebat dia hanya diam dan menerima tiap makian yang keluar dari bibir sang Ibu asuh.
"Aku tidak lari Mah, aku di culik." Jawab Trisya tanpa menatap lawan bicaranya.
"Hah, di culik? Kau pikir kami akan percaya, sekarang ganti pakaianmu dan ikut kami memohon maaf pada Tuan Sam!" bentak Margaret.
"Kenapa aku harus minta maaf, aku tidak salah." Plak... satu tamparan lagi mendarat mulus di pipi Trisya.
"Dasar ****** tidak tahu diri, kemari kau. Aku akan membuatmu menyadari kesalahanmu." Margaret menarik lengan Trisya menyeretnya mengikuti langkahnya.
"Lepaskan aku!" Teriak Trisya dia berusaha melepas cengkraman sang Ibu angkat yang melekat di tangannya.
"Diam kau!" Bentaknya, Margaret terus mencengkram lengan Trisya menariknya kasar.
Alena nampak terbangun, dia mengucek matanya sambil menilik apa yang terjadi dari ambang pintu, "ada apa Mah?" tanyanya polos dan bingung.
"Tidak ada apa-apa, kau masuk saja dan kunci pintunya!" perintah Margaret telak.
Walau enggan Alena tetap menuruti perintah Ibunya, karena takut.
Bruk...!!
Tubuh Trisya terlempar keatas ranjang, tak lama kemudian Diego muncul dengan tatapan aneh, Ayah angkatnya itu tampak menyeringai dia memerhatikan tubuh Trisya dari ujung kepala sampai kaki, di tambah dress selutut yang Ia kenakan sedikit tersibak karena Ia terjatuh tadi, menampakan paha putih mulusnya.
"Kau menginginkan dia, kan?" Margaret seolah mengerti isi pikiran Diego.
Diego terkekeh pelan, "kau selalu tahu apa yang aku inginkan, sayang." Dia mencium pundak sang Istri.
"Apa maksudnya menginginkan, Ayah?" tanya Trisya, matanya memandang Diego dan Margaret silih berganti.
"Tentu saja menikmati tubuhmu, apa lagi?" Diego terkekeh pelan.
"Apa kau gila, aku ini putrimu?!" ucap Trisya merasa terkejut, tempo suaranya seketika meninggi.
"Kau hanya putri angkat, kau pun tahu itu. Jadi, kita tak punya hubungan darah sama sekali."
"Tapi tetap saja, kalian merawat aku dari kecil, apa kalian tidak punya sedikit pun rasa sayang terhadapku?" Trisya menatap tak percaya, air matanya luruh seketika.
Diego dan Margaret terkekeh pelan, "Peternak merawat ternaknya untuk mendapat keuntungan dari penjualannya, jika sudah tidak bisa di jual, maka mereka akan menyantapnya sendiri. Bagi kami, kau tidak lebih dari seekor binatang peliharaan." Mereka tergelak seketika.
Trisya mendengus kasar, "kalian benar-benar keterlaluan, aku tidak menyangka hati kalian benar-benar busuk!"
"Cih, dasar ****** tidak tahu di untung, Diego habisi dia, malam ini dia milikmu! Lagi pula, ****** ini sudah tidak perawan lagi, sekarang dia sudah tidak berguna bagi kita. Tuan Sam juga tidak menginginkannya lagi!"
"Tidak! Menjauh dariku, dasar keparat!" Trisya menyeret dirinya mundur ke ujung ranjang. Dia melempari Diego dengan bantal dan guling, serta barang yang mampu di raihnya.
"Cih, aku tidak ingin melihat ini. Walau bagaimana pun aku tetap cemburu, aku keluar dulu." Margaret keluar dari kamar tempat Diego hendak menjamah Trisya, dia menghembuskan napas kasar.
"Jangan terlalu berisik, atau aku akan menghajar-mu!" teriak Margaret lagi.
"Oke sayang, aku akan berusaha memelankan suaraku." Jawab Diego yang sama-sama gila.
"Dasar pasangan psikopat! Menjauh dariku, jangan sentuh aku!" jerit Trisya saat kakinya di tarik Diego.
Tolong...! Tolong...! Jeritnya ketakutan, air matanya membanjiri seluruh wajah Trisya.
Sungguh dia merasa menyesal karena kembali ke rumah ini, rumah dimana dia merasakan keluarga yang hangat dulu, rumah dimana dia merasa paling aman, tapi sekarang rasa itu hilang dalam sekejap mata, dia tak menyangka pasangan yang Trisya anggap sebagai orang tuanya, tak lebih dari pasangan Iblis.
"Ja-jangan, ku mohon jangan." Trisya mengatupkan kedua tangannya di hadapan Diego, minta ampun pada sosok yang sudah tak punya hati nurani itu.
Bukannya mendengarkan permintaan Trisya, pria biadab itu malah semakin menggila, dia naik ke atas ranjang berusaha memperkosa Trisya. Tanpa sengaja Trisya meraih sebuah asbak yang terbuat dari keramik dan menghantamkannya ke kepala Diego, membuat pria itu menjerit kesakitan.
Aaarrrggghh...!! Jeritnya.
"Dasar wanita sialan!" pekiknya.
Saat Diego masih terfokus pada lukanya, dengan segera Trisya berlari keluar kamar tersebut.
Brak...!! Prang...!!
Tubuh Trisya bertabrakan dengan Margaret yang membawa segelas jus di tangannya, hingga gelas tersebut pecah berhamburan ke lantai, begitu pun isi di dalamnya sudah tak nampak lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Siti Fatimah
aku sudah begitu banyak baca novel, tapi ini cerita terjahat yg kubaca. bahkan cerita mafia pun tak sekejam ini.
2023-01-27
1