Worst Marriage

Worst Marriage

Sidang Pengadilan

Pagi itu, Catylin Lee, tengah duduk menantikan sidang pertama perceraian di pengadilan agama.

Gugatan perceraian yang diajukan satu bulan lalu sangat dinanti-nantikan oleh wanita berusia 35 tahun tersebut. Selama 10 tahun membina biduk rumah tangga tak berarti apa-apa bagi Catylin.

Rasa kesabaran selama 10 tahun terakhir, sudah cukup berat memendam rasa kecewa dan perih di hati, kala perempuan itu diselingkuhi sendiri oleh suami yang dicintainya.

Hatinya remuk luluh lantah bak gelas yang terpecah-belah, sudah tak bisa disatukan kembali.

Dia—Stefan Worst, berusia 39 Tahun, pria yang menyakiti Catylin berkali-kali tak juga sadar akan perilaku dan perbuatan yang menghancurkan rumah tangganya sendiri.

Sampai persidangan pertama digelar, pria itu nangis histeris ketika satu hal yang tak pernah diharapkan dan diduga, terkuak pada persidangan pertama.

"Para hadirin, kita mulai persidangan ini secara tertutup. Sidang gugatan cerai, Senin (19/12/2022), yang tergugat Stefan Worst (39 Tahun), sidang resmi dibuka." Hakim mengetuk palu hingga tiga kali.

Tangan Catylin tremor parah, kala hakim mengetukkan palu. Dengan harapan, ajuan gugatan perceraian itu disetujui oleh hakim. Namun, rasa berdebar juga ia rasakan saat status anaknya ikut berubah menjadi anak-anak dari keluarga broken home.

Tak pernah ia bayangkan, saat anaknya tak lagi memiliki sosok ayah yang kerap mendampingi setiap saat. Namun, Catylin kembali menguatkan hati, percaya bahwa ini satu-satunya cara untuk membuat hidupnya lebih bahagia.

Berpisah dengan lelaki buruk, perilaku yang buruk, sifat yang buruk serta tabiat yang buruk. Sudah cukup bagi Catylin untuk menyengsarakan diri sendiri selama 10 tahun terakhir, mempertahankan rumah tangga yang telah hancur berkeping-keping sejak awal pernikahan mereka.

Tabiat Stefan tak bisa dirubah, meski Catylin berkali-kali memaafkan kasus perselingkuhan yang dilakukan pria itu.

"Penggugat, dengan ajuan persidangan ini, sesuai kesepakatan diawal, saya minta dibawakan test pack. Kita akan langsung mengecek hasil test pack tersebut. Silahkan pengugat melakukan test di kamar mandi," ucap Hakim.

Dengan rasa percaya diri, Catylin memberanikan untuk berdiri. Ia menunjukkan testpack baru kepada seluruh tamu persidangan dari pihak keluarga dan tergugat.

Ia yakini, kalau dirinya tak akan hamil lantaran selama ini masih menggunakan KB untuk mencegah kehamilan semasa suaminya berselingkuh.

Kemudian, didampingi oleh pengacaranya, Catylin masuk ke dalam kamar mandi. Menampung sebagian urine untuk dilakukan pengecekan.

Betapa shocknya Catylin saat melihat dua garis melintang pada test pack tersebut. Sialnya, hal yang tak diinginkan terjadi saat pernikahan itu sudah berada diujung tanduk.

Catylin dinyatakan hamil saat persidangan pertama digelar. Tubuh Catylin bergetar bak di sambar petir di pagi hari. Jatung berdegup kencang, darahnya pun mengalir cepat saat ia harus menerima keadaan yang paling menyakitkan dan terpahit semasa hidupnya.

Hamil anak keempat? Yang tak pernah disangka maupun diharapkan malah terjadi hingga mencegah perpisahan pada rumah tangga yang telah retak dan hancur berkeping-keping.

Tak terasa, pipi Catylin telah banjir, bulir-bulir itu berderai begitu deras. Membasahi pipi tirus yang mulus itu.

"Bagaimana ini bu?" lirih Catylin menunjukkan hasil test pack bergaris dua merah pada pengacara yang mendampingi.

Pengacara itu merasa tak percaya, ia merampas alat penguji kehamilan itu dengan rasa kecewa. Test pack itu diangkat ke depan mata, memastikan kalau garis dua itu tidaklah pernah salah.

Raisa—Pengacara Catylin, merema*as kepalanya karena tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.

"Sial! Laki-laki itu terlalu beruntung," umpat Raisa seraya mengibaskan test pack dengan rasa kesal.

"Sepertinya, Pengadilan Agama akan menolak gugatan sidang perceraian ini. Didalam agama, seorang perempuan yang tengah mengandung tidak bisa diceraikan ataupun mengajukan gugatan cerai," ujar Raisa dengan kepala tertunduk serta rasa kecewa.

"Jadi, apakah aku harus terus bertahan dengan pria itu? Pria yang bertahun-tahun menghancurkan hidupku? hiks hiks," sesal Catylin masih berurai air mata.

"Kalau begitu, kita serahkan dulu test pack ini kepada Hakim. Biar hakim yang menentukan." Raisa memapah Catylin dengan sabar lantaran masih shock dengan hasil test pack tersebut.

Saat memasuki ruang sidang, Stefan menatap Catylin penuh dengan tanda tanya. Raut wajah menyedihkan perempuan itu bak menyambar tubuhnya. Sepertinya, ada sesuatu yang tak pernah ia sangka akan terjadi.

Pengacara Catylin langsung menyerahkan hasil test pack tersebut kepada Hakim. Hakim Ketua sebagai mediator yang juga seorang wanita itupun memerasakan kekecewaan mendalam seperti penggugat.

Bertahun-tahun diselingkuhi, wanita mana yang sanggup untuk bertahan? Tatapan nanar dari hakim itupun tak bisa membohongi seluruh para tamu persidangan.

"Bagaimana hasilnya, Hakim Ketua?" tandas Pengacara Stefan—Biru Sky.

"Sebentar, saya akan membacakan hasil test pack ini," ujar Hakim Ketua. Namun, mulutnya seakan terkunci, mediasi yang ia lakukan untuk menyatukan kembali pasangan suami istri itupun sepertinya akan berhasil.

Sesuai dengan aturan Pengadilan Agama, apapun alasan gugatan perceraian, hakim tetap diminta untuk memediasi penggugat maupun tergugat agar terjadi perdamaian.

Namun, untuk kasus Stefan dan Catylin, Hakim Ketua itupun tak setuju jika mereka terus menyatu membangun bahtera rumah tangga. Jika perselingkuhan hanya terjadi satu kali, wajar sang istri harus memaafkan.

Namun, kalau sudah terjadi berkali-kali bahkan tak terhitung? Apakah pria itu pantas dimaafkan? Itulah yang membuat hakim masih menimbang-nimbang keputusan.

Bukti perselingkuhan telah mereka terima dari penggugat. Bahkan, banyak hal senonoh yang dilakukan tergugat, sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang kepala keluarga.

Terlebih, disaat sang istri sibuk mengurus ketiga anak, bahkan membantu dalam hal finansial tetapi kepala keluarga itu tetap bertindak sesukanya.

Melakukan perselingkuhan melebihi yang dilakukan dari pasangan suami istri. Beruntung, Stefan tidak sampai membuat perempuan lain hamil saat ia masih menjadi suami Catylin.

"Dengan rasa berat hati, ajuan persidangan gugatan perceraian ini kami tolak. Berdasarkan hasil penguji test kehamilan, ibu Catylin mengandung anak keempat dengan tergugat. Oleh karena itu, kita nyatakan persidangan ini berakhir dengan damai. Kami akan buatkan akta perdamaian." Hakim Ketua mengetuk palu hingga tiga kali.

Stefan langsung menoleh ke arah istrinya. Ia tak menyangka kalau istrinya itu telah mengandung. Anak keempat? Bahkan, Catylin saja tak pernah mau untuk menambah anak.

Stefan terharu, seolah-olah pernikahannya terselamatkan karena kehadiran hadiah yang tak pernah didamba. Gugatan perceraian yang diajukan oleh Catylin tak pernah mau diterima oleh Stefan.

Pria itu tetap bersikukuh ingin mempertahankan rumah tangga mereka. Sebab, ada tiga anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah.

Stefan histeris, lalu langsung berlari ke arah Catylin. Memeluk perempuan itu dengan erat seraya mata berkaca-kaca. Tak terasa, buliran bening itupun telah menetes tanpa henti, membasahi pipinya.

"Makasih, sayang," ucap Stefan, tanpa rasa malu, ia mengecup pucuk kepala itu dengan lembut.

Stefan terharu sekaligus bahagia lantaran rumah tangga mereka akan tetap utuh. Berkat kehadiran anak keempat mereka, mata batin Stefan mulai terbuka. Rasa untuk mulai memperbaiki diri pun timbul. Ia ingin menjadi papa dan kepala keluarga yang baik dimata dikeluarga itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!