"Mama masakin ayam goreng. Dewi sama Dewa kayaknya sudah lapar tuh, makan dulu ya. Mama masih repot masak, belum sempat ngurus mereka. Mama juga minta Dewi dan Dewa mengurus adik mereka," ungkap Retno pada putrinya.
"Iyah, ma, aku mengerti. Setiap hari juga aku sibuk seperti mama sekarang. Untung ada mama, aku tertolong untuk menjaga anak-anak ini," terang Catylin.
*****
Di dalam kamar, Stefan tampak frustasi saat diabaikan oleh istri dan anak-anaknya. Ia menyugar rambut dengan rasa sesal. Muncul lagi perasan untuk menghubungi selingkuhan terakhirnya. Namun, ia urungkan kembali niat itu, dengan keteguhan hati ingin benar-benar merubah tabiat buruk tersebut.
"Susah juga jadi suami dan papa yang baik," lirih pria itu, mengacak-acak rambut lantaran semakin frustasi memikirkan rumah tangga yang semakin dingin.
Stefan Worst merebahkan diri di atas ranjang. Mulai memikirkan strategi bagaimana cara mengambil hati istrinya kembali. Namun, apapun yang dipikirkan pria itu, ia tetap teringat pada selingkuhan yang cantik-cantik dan seksi serta sempat ia nikmati tubuhnya.
"Arghhh! Pikiran, berdamailah sama keadaan! Jujur aku ingin berubah," batin pria itu.
Stefan kembali larut dalam pikiran. Lalu mulai mematangkan strategi, memikirkan cara apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan kembali hati sang istri. Meluluhkan istrinya agar tak bersikap dingin lagi padanya.
"Apa aku harus menggodanya seperti saat aku menggoda para selingkuhanku?" ucapnya dengan lirih.
Sepertinya, ia akan mencoba cara itu. Menggoda sang istri agar kembali memperbaiki keadaan rumah tangga mereka.
Stefan mulai mengingat kilas balik saat ia masih berperilaku buruk. Layaknya seorang perjaka tetapi nyatanya telah terikat pernikahan.
Bahkan, sudah memiliki buntut tiga, yang harus dijaga dan diberikan kasih sayang. Sayangnya, kehadiran tiga anak, belum cukup menyadarkan Stefan untuk menjadi papa dan suami yang baik.
Flashback On!
10 Tahun yang lalu, seminggu sebelum pernikahan digelar, Catylin tak sengaja melihat notifikasi dilayar ponsel Stefan saat mereka sedang mengambil gaun pengantin. Catylin menunggu Stefan yang sedang ke kamar mandi. Ponselnya lupa di bawa, malah berada di atas meja ruang tunggu.
Ponsel jadul yang hanya bisa berkirim pesan itupun langsung membuat Catylin cukup histeris. Bagaimana tidak, hanya tinggal seminggu lagi, status Catylin dan Stefan akan berubah di KTP. Namun, lelaki itu masih mencoba menggoda perempuan lain.
Saling berkirim pesan, melemparkan rasa rindu serta mengakui rasa sayang pada perempuan yang tak dikenal oleh Catylin.
Jeji—Wanita pertama yang menjadi selingkuhan Stefan, kala pria itu akan bersanding dengan Catylin di pelaminan. Stefan yang menyimpan nama kontak langsung dengan nama aslinya, membuat Catylin bertanya-tanya dan menjadi bimbang untuk melanjutkan pernikahan mereka.
Catylin membaca satu-persatu pesan yang dikirimkan Stefan pada Jeji. Lalu, membaca pesan yang dikirimkan Jeji pada ponsel Stefan. Betapa terkejutnya Catylin, saat satu pesan merujuk pada janji Stefan akan menikahi Jeji dalam waktu dekat.
Tanpa pikir panjang, Catylin langsung mempertanyakan tentang pesan-pesan itu pada calon suaminya. "Apa maksud semua ini?" Catylin melemparkan ponsel kecil itu ke arah Stefan dengan kemarahan yang memuncak. Usianya saat itu masih cukup belia, berumur 25 tahun dan sangat polos.
"Berani sekali kamu membaca pesan-pesan di ponselku?" tampik pria itu dengan wajah kesal.
"Kamu sebenarnya niat nggak sih nikahin aku? Kenapa kamu malah menggoda perempuan lain? Pakai janji segala mau nikahin dia," berang Catylin Lee.
"Hmm ... aku cuma iseng kok, sayang! Nggak sungguh-sungguh, lagipula dia malah menjawab semua pesan-pesanku," kilah pria itu menenangkan, lantaran seluruh isi pesan telah terbaca oleh calon istrinya.
"Kamu gila kali, ya! Apa lebih baik kita batalkan saja pernikahan ini?" ancam Catylin.
"Ja–jangan, sayang!" jawab Stefan terbata-bata.
"Bisa malu keluargaku dan keluargamu, undangan juga sudah disebar." Stefan bertekuk lutut di hadapan Catylin agar wanita itu segera luluh dan mengurungkan niatnya.
"Sial! Mengapa aku bisa bertemu jodoh sepertimu," gerutu Catylin, akhirnya ia tetap dengan pilihan melanjutkan pernikahan itu.
"Mungkin ini salah satu ujian sebelum pernikahan kita, yang! Kata orang-orang, ujian sebelum pernikahan itu, beneran ada." Stefan mencoba menyakinkan.
"Aku juga hanya iseng. Tidak ada niatanku untuk menikahinya. Dia hanya teman lamaku, teman satu SMA," beber Stefan.
Akhirnya, Catylin pun percaya kalau Stefan hanya iseng-iseng semata. Mencoba bercanda pada teman satu sekolah yang sempat ia taksir ketika mereka masih remaja.
Seminggu kemudian ...
"Saya terima nikah dan kawinnya, Catylin Lee dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat, dibayar TUNAI!" teriak Stefan dengan lantang mengumandangkan ijab kabul.
"Bagaimana para saksi?" tanya Penghulu.
"SAH! SAH! SAH!" teriak para tamu.
"SAH!" tegas Penghulu, menjabat tangan pengantin pria, lalu menghentakkannya dengan semangat.
Stefan langsung tersenyum sumringah, disambut rasa haru dari Catylin karena mereka telah sah menjadi suami istri. Babak baru dalam pernikahan pun di mulai.
Acara pernikahan berlangsung sangat meriah, disambut oleh pihak keluarga pengantin pria maupun wanita. Pesta besar-besaran saat menggelar resepsi berlangsung selama satu hari semalam.
Tamu undangan yang datang pun sangat banyak. Mereka ikut berbahagia setelah sepasang pengantin baru itu melabuhkan ke dalam pernikahan.
"Selamat ya!" ucap Sahabat Catylin—Jesika di pelaminan seraya memeluk dengan erat.
Jesika yang menjadi bridesmaid hari itu, sangat terharu saat sahabat satu-satunya telah dipinang oleh pria baik, menurutnya. Ia yakin, bersama Stefan, Catylin akan membina rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah.
"Gue juga nggak sabar lo nyusul," seloroh Catylin dalam pelukan Jesika, tak terasa lantaran terharu, ia meneteskan bulir bening dari pelupuk mata.
"Lo harusnya senang! Ini hari bahagia lo, bukan hari kesedihan lo!" canda Jesika saat melihat air mata yang menetes, ia tak suka melihat air mata sahabatnya terus berlinang.
Jesika langsung menyeka air mata yang menetes itu. Rasa haru dirasakan oleh keduanya. Bahkan, mereka berpelukan perpisahan saat acara resepsi berakhir.
"Pokoknya lo harus bahagia!" ucap Jesika memperingatkan sembari berpamitan pada sahabatnya.
"Lo juga, maaf kalau kedepannya waktu kebersamaan kita akan berkurang!" desah Catylin. Ia melayangkan senyum lebar, lalu mengendurkan pelukan tersebut.
Flashback Off
Stefan cukup terharu ketika mengingat momen kenangan pernikahan itu. Meskipun ada embel-embel perselingkuhan yang membuat Stefan gelap mata seminggu sebelum pernikahan.
Awalnya, teman SMAnya itu baru mendapatkan kabar kalau Stefan pernah menyukai dirinya. Dengan keberanian, Jeji yang lebih dulu menghubungi Stefan. Lalu disambut baik oleh Stefan. Terjadilah awal perselingkuhan singkat itu. Meski pada akhirnya, Stefan memilih mengakhiri hubungan itu sehari sebelum pernikahan.
Ia mengaku jujur pada Jeji, kalau esoknya akan menikah. Jeji pun sadar diri, memilih menjauhi pria yang akan memiliki istri tersebut.
"Pa, ayo makan," celetuk Catylin membuyarkan lamunan Stefan tentang kenangan pernikahan, di ambang batas pintu kamar.
Ia langsung menoleh ke arah sumber suara, ternyata sang istri masih perhatian. Sengaja mengajaknya untuk makan bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments