Drama Part 2

"Sepertinya badanku demam, tanganku nyeri. Bisakah kamu kesini?", mata Kinan menatap layar Handphone, tertulis nama KAL sebagai pengirim. Kinan menarik nafas dalam, kakinya beranjak meninggalkan halte bus untuk mengikuti arah map yang dikirim Kalandra. Rasa tanggung jawabnya membuat Kinan mau tidak mau menuruti kemauan Andra.

Kinan berdiri didepan sebuah cafe kemudian ia kembali menatap layar handphone, tempat yang ia tuju sesuai dengan lokasi yang dikirim Andra lewat WA. Kedua mata Kinan menatap kanan kiri berharap mendapati sosok yang ia cari. Hingga akhirnya lambaian tangan dari seseorang dipojokan mengarah kepadanya, kedua kakinya segera menghampiri Andra yang duduk sendirian dengan makanan dan minuman didepannya.

"Ayo aku antar ke dokter", ucap Kinan singkat. Ia merasa harus to the point menghadapi Andra.

"Duduk sini dulu...", Andra meraih tangan Kinan untuk duduk disebelahnya. Tubuh Kinan pun terjatuh dikursi karena tarikan tangan Andra.

"Aku rasa badanku demam", meletakkan telapak tangan Kinan di dahinya untuk membuktikan dirinya memang sedang demam.

"Ayo aku antar ke dokter", kata-kata itu kembali dilontarkan Kinan.

"Kita makan dulu", ucap Andra.

"Maaf ndra, aku gak ada waktu kalau harus menemani kamu makan, tapi kalau kamu mau aku anter ke dokter ayo aku anter!!", Kinan sedikit meninggikan suara karena emosi dengan tingkah Andra.

"Kenapa jadi kamu yang ngegas, gue kayak gini juga gara-gara lo. Tangan gue jadi sakit gini juga gara-gara lo", Andra tak mau kalah, "Anjriitttttt....gue jadi gak nafsu makan". Entah karena respon Kinana yang tak sesuai harapan atau karena efek badannya yang sakit, emosi Andra memuncak.

"BRAAAAAANGGGG", Andra sengaja melempar piring didepannya hingga jatuh kelantai, sontak Kinan kaget dan semua mata tertuju ke arah mereka berdua.

Pelayan cafe segera mendatangi meja Andra, tanpa berkata mereka kembali menuju dapur untuk mengambil sapu untuk membersihkan pecahan piring dan gelas. Kinan beranjak dari tempat duduknya dan memunguti pecahan piring, ia kembali merasa bertanggungjawab dengan emosi Andra. Satu persatu ia kumpulkan hingga pelayan cafe datang untuk membantu dan membersihkan dengan sapu.

"Maaf ya mbak, tadi gak sengaja piringnya kesenggol nanti saya ganti", ucap Kinan disela-sela membersihkan pecahan.

"Iya mbak gak papa", jawab pelayan cafe dengan ramah. Sementara Andra masih cuek seperti tidak terjadi apa-apa. Selasai membersihkan piring, Kinan menuju kasir untuk membayar makanan Andra.

"Maaf kalau aku membuat kamu marah, ayo sekarang aku antar ke dokter, badan kamu demam", Kinan mencoba memelankan suara. Andra hanya meilirik ke arah Kinan. Kinan sadar untuk lepas dari permasalahan ini, ia harus menurunkan ego karena ia mulai sedikit paham dengan karakter Andra.

"Ayo aku bantu berdiri", menatap dalam kedua mata Andra. Setelah terdiam beberapa saat akhirnya Andra mengikuti perintah Kinan.

"Kita naik taksi aja, aku gak kuat nyetir mobil", ucap Andra.

"Tunggu sini, aku nyari taksi dulu", berlari meninggalkan Andra. Kedua mata Andra melihat dari kejauhan tingkah Kinan yang berusaha melakukan terbaik untuk dirinya.

"Ayo masuk, aku bantu", Kinan membuka pintu taksi. Andra memasuki taksi, kemudian disusul Kinan. "Pak, tolong antar ke Rumah sakit atau klinik terdekat", ucap Kinan.

"Iya mbak", jawab pria paruh baya sambil mulai menjalankan taksi nya. Tak ada obrolan dari mereka bertiga, hingga Andra menjatuhkan kepalanya kepangkuan Kinan.

"Kepala ku pusing", ucap Andra. Awalnya tak ada reaksi apa-apa dari Kinan karena ia sendiri masih tidak percaya dengan tingkah Andra, hingga akhirnya ia memberanikan diri memegang dahi Andra yang benar-benar panas, "Ya tuhan panas banget", gumamnya.

"Pak bisa lebih cepat pak".

"Baik mbak", mempercepat laju taksi.

Kina. menepuk-nepuk perlahan pundak Andra yang berada tepat dipangkuannya. Saat ia sakit mama nya selalu melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada Andra dan itu benar-benar menenangkan.

****

"Syukurlah dok kalau cuma demam kecapekan", Kinan merasa lega.

"Suaminya jangan capek-capek ya bu. Ini nanti saya resepin obat, bisa ditebus di apotek", ucap dokter dengan senyum tersungging.

"O....oooohhhh i..iyaaa dok", seketika gagap mendengar ucapan dokter yang mengira Andra adalah suaminya.

Kinan menuju apotek untuk menebus obat, sementara Andra sedang tertidur di UGD. Selesai dari apotek Kinan kembali menemui Andra yang ternyata sudah bangun dengan muka yang lebih cerah, mungkin karena efek obat.

"Ini obat kamu ndra", menaruh di meja sebelah tempat tidur.

"Ok, kamu bisa pulang. Temen gue bakal jemput", ucapnya sambil bangun dari tempat tidur, "Awww...aw..." meringis memegang tangan yang kemarin terluka.

"Aku tunggu sampai teman kamu datang, tangan kamu masih sakit nanti kalau kamu butuh apa-apa", ucap Kinan.

"Sudah tinggal aja, gue bisa minta tolong perawat. Lagian temen gue bentar lagi nyampek!!", ucap Andra dengan suara agak ditinggikan.

"Yasudah, aku pamit", Kinan bergegas pulang dan meninggalkan Andra sendirian. Ia tidak habis pikir dengan karakter Andra yang berubah-ubah dan tidak bisa ditebak.

***

Keesokan Hari

"Oh jadi kamu Kinan, temennya Gilang?", sapa pria tersebut sembari melihat Kinan dari ujung rambut sampek ujung kaki

"Iya mas, saya yang kemarin WA mas Angga atas rekomendasi mas Gilang", jawab Kinan

"Oke, bisa mulai kerja kapan nih?", ucap Angga tanpa banyak bertanya karena Kinan sangat ideal untuk menjadi anak buahnya, penampilannya benar-benar masuk kriteria dan yang lebih penting, Kinan adalah rekomendasi dari Gilang.

"Loh, saya gak interview apa gimana gitu mas?".

"Aku percaya sama Gilang, dia selalu bawa orang yang sesuai dengan kriteriaku", jawab mas Angga dengan senyum.

Melihat kenyataan langkahnya dipermudah mendapatkan pekerjaan membuat hati Kinan lega.

"Kalau besok boleh mas?".

"Okey, nanti akan saya kasih seragam untuk brand kita. Untuk masalah gaji kamu sudah dapat bocoran dari Gilang kan, kita sistem bonus per penjualan, semakin banyak kamu jual produk kita, maka bonus kamu semakin banyak, dan sebaliknya. Gaji akan di transfer setiap dua hari sekali, dan bonus akumulasi setiao seminggu sekali kalau nyampek target", jelas Angga.

"Oke mas", raut wajah sumringah benar-benar terlihat dari ekspresi Kinan.

"Silahkan kirim nomer rekening ke WA ke saya ya".

"Iya mas Angga, makasih ya mas", jawab Kinan penuh antusias.

"Iya sama-sama", Angga ikut senang melihat semangat Kinan, "Bro, tolong ambilin uniform buat Kinan, ambilin ukuran M", tanpa bertanya Angga sudah faham dengan size Kinan.

"Oke...", jawab pria yang merupakan karyawan Angga.

"Kamu tunggu, uniform nya masih diambilin. Untuk jadwal event bulan ini nanti aku share di WA".

"Iya mas Angga".

***

Jam menunjukkan pukul 19.34 WIB, Kinan menyusuri jalan menuju halte untuk pulang dari kantor Angga. Sepanjang jalan tak henti-hentinya ia bersyukur, tuhan memberikan kemudahan untuk dirinya dalam mencari rezeki. Ia menyukai sistem yang diterapkan di tempat kerjanya yang baru, semakin keras ia bekerja maka semakin banyak pula gaji yang ia dapat, meskipun kekurangannya ia harus memakai baju yang sedikit seksi, tapi ia merasa itu tuntutan pekerjaan, ia harus profesional, karena pakainnya yang seksi masih dalam batas wajar.

Tanpa Kinan sadari ia dibuntuti mobil yang sedari tadi berjalan dibelakangnya, mungkin saking bahagianya membuat Kinan tidak menggubris mobil tersebut. Merasa kehadirannya tidak disadari Andra mempercepat mobilnya hingga posisinya didepan Kinan, dari sepion ia melihat Kinan yang tersenyum-senyum sendiri. Baru kali ini ia melihat Kinan tersenyum seperti itu dan hal itu membuatnya penasaran.

"Tiinn....."

"Tinn...Tinnn..!"

Andra mencoba memanggil Kinan dengan membunyikan klakson dan membuka kaca agar Kinan menyadari kehadirannya.

Kinan menghentikan langkah dan melihat kearah sumber suara, ia melihat wajah Andra dari dalam mobil, tatapan mereka beradu.

"Ayo masukkk!!!", teriak Andra.

Entah angin apa yang merasuki Kinan, kakinya reflek berlari menghampiri mobil Andra.

"Ayo masuk", ucap Andra lagi.

Tanpa menjawab, Kinan membuka pintu belakang mobil Andra.

"Emang aku supirmu, duduk depan !!", teriak Andra, dan lagi-lagi tanpa menjawab Kinan membuka pintu depan dan masuk ke mobil.

Andra melajukan mobilnya, sepanjang perjalanan Kinan hanya diam, hanya lagu dari Tulus, Hati-hati di jalan menjadi saksi kebersamaan mereka berdua. Mobil Andra menuju MCD untuk take away, ia memesan dua makanan dan minuman, kemudian kembali melajukan mobilnya menuju parkiran luas di salah satu gedung yang ternyata adalah tempat bioskop dengan layar besar dimana penonton tidak perlu turun dari mobil dan bisa menikmati film dari dalam mobil.

"Kamu pernah kesini?", tanya Andra sembari manatap kedua mata Kinan. Entah kenapa Kinan merasa hari ini Andra benar-benar ganteng dengn penampilannya, kaos putih, celana pendek, jam tangan hitam. Tapi seketika Kinan bergidik membuyarkan lamunannya, "Apa yang ada dalam fikiranmu Kinan", monolognya dalam hati.

"Be-belum", jawabku gagap.

Andra membukakan burger dan mengambilkan minum untuk Kinan, kemudian ia juga memakan burgernya sambil melihat film dilayar depan.

Entah hari ini Kinan kenapa, ia seperti dihipnotis menerima setiap pemberian dan ajakan Andra tanpa penolakan.

"Kamu punya pacar?", tanya Andra mencairkan suasana hening didalam mobil sementara mulut mereka berdua sibuk mengunyah burger.

"Ada", jawab Kinan bohong.

"Bohong!!", Andra mencoba menolak kenyataan dari ucapan Kinan. Kalau benar Kinan mempunyai pacar, bisa-bisa rencananya gagal.

Tak ada jawaban dari Kinan, sementara mereka berdua berbicara tanpa saling tatap karena asyik menikmati film dilayar depan. Tiba-tiba Andra menghampiri Kinan, meraih pipi dengan tangannya, tanpa permisi bibirnya meraih bibir Kinan. Mata Kinan hanya terbelalak, badannya hanya diam membisu, ia masih belum bisa mencerna apa yang dilakukan Andra. Hingga hampir tujuh detik akhirnya otak Kinan tersadar, dan menjauhkan bibirnya dari Andra, tapi Andra lebih sigap memegang kedua pipi Kinan hingga kembali bibir mereka menyatu.

"Kamu bohong kan? kamu belum punya pacar. Gak ada penolakan dari kamu, berarti memang kamu belum punya pacar", Andra mengambil burger Kinan yang terjatuh. Tak ada jawaban dari Kinan, ia merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Andra.

Kinan berusaha membuka pintu mobil, tapi ternyata Andra sudah antisipasi mengunci pintu.

"Tolong buka, aku turun disini", pinta Kinan

"Filmnya belum habis, kalau mau pulang tunggu filmnya selesai", ucap Andra santai. Tahu sifat Andra yang tempramental membuat Kinan malas berdebat.

"Kamu seperti kaget, apa jangan-jangan ciuman tadi ciuman pertamamu", Andra menoleh kearah Kinan dengan senyuman, dan benar-benar aura ketampanan Andra terpancar nyata.

Kinan hanya diam karena ia merasa tak ada yang perlu dijawab.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!