Sudah empat hari berlalu sejak kesepakatan taruhan, Andra sudah sangat agresif melakukan pendekatan dengan Kinan tapi sayangnya mangsa yang ia buru masih benar-benar pasif.
"Gimana nih kabar cinta dua minggunya aman?", ledek Abi yang baru datang memasuki kelas. Teman-teman Andra yang awalnya sibuk dengan aktifitasnya sendiri-sendiri sontak mengarahkan pandangan pada sosok yang sedang sibuk dengan Game di Handphone nya.
"Oh iyaaa, bisa dong diupdate status perkembangannya", tambah Nando dengan tawa sumringah.
"Tenaaang, amaan....!!" Andra menjawab santai, jari jemarinya masih aktif bergerak memainkan game. Abi dan Nando saling bertukar pandang dengan senyum penuh tanda tanya dan lebih kearah meremehkan, karena mereka yakin Andra akan berakhir sama dengan apa yang dilakukan Kinan kepada mereka.
"Buktikan kejantananmu ndraaa", Abi menepuk punggung Andra dan berjalan kearah toilet untuk buang air kecil. Mata dan jemari Andra asyik memainkan game tapi otaknya sedang mencari cara untuk mendapatkan Kinan.
****************
"Gimana keadaanmu sekarang, apa ada yang kamu keluhkan atau rasakan?", tanya dokter sembari membaca catatan rekam medis.
"Akhir-akhir ini kalau kecapekan kepalaku rasanya berat banget dok".
"Itu berarti kamu harus bisa atur waktu antara aktifitas dan istirahat, obatnya kamu minum rutin kan?".
"Iya rutin dok, tapi sudah dua hari ini obatnya habis belum ada waktu kontrol kesini".
"Yasudah nanti aku resepkan obat lagi, kalau seandainya sakit kepalamu bertambah berat dari sebelumnya, segera temui saya, saya akan menambahkan dosisnya. Tapi yang lebih penting jangan terlalu lelah, tubuhmu juga perlu istirahat", dokter Andreas dengan sabar menjelaskan, "Gimana Kinan, apa kamu sudah memikirkan tindakan operasi, sudah lebih enam bulan sejak peristiwa itu, kamu harus segera mengambil keputusan. Ini demi kebaikan mu Kinan".
Kinan hanya bisa menunduk lesu, banyak hal yang harus ia pertimbangkan, mulai dari biaya, siapa yang akan merawat mamanya saat proses recovery setelah operasi, dan yang lebih membuat Kinan berfikir ulang untuk tidak melakukan operasi adalah jika operasinya tidak berjalasi lancar, bukan hanya Kinan yang akan menanggung resiko, tapi mama nya juga.
"Saya masih belum siap dok", Kinan tidak berani menatap dokter Andreas.
"Apa yang membuatmu belum siap Kinan? Mungkin pada saat itu, kita dari tim dokter tidak berani melakukan operasi karena terlalu berisiko, tapi sekarang saat kondisimu sudah OK, kamu yang belum siap".
"Banyak faktor yang membuat saya ragy dok, tapi saat nanti sudah siap lahir dan batin saya pasti akan melakukan operasi dok", jelas Kinan yang masih belum berani menatap dokter Andreas.
"Lebih cepat lebih bagus Kinan", berharap Kinan merubah pendiriannya. Tapi hanya anggukan kepala dan senyum simpul yang dokter dapatkan.
****************
*Flashback*
"Pakeeetttt", teriak kurir ekspedisi dengan lantang.
"Ohhh iya, sebentar...", Kinan bergegas membukakan pintu.
"Atas nama Kinan Syalfa".
"Iya benar pak", menerima paket yang disodorkan kurir, "Makasih pak".
"Sama-sama mbak".
Kinan masuk kedalam rumah setelah kurir berlalu pergi dengan motornya, "Natalie Jasmin", ucap Kinan membaca pengirim paket, "Tumben Nata mengirim paket kesini, kira-kira apa isinya ya". Butuh waktu dua menit Kinan membuka isi paket, tapi seketika jantung Kinan berdegup lebih cepat, matanya membesar membaca dua nama yang tertulis dikertas undangan. "Undangan Pertunangan Natalie Jasmin dengan Riko Aditya Sadajiwa", tangan Kinan sontak bergetar untuk membuka lembaran kartu undangan. Matanya yang terbelalak kaget berubah menjadi berkaca-kaca, tak kuasa menahan air mata.
"Paket dari siapa sayang?", sapaan dari mama Dahlia tak digubris. Melihat anaknya terdiam dengan selembar kertas ditangan, membuat mama Dahlia penasaran dengan keadaan Kinan, segera ia menghampiri putrinya. Diambilnya kertas dari tangan Kinan, dan perlahan membaca kertas yang lebih mirip dengan undangan pernikahan.
Mama Dahlia segera duduk dan memeluk putrinya yang sedang menangis terisak. Dalam depakan mama nya Kinan menangis, tak ada pertanyaan atau apapun yang keluar dari mulut mereka berdua, mama Dahlia ikut larut dalam kesedihan Kinan. Tepukan halus dipunggung Kinan dari mama nya diharapkan mampu menenangkan, tak terasa air mata mama Dahlia pun ikut jatuh.
Riko adalah kekasih Kinan yang kuliah di Australia, mereka selama ini menjalin hubungan jarak jauh Indonesia - Australia. Riko dulunya adalah kakak tingkat Kinan semasa SMA. Mereka telah berjanji untuk menjaga hati satu sama lain meskipun menjalani hubungan LDR Indonesia - Australia. Hampir satu tahun lebih dua bulan komunikasi mereka berjalan lancar melalui email atau skype, tapi sudah hampir lima bulan belakangan email dari Kinan tidak pernah dibalas Riko. Awalnya Kinan berfikir kesibukan Riko lah yang membuatnya emailnya tak terbalas, karena selain berkuliah Riko magang disalah satu perusahaan di Australia. Tapi setelah hampir lima bulan tidak ada kabar, undangan pertunangan ini lah yang menjadi jawaban atas penantiannya selama ini.
"Kenapa harus dengan Nata maaa....kenapa?", isak Kinan dalam tangisannya.
"Hussst...hussst....", mencoba menenangkan putrinya.
"Kenapa kita harus berurusan dengan keluarga mereka lagi maa...", tambahnya lagi.
Natalie adalah adik tiri Kinan, anak dari istri ayahnya yang sekarang. Jarak mereka yang berbeda dua tahun membuat Kinan memposisikan dia sebagai adik, ya meskipun Kinan tidak begitu akrab, tapi Natalie sangat menyukai Kinan sebagai kakaknya.
***
"Kamu yakin, datang ke pertunangan mereka nan", ucap Mela dengan ragu melihat sahabatnya akan mengahadiri pertunangan mantan kekasihnya dengan adik tirinya.
"Yakin gak yakin Mel, kemarin Natalie telfon aku nyuruh dateng, udah aku tolak tapi dia merengek", ucap Kinan sambil membuka kaca mobil, ia berharap udara dari luar mampu mengobati dadanya yang sesak.
"Emang Natalie itu gak tau ya kalau kamu pacaranya Riko, apa jangan-jangan dia sengaja merebut Riko dari kamu" tebak Dani. Tapi seketika Mela mencubit paha kekasihnya, matanya berkedip-kedip sebagai kode agar diam, ia takut perkataan Dani akan menambah sakit hati Kinan. Akan tetapi Kinan hanya diam menikmati perjalanan, ia menaruh tangannya dikaca mobil yang terbukabdan menyenderkan dagunya diatas tangan sambil menatap kearah luar.
***
Setibanya diparkiran Kinan benar-benar menata hati untuk menghadapi situasi ini, ia sudah menebak suasana pasti akan terasa canggung jika bertemu dengan Riko untuk pertama kalinya setelah hampir dua setengah tahun tidak bertemu.
"Kalian tunggu disini aja gak papa lo Mel, Dan. Setelah nanti bersalaman dengan mereka aku akan mencari alasan untuk pulang, setidaknya aku sudah setor muka dihadapan keluarga Nata", ucap Kinan.
"Gak...gaaakkk!! Pokoknya kita ikut", Mela merasa kawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Mela dan Dani sebenarnya tidak diundang, tapi mereka menawarkan diri untuk ikut datang, secara ia juga kenal Riko dan ia takut akan terjadi apa-apa dengan Kinan. Ya, Mela dan Dani adalah sahabat yang siap pasang badan jika terjadi apa-apa dengan Kinan, begitu pula sebaliknya.
Mereka pun turun berbarengan menuju lokasi pertunangan, Kinan sengaja datang lebih akhir karena ia menghindari berlama-lama diacara pertunangan Nata.
Setelah melalui kesepakatan Kinan akhirnya masuk sendiri, sementara Mela dan Dani memantau dari jarak jauh. Dengan perasaan deg-degan Kinan berjalan dengan anggun, suasana kekeluargaan begitu terasa hangat dengan balutan garden party. Sayup-sayup terdengar sambutan penutup dari ayah Kinan sekaligus ayah tiri Nata itu bertanda acara tukar cincin sudah berlangsung. Tapi kehangatan acara itu seketika berubah gaduh dengan teriakan undangan, karena terdengar suara tembakan yang berasal dari dalam hotel. Semua orang berusaha menyelamatkan diri, dari kejauhan tampak Mela dan Dani yang berteriak kearah Kinan, "Kinaaaannnn awaaasss...!", Dua orang pria dengan pakaian hitam, masker dan topi hitam melepaskan hujanan tembakan.
"DUAAAARRRRR.....", peluru melesat kencang menuju pelipis kanan Kinan, sontak tubuh Kinan terkapar di tanah dengan kepala yang berlumur darah.
"KINAAAAAAAAANNNNNN !!!!", kedua sahabatnya kompak berlari menghampiri temannya. Suasana yang kacau ditempat kejadian membuat Kinan tak ada yang menolong, semua orang sibuk menyelamatkan diri mereka sendiri-sendiri, sementara kedua pria penembak tersebut berhasil kabur dengan menggunakan motor. Tak lama kemudian terdengar sirine mobil polisi memburu kedua pria tersebut.
"KINAAAN ....KINAAAN..", teriak Mela membangunkan temannya yang kepalanya berlumuran darah. "Tolooongg...tolongg....", teriak Mela histeris, "Sayaaang telfon ambulaaan, cepaaattt", ucapnya sambil menangis melihat kondisi temannya yang terkapar, mata Kinan menatap Mela.
"Mel....maa..maaaaa too..loongg jaaaaga ma...maaa" suara Kinan terbata-bata, "Ja...jaaaangan ka..sihhh taahuu si.aapaaa si.aapaaaa, Ri..koo Naa..ta, ayaah, maa..maaaa ja..jangaaan sampek tau ke..adaaan ku", tambahnya lagi.
"Jangan mikir macem-macem Kinan, kamuu harus kuaaat, tooo...loonggg...toloooonggg", Mela mencari pertolongan ditengah gaduhnya orang-orang yang menyelamatkan diri, dan tangisan dari keluarga korban yang juga terkena tembakan.
Dani segera membantu petugas kesehatan yang ternyata sudah dihubungi pihak hotel, ia membantu mengangkat Kinan menuju ambulans.
"Ini teman saya, tolong selamaaatkan dia pak" tangis Mela mengantar Kinan menuju ambulans. Sementara Kinan hanya diam dengan kepala baju yang bersimbah darah. Mela dan Dhani ikut menaiki ambulans. Mela tak henti-hentinya memegang tangan sahabatnya itu.
"Kamu harus kuaat Kinan, harus pokonya barus kuaatt....", menatap tajam temannya yang terbujur tak berdaya diatas brangkart ambulan, air matanya tak kunjung berhenti.
"Mee...eell.... Daaaannn...tiiitiippppp ma...maaaaa!", nafas berat Kinan jelas tampak saat berkata dengan terbata-bata.
"Enggak..enggaaaak kamu gak bakal kenapa-kenapa, kamu kuattttt Kinaaannn", masih terus menyemangati dan menggenggam tangan sahabatnya itu. Genggaman Kinan mulai melemah, tatapannya kosong menatap langit-langit mobil ambulan, air matanya menetes membasahi pelipisnya. Selang oksigen terpasang untuk mencukupi kebutuhan oksigen Kinan.
Sementara itu keluarga Riko dan Nata dipastikan selamat, karena saat terdengar tembakan mereka segera berlari menuju ballroom yang berada disamping taman hotel tempat acara.
Kurang lebih hampir dua minggu Kinan dirawat di rumah sakit, awalnya ia tidak sadarkan diri selama dua hari tapi berkat mukjizat dari tuhan Kinan berhasil lepas dari masa kritisnya. Akan tetapi dokter memutuskan untuk tidak melakukan operasi pengambilan peluru karena kondisi Kinan yang tidak memungkinkan. Jadi kini peluru masih bersarang di pelipis kanan Kinan. Sementara itu mama Dahlia dirawat bibi Inah dan tiap dua hari sekali ditengok Mela dan Dhani, saat itu kondisi mama Dahlia belum terlalu buruk seperti sekarang. Mereka membuat sandiwara kalau Kinan sedang menenangkan diri karena pertunangan Nata dan Riko. Untungnya mama Dahlia percaya, ia memahami perasaan putrinya jadi wajar kalau Kinan ingin menata hatinya dengan menyendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments