"Bruukk!!!", tumpukan buku seketika berserakan dilantai.
"Ya tuhan, maaf-maaf", Kalandra bergegas membantu merapikan buku yang jatuh dari seseorang yang ia tabrak.
"Sudah tinggal aja, gak papa", ucap Kinan tanpa memandang lawan bicaranya.
"Gara-gara gue buku lo jatuh semua", menyodorkan kertas sembari menatap Kinan dengan posisi sama-sama berjongkok.
Kinan menatap pria berkaos putih dibalut kemeja kotak-kotak dengan tatapan datar, tangan kanannya menerima kertas yang disodorkan kepadanya.
"Kalandra", sapanya memperkenalkan diri.
"Kinan", jawabku singkat menyambut jabatan tagan pria yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Dari sinilah semua drama dimulai, seandainya Kinan tak menyambut uluran tangan itu, mungkin hatinya tidak akan merasakan mati rasa dengan yang namanya cinta.
Kalandra mulai melancarkan aksinya, seolah-olah pertemuan mereka terjadi dengan tidak sengaja, entah di kampus, ditempat kerja atau ditempat umum. Padahal sebenarnya Andra sengaja membuntuti Kinan agar bisa mendekatinya.
****************
"Jangan panggil gue Kalandra kalau gak bisa dapetin lo", gumam Andra sembari menatap Kinan yang mulai keluar dari tempat kerjanya.
"Kinaaann??", panggil Andra dari balik kaca mobil yang sengaja dibuka, ia bersandiwara seakan-akan pertemuan mereka hanya kebetulan. Merasa ada seseorang yang memanggil namanya Kinan mencari sumber suara, hingga matanya tertuju kepada pria dengan mobil putih dipinggir jalan.
"Mau kemana? Mau hujan lo, yuk bareng mobil aku aja sini", tawar Andra.
"Makasih, aku naik bus saja", jawabku
Mendengar penolakan, Andra segera turun untuk menghampiri Kinan, "Kebetulan banget kita ketemu, yuk aku anter udah malem lo dan kayaknya mau hujan", ucapnya meyakinkan. "Udaah ayook ah, lagian kita satu arah kan?" Andra meraih pergelangan tangan Kinan, menuntunnya menuju mobil. Sementara Kinan bingung dengan sikap Andra, ia tidak begitu akrab dengan Andra tapi kenapa Andra seolah-olah sudah mengenalnya kama.
"Nah gini kan enak," ucapnya saat sudah sama-sama didalam mobil.
Kinan yang merasa canggung hanya bisa diam, kini ia berada satu mobil dengan pria yang baru saja ia kenal dua hari lalu. "Rumah kamu daerah mana?", pertanyaan Andra membuyarkan lamunan Kinan.
"Jalan Ahmad Yani", jawabnya singkat
"Ohhh, okey. Jalan Ahmad Yani sebelah Lapangan Futsal kan?".
"Iya", ucap Kinan lagi.
"Aku kadang main futsal disana, kok kita gak pernah ketemu ya?", ucap Andra dengan senyum manis tersungging dibibirnya.
"Oo.oooh.....", Kinan tetap saja menjawab dengan singkat.
"Nah hujan kan, apa aku bilang. Kamu udah makan belum Kinan?", Andra masih terus berusaha mencairkan suasana.
"Sudah", lagi-lagi pertanyaan Andra dijawab singkat.
"Kirain belum, niatnya mau aku ajak makan, aku belum makan".
"Turunin aku didepan aja Kal?", Kinan memberanikan diri menatap Andra.
"KAL??? Ahahaha baru kali ini ada orang panggil nama aku pakai nama depan lho", Andra tertawa karena merasa aneh dipanggil Kal, meskipun namanya benar Kalandra, tapi orang-orang akrab memanggilnya Andra. Kinan bingung, ia merasa tidak ada yang salah dengan apa yang ia ucapkan tapi kenapa Kalandra tertawa.
"Tapi gak papa, besok lagi kalau ada yang manggil lagi dengan sebutan itu, berarti itu kamu", tatapan Andra kembali tertuju kepada Kinan.
"Maaf, tapi tolong turunin aku didepan halte depan".
"Kan masih jauh dari rumah kamu?".
"Kamu bilang belum makan, aku bisa turun didepan, dan kamu bisa cari makan".
"Ahahaha ya ampun Kinan, maksut aku tadi aku mau ajak kamu makan, tapi sayangnya kamu udah makan. Atau gini deh, kamu mau nemenin aku makan?", terus berusaha agar bisa semakin dekat dengan Kinan.
"Maaf, tapi mamaku sudah menunggu dirumah, Ini sudah malam", menunjukkan ponsel ke arah Andra dimana ada WA dari mama nya.
"Wahhh sayang banget...yaudah, mungkin lain kali", menatap Kinan dengan senyum lebar tapi Kinan tidak membalas tatapannya.
Andra melajukan mobil ditengah derasnya hujan. Sesekali Andra merubah topik pembicaraan agar bisa lebih akrab dengan Kinan, ya meskipun responnya tetap saja datar. Kinan menolak diantar sampai depan rumah, ia memilih diturunkan disebelah lapangan futsal, karena rumah Anda masuk kedalam perumahan.
"Bentar-bentar kamu tunggu dulu disini, aku ambil payung di bagasi belakang", berlari turun dari mobil.
"Kalau kamu gak mau aku antar sampai rumah, nih pakek payung, hujannya deres banget", membuka pintu mobil dan mengarahkan payung ke arah kepalanya agar terhindar dari air hujan.
"Yaudah aku pamit", berlari menuju mobil. Mata Kinan menatap Andra yang tersenyum sambil melambaikan tangan dari arah kaca mobil yang terbuka. Mobil putih itupun melaju meninggalkan Kinan dengan payung ditangannya.
***
"Ma, besok waktunya mama kemoterapi lo ya", Kinan mencoba mengingatkan mama nya.
"Ia sayang", menatap putri nya yang sedang duduk mengeringkan rambut dengan handuk.
"Kinan...... mama selalu merasa bersalah kepada mu nak. Masa muda mu habis hanya untuk mencari biaya pengobatan mama. Maafkan mama, karena membebanimu dengan penyakit mama", wanita paruh baya itu tertunduk lesu melihat putrinya selalu pulang malam untuk bekerja.
"Mama ini ngomong apa sih ma, Kinan tidak pernah sedikitpun merasa terbebani. Malah Kinan yang harusnya minta maaf belum bisa membahagiakan mama", menghampiri mamanya disofa depan TV, ia memeluk mama nya yang mulai tampak mulai menua. Ada rasa hangat dan tenang saat tubuh mama dalam pelukannya, "Kita berjuang sama-sama ya ma, doain Kinan terus, begitu juga Kinan selalu doain mama biar mama lekas sembuh", ucapnya menahan tangis mendapati tubuh wanita yang sangat ia sayangi itu mulai mengurus, begitu pula dengan rambut yang ia usap mulai rontok. Ia menggenggam rontokan rambut dan diam-diam memasukkan kedalam saku bajunya, ia tak mau mama tahu kalau penyakit itu semakin menggerogoti tubuhnya.
"Maafkan mama Kinan, maaf karena kamu terlahir dari rahim mama. Kamu harus menanggung ini semua, mulai dari perceraian mama dan ayahmu, impianmu untuk kuliah di luar negeri padahal sudah jelas-jelas dapat beasiswa yang kamu impikan tapi karena penyakit mama kamu harus merelakan beasiswa itu dan sekarang kamu harus hidup dengan kondisi kita yang seperti ini, tidak selayak dulu", air mata mulai membasahi pipi mama Dahlia.
"Huussshhtttt....", tangan Kinan membelai punggung mama, mencoba menenangkan, "Kinan bersyukur lahir dari rahim mama, Kinan jadi kuat karena mama, jadi tolong mama juga kuat ya".
Mereka berdua saling berpelukan, Kinan benar-benar tidak merasa terbebani dengan keadaannya saat ini, ia tidak menyesal hidup berdua dengan mama nya setelah perceraian kedua orang tuanya.
****************
*Flashback*
"Jadi gimana keputusanmu Kinan?", Mela menatap wajah Kinan yang duduk didepannya
"Kayaknya aku gak jadi ambil beasiswa itu Mel...", Kinan tertunduk lesu.
Mela dan Dani yang merupakan sahabat Kinan (sekaligus sepasang kekasih) hanya bisa diam mendengar jawaban yang keluar dari mulut Kinan. Mereka tahu kondisi Kinan yang harus merawat mama nya, otomatis mereka harus berhenti untuk mewujudkan kuliah ditempat yang sama di LA.
"Trus, planing kamu selanjutnya apa nan?", ucap Dani
"Kayaknya aku ambil beasiswa yang di Jakarta Dan..!", Kekecewaan jelas terlihat dari raut dan nada suara Kinan.
"Apa kita kuliah di Jakarta juga sayang?", seketika muncul ide dari Mela.
"Eeehhh..ehhh apaan sih kalian, jangan hanya karena aku kalian cancel juga kuliah di LA, Gak!! Kalian tetep harus berangkat, atau pertemanan kita cukup sampai disini", Kinan mencoba memperingatkan kedua sahabatnya itu. Ia akan merasa bersalah kalau sampai mereka cancel hanya karena kondisinya. "Pokoknya kalian harus berangkat sesuai rencana, titik!!",tambahnya lagi.
"Tapi....!", Mela mencoba merengek.
"Gak ada tapi-tapian, pokoknya pulang ke Indonesia kalian sudah harus lulus S1, Oke...", dada Kinan terasa sesak, disamping ia harus LDR dengan kedua sahabatnya yang sudah ia anggap seperti keluarga ditambah lagi ia gagal mewujudkan cita-citanya untuk kuliah di kampus impiannya.
"Iyaaaa deh iya, tapi tetep harus berkabar tiap hari lo ya", tatapan sendu kembali menyelimuti mata Mela.
"Iya..Mela sayang..." mengacungkan kelingking bertanda janji yang segera disambut kelingking Mela dan Rio.
Masa SMA memang masa yang paling berkesan, keakraban mereka bertiga sudah terjalin sejak kelas satu SMA, keluarga merekapun juga kenal akrab, tak heran mereka sudah seperti keluarga. Tapi berakhirnya masa SMA membuat mereka terpisah untuk melanjutkan masa depan mereka sendiri-sendiri. Meskipun awalnya mereka ingin menata masa depan dikampus yang sama, tapi rencana tuhan berkata lain, Kinan harus merelakan beasiswa ke luar negeri karena kondisi mama nya yang menjalani pengobatan. Kalau takdir sudah berbicara mereka bisa apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments