Hari Kamis adalah hari dimana Kinan harus mengikuti kelas bersama kakak tingkat. Setelah sarapan ia bergegas berangkat kekampus tak lupa meminum obat yang selalu ia bawa di tas slempangnya. Kinan berjalan agak tergesa, seperti kebiasaan sebelum-belumnya ia datang di menit akhir menjelang kelas dimulai untuk menghindari kontak dengan mahasiswa lain, dikelas ini tak seorangpun yang akrab dengannya jadi ia lebih baik membatasi diri. Tatapan sinis dari kakak tingkat terutama para cewek membuat Kinan merasa terintimidasi. Tapi ya sudahlah, Kinan berusaha cuek dan berbicara sesuai kebutuhan. Awalnya ia sudah berusaha untuk membuka pembicaraan tapi respon ia dapat kurang begitu baik.
"Hayy...", sapa Kalandra saat kelas sudah usai. Kinan yang fokus merapikan laptop dan buku mau tak mau menoleh kesumber suara. "Dia lagi", monolog Kinan dalam hati. Sementara para kaum hawa mengarahkan pandangan kepada mereka berdua. Merasa tak nyaman berada disituasi yang membuat Kinan canggung, ia segera bergegas merapikan dan meninggalkan kelas.
"Kok buru-buru...lagi ada acara?", teriak Andra mengejar Kinan yang berjalan lebih cepat beberapa langkah didepannya. Kinan masih saja cuek, ia tetap tidak memperdulikan pertanyaan Andra. Gelak tawa terdengar jelas dari mulut Abi dan Nando melihat sahabatnya di cuekin Kinan.
"Beneran gak kaleng-kaleng usaha Andra", ucap Nando dengan senyum lebar.
"Yaaah, gagal dong kita naik lambo Andra", dengan nada kekecewaan Abi melangkah meninggalkan kelas.
"Kamu habis ini masih ada kelas nan?", pancing Andra lagi, kini posisi mereka sudah berjalan beriringan. Kinan yang merasa kurang nyaman segera menghentikan langkahnya, begitu pula dengan langkah Andra yang ikut terhenti. Mereka berdua bertatapan, mata Kinan mengisyaratkan ia merasa tidak nyaman diikuti Andra.
"Aku sudah tidak ada kelas, dan mau ke perpustakaan", ucapnya dengan ekspresi datar menatap tajam muka Andra.
"Aku ikut ya", tak menggubris apa yang dikatakan Kinan. Merasa ucapannya tak dianggap, Kinan berlalu pergi, prinsipnya saat ini adalah membatasi diri dari orang-orang, fokus kuliah, tugas kuliah, kerja dan kesehatan mama nya.
"Awww....wwww... Awww", teriak laki-laki dari luar pintu. Mau tak mau Kinan membalikkan badan kearah sumber suara. Tampak dari luar terlihat tangan Andra terjepit pintu. Merasa orang yang baru saja masuk kedalam ruangan perpustakaan adalah dirinya ditambah lagi ia tidak melihat ada orang dibelakangnya, akhirnya terjadilah tragedi tangan terjepit pintu. Segera ia berlari keluar dan tampak Andra meringis kesakitan sambil memegang pergelangan tangan kanannya
"Maaf...maaf....aku benar-benar gak sengaja", meraih tangan Andra dengan reflek Kinan segera meniup tangan Andra, ia ingat waktu kecil ayahnya selalu melakukan hal yang sama saat ia terluka. Senyum simpul terlihat dari bibir Andra melihat tingkah wanita didepannya.
"AWWWWWW....!!", akting penuh dramatisasi berhasil mengelabui Kinan yang tampak panik.
"Ayo kita ke dokter !!", merasa panik.
"Udaah gak papa, bentar lagi pasti sembuh", jawabnya, "Lebih baik temani aku makan, aku laper tapi pergelanganku sakit buat bergerak", ide licik seketika terlintas difikiran Andra.
Kinan berfikir sejenak, ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, "Yasudah mari kekantin".
"Ayo makan di cafe seberang kampus, aku pengen makan steak", drama berlanjut. Tanpa jawaban, Kinan berjalan menuruti apa kemauan pria yang sudah ia buat tangannya cedera.
****************
"Kamu beneran gak pesen makan?", Andra bertanya untuk kesekian kalinya
"Aku sudah sarapan, masih kenyang terimakasih", ucapnya sambil mengambil steak dari depan Andra. Tangan Kinan dengan gesitnya memotong steak menjadi beberapa bagian agar mudah di makan.
"Aku boleh pinjem handphone mu?", ijin Andra.
"Handphone?", masih sibuk memotong steak.
"Aku pinjem bentar ya", mengambil HP yang tergeletak diatas meja meskipun tanpa persetujuan Kinan.
"Dreeett...dreeett", HP Andra bergetar menandakan ada panggilan masuk, "Aku simpan nomer aku dengan nama KAL ya nan", ucapnya sumringah. Rencananya sudah berjalan satu step lagi, Andra berhasil mendapatkan nomer Kinan.
"Nomer kamu aku simpan dengan nama Kinan Cantik", berganti mengambil HP nya.
Baru kali ini Andra menemui cewek sepasif Kinan, dia cantik penampilan sederhana, tapi apa yang dipakai oleh wanita didepannya jelas menunjukkan barang-barang yang bisa dijangkau oleh kalangan menengah keatas. Mulai dari jam tangan merek ternama, laptop dan handphone berlogo apel, tas dan sepatu nya pun terlihat mahal. Kalandra sangat familiar dengan brand-brand ternama yanb dipakai Kinan, tapi Kinan memakainya tidak terkesan berlebihan, pas dengan tampilannya yang sederhana. "Bagaimana bisa cewek pelayan cafe bisa membeli semua barang mahal seperti yang ia kenakan?" monolog Andra dihatinya, matanya tak lepas memandang Kinan yang mulai tak nyaman berdua dengannya.
Sebenarnya segala fasilitas dan barang yang Kinan punya adalah apa yang ia dapat saat keluarganya utuh. Tapi kini semua sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat, untungnya Kinan adalah wanita yang pandai merawat barang, sehingga apa yang ia pakai selalu awet.
Banyak pasang mata lalu lalang menatap penuh iri, mungkin pertanyaan mereka sama, "Siapa cewek beruntung yang berhasil makan siang bersama dengan Andra? ". Secara Andra adalah cowok popular di kampus dan banyak cewek-cewek yang mengincar dan menaruh hati padanya.
"Sudah hampir selesai kan makannya, aku pamit ya", memberanikan diri mengakhiri kebersamaan mereka.
"Loohhh... Kamu ada acara?".
"Aku harus kerja, makanan kamu biar aku yang bayar", berdiri dan bersiap-siap menuju kasir.
"O...oohhh, gak papa aku bayar sendiri aja", tolak Andra.
Kinan bergegas menuju kasir dan membayar makanan Andra, setelah selesai ia berlalu pergi. Andra menatap Kinan dari dalam cafe, "Aku tahu lo jual mahal, tunggu sebentar lagi kamu bakal klepek-klepek sama gue", batinnya sambil meminum orange juice dengan tangan kirinya.
****************
Beberapa hari ini fikiran Kinan benar-benar kalut, keuangannya mulai menipis, sementara ia harus menanggung biaya pengobatan ibunya.
"Mas, info kerja event dong", jarinya mengetik pesan kepada Mas Gilang yang merupakan koordinator disalah satu event organizer.
Beberapa menit kemudian masuklah panggilan telfon, "Hallo mass..!" sapa Kinan
"Iya hallo nan, lagi dimana?".
"Ini lagi di cafe, gimana mas?", ucap Kinan oenuh harap.
"Iya nih kalau event kayak biasanya belum ada lagi".
"Oh iya mas, lagi butuh tambahan pemasukan ni mas. Mungkin kalau ada lowongan kerja atau event yang lain minta tolong kabarin ya mas".
"Ohh...iya. Apa gini, kamu mau jadi SPG Rokok, lumayan lo bonusnya, selain hitungan gaji perjam, kalao berhasil jual produk bonusnya gede, tapi....", kalimat Mas Gilang terhenti.
"Tapi apa mas...", ucap Kina penasaran karena tiba-tiba Mas Gilang menghentikan kalimatnya.
"Tapi seragamnya agak minimalis, harus sesuai ketentuan brand rokoknya. Ditambah lagi jam kerjanya malam, di club, event konser. Tapi beneran cuan...".
"Okelah mas gak papa, bisa kasih aku kontak SPV atau koordinatornya mas?", ucap Kinan dengan senyum, hatinya lega setidaknya ada pemasukan baru untuk tambahan pengobatan mama nya.
"Oke habis ini aku kirim kontak Mas Angga ke kamu, bilang aja kamu dapat nomernya dari aku ya", jelasnya.
"Oke mas...", jawabnya dengan sumringah, "Satu masalah teratasi, thanks god", batin Kinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments