Bertukar Tubuh

Bertukar Tubuh

*Main Part 1

"Albi. Lihat istri kamu ini! Dia sudah berulah lagi sekarang. Sela tidak melakukan apa-apa, tapi dia malah menyalahkan Sela atas apa yang terjadi. Mama tidak suka dengan sikap dia ini, Al."

"Mas, aku tidak menyalahkan Sela tanpa sebab. Sela yang mulai duluan. Dia yang .... "

"Alah. Ada Albi aja kamu bicara manis. Sok lembut seperti orang yang tidak punya tenaga sedikitpun untuk melawan. Coba aja gak ada Albi tadi. Kamu kek hewan buas yang siap menerkam mangsa."

"Tante. Udah, gak papa. Aku yang salah kok. Bukan Dina. Aku yang mulai duluan. Salah omong sampai Dina merasa tersinggung dengan apa yang aku katakan."

"Hei! Sela ku yang manis. Kamu tidak bisa seperti itu juga dong, Nak. Jangan bersikap lemah lembut pada orang yang salah. Kamu harus tegas."

"Al, tolong dong ya. Mama udah sangat-sangat gak kuat dengan sikap kampungan istrimu itu.

Tolong peringati dia, jangan bawa sikap kampungnya itu ke rumah ini. Rumah yang awalnya tenang, jadi kek pasar setiap hari hanya gara-gara ulah istrimu ini, Albian."

Albi memperhatikan Medina yang berada tak jauh darinya. Rasa kesal menguasai hati Albi saat ini. Perempuan yang dia jadikan istri enam bulan yang lalu itupun hanya bisa menundukkan kepalanya saja saat Albi menatap.

"Ikut aku ke kamar Medina! Ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu."

"Tapi, Mas .... "

"Jangan banyak membantah. Aku tidak suka di bantah, Dina. Ikut aku sekarang juga!"

"Ba--baik, Mas."

Albi berjalan duluan meninggalkan ruang keluarga. Dina pun mengikuti langkah suaminya dengan berat hati. Dia tahu, Albi sedang kesal dan pasti akan memperingatinya lagi dan lagi setelah mereka berada di kamar nanti.

Bukan Dina tidak terima di peringati. Hanya saja, apa yang akan Albi peringati itu bukanlah yang Dina lakukan. Semua itu bukan kesalahan Dina, melainkan, hanya fitnah dari mertuanya semata.

Sementara itu, mama Albi sedang tersenyum manis penuh kemenangan saat melihat kepergian Albi dan Dina. Dia tahu, kali ini, dia berhasil lagi membuat menantu yang tidak dia inginkan itu tersudutkan dengan sandiwara yang mereka mainkan barusan.

"Semoga Albian secepatnya menceraikan Dina ya, tante." Sela berucap dengan nada pelan penuh harap.

"Kamu tidak perlu cemas akan hal itu, Sela. Tante yakin, tidak lama lagi, Albi akan menceraikan Dina. Jika tidak dia ceraikan dalam waktu dekat, maka kita akan lanjutkan rencana jebakan kita untuk Dina ke tingkat yang lebih tinggi lagi."

"Siap, tante."

...

Di kamar, Albi sedang menatap lurus ke luar jendela. Dina yang baru masuk, tiba-tiba merasakan hawa dingin yang sangat tidak mengenakkan hati.

"Ulah apa lagi yang kamu perbuat sekarang, Dina? Aku lelah mendengar semua ini hampir setiap hari."

"Mas, aku tidak berulah apapun. Aku hanya bertemu dengan mama dan Sela di ruang keluarga karena mama minta aku buatkan air untuk dia dan Sela. Itu aja kok. Gak ada yang lain."

"Kebohongan apa lagi yang sedang kamu katakan, Medina!? Mama tidak akan bicara seperti itu jika kamu tidak berulah. Lagian, aku sudah peringati kamu supaya menjauhkan diri dari mereka jika kamu tidak ingin aku semakin kesal dengan keadaan rumah ini."

"Aku sudah berusaha menjauh, Mas. Tapi mama yang panggilkan aku untuk bikin minum. Apa itu tidak jelas, Mas Albi?"

"Medina! Jangan bicara dengan nada yang tinggi padaku. Aku adalah kepala keluarga di sini."

"Kamu yang minta aku bicara dengan nada seperti itu, Mas. Kamu yang tidak pernah percaya dengan apa yang aku katakan. Terkadang, aku bingung dengan posisi aku di rumah ini. Aku ini siapanya kamu sebenarnya?"

"Kamu istri aku. Apa itu kurang jelas? Ya meski aku menikahi kamu dalam kondisi yang kurang siap, tapi tetap saja, kamu istriku yang sah."

"Jika aku istri kamu, tapi kenapa kamu tidak bisa sedikit saja percaya dengan aku, Mas? Kamu selalu membenarkan apa yang mamamu katakan. Tapi tidak mau mendengarkan dan mempercayai apa yang aku katakan."

"Aku tidak percaya, karena kamu tidak pantas aku percayai, Dina. Kau bilang mama minta kamu buatkan air. Apa di rumah ini tidak ada pembantu yang bisa melakukan hal itu?"

"Mana aku tahu, Mas. Mama .... "

"Sudah cukup! Aku tidak ingin mendengarkan keributan lagi sekarang. Jangan buat aku semakin merasa menyesal karena telah menikahi kamu, Medina."

Setelah berucap kata-kata itu, Albi langsung beranjak meninggalkan Medina. Dina yang mendengarkan ucapan itu, hanya bisa membulatkan mata sambil menatap kepergian sang suami.

Perlahan, buliran bening jatuh melintasi kedua pipi Dina. Rasa sedih, kesal, juga marah berkumpul jadi satu dalam hatinya. Hanya saja, rasa itu tidak bisa dia lepaskan. Hanya bisa dia tahan di dalam hati dengan sekuat tenaga.

'Aku istrinya. Tapi sedikitpun tidak ada rasa percaya dalam hatinya untukku. Dia malah langsung mendengarkan apa yang orang lain katakan tentang keburukan ku begitu saja. Salah aku di mana sebenarnya?'

Medina jatuh terduduk karena kaki yang lemas. Dia ingat dengan pernikahannya enam bulan yang lalu. Pernikahan sederhana yang diadakan di kampung halamannya.

Awalnya, Dina tidak ingin datang ke kota ini. Tapi, karena Albi adalah suami yang mata pencariannya di sini, maka Dina terpaksa ikut.

Siapa sangka, apa yang dia takutkan ternyata beneran terjadi. Mama mertua yang sangat tidak suka padanya, selalu mencari cara untuk menyulitkan dia setiap hari.

Tidak hanya itu, sikap Albi pun berubah setelah semua yang mamanya lakukan pada Dina. Setelah jebakan demi jebakan yang mama mertua buat, Albi merasa Dina yang salah sampai detik ini. Dia pun jadi ikut-ikutan menyalahkan Dina saat sang mama berulah.

....

"Dina, di mana bajuku?"

Albi berucap dengan suara tinggi sambil mencari keberadaan istrinya. Dina yang sedang berada di kamar mandi pun langsung keluar dengan cepat.

"Baju? Baju yang mana, Mas?"

"Baju yang aku mintai kamu sediakan tadi malam. Aku akan pakai baju itu ke kantor hari ini."

"Bukankah sudah aku siapkan di atas meja itu, Mas."

"Oh, benarkah? Kalau gitu, di mana bajunya, Medina? Di sini hanya ada celana saja. Tidak ada baju sama sekali."

Medina langsung berjalan mendekat. Dia memperhatikan meja itu dengan seksama.

"Di--di sini memang ada baju tadi malam, Mas. Aku gak bohong kok."

"Aduh, apa-apaan sih kalian ini. Pagi-pagi udah berisik. Gangguin ketenangan pagi aja," ucap mama mertua yang berada di depan pintu kamar.

"Ada apa, Al? Kenapa berisik pagi-pagi begini, hm?"

Pertanyaan itu membuat Dina merasa tidak enak hati. Dia tahu, pasti akan ada penyalahan lagi untuk dirinya dari sang mama mertua kali ini.

Terpopuler

Comments

Dede Mila

Dede Mila

baca nya sambil tarik nafas dalam....

2024-07-22

0

🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤

🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤

awal bab aja aku sebagai reader udah esmoni...
lihat mama mertua begini karakter nya 😒

2023-02-25

0

Cantik Jelita

Cantik Jelita

Gak suka sama mertua yang terlalu ikut campur

2023-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!