Pertanyaan itu membuat Dina merasa tidak enak hati. Dia tahu, pasti akan ada penyalahan lagi untuk dirinya dari sang mama mertua kali ini.
Albi terdiam sejenak. Lalu, pada akhirnya dia berucap juga.
"Aku minta Dina untuk menyiapkan baju. Tapi dia tidak melakukannya. Dia hanya menyiapkan celana di sini."
"Ya ampun, Albi. Kamu itu sudah tahu bagaimana istrimu ini, bukan? Dia ini perempuan yang cukup ceroboh. Sifat lupanya itu terlalu besar lho, Al. Jadi, untuk apa kamu handal kan dia buat melakukan sesuatu."
"Aku tidak lupa, Ma. Aku juga bukan perempuan yang ceroboh. Baju mas Albi usah aku siapkan tadi malam di atas meja ini."
"Lah, kalo kamu udah siapkan, di mana bajunya Albi sekarang? Kenapa bisa gak ada?"
"Ya ... itu aku gak tahu. Bajunya hilang begitu saja."
"Huh, enteng banget kamu bilang, Dina. Kamu pikir di rumah ini ada maling baju apa? Jika gak ada di sini, alasannya cuma ada dua. Kamu yang lupa, atau bajunya di ambil orang. Tapi ... aku rasa, untuk alasan yang kedua itu sangat tidak mungkin lho, Dina."
"Mama mau bilang aku bohong lagi, Ma? Aku nggak bohong. Aku udah siapkan bajunya mas Albi tadi malam. Aku .... "
"Sudah cukup! Dina, jaga emosimu itu. Jangan selalu membawa emosi saat bicara dengan orang lain. Jika bajunya tidak ada, maka sediakan ulang bajunya sekarang juga. Aku butuh baju itu secepatnya."
Dina menatap Albi sesaat. Dia sejujurnya sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Dia tahu, Albi tidak sedang membelanya sekarang. Albi hanya tidak ingin keributan pagi berlanjut.
Dan, Dina juga tahu, kalau ini pasti ulah mama mertuanya. Sengaja ingin menciptakan permusuhan setiap saat untuk rumah tangganya dengan Albi. Tapi sayang, mau menuduh, dia sedang tidak punya bukti saat ini.
....
Dua bulan berlalu. Dina seakan sudah kebal dengan semua yang mama mertuanya lakukan. Dia bisa tetap bertahan dengan semua perlakuan buruk itu atas dasar cinta yang dia miliki untuk sang suami.
Meski sikap Albi semakin buruk dan semakin tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Tapi Dina tetap bertahan. Dina yakin, suatu saat nanti, Albi pasti mengetahui semua kebenaran dari apa yang sudah mama mertuanya lakukan.
Sementara itu, mama Albi merasa semakin kesal dengan hubungan anak juga menantunya yang tidak kunjung berakhir. Sela yang berharap untuk jadi istri Albi itupun terlihat sudah tidak sabar lagi.
"Aduh tante .... Ini gimana sih ceritanya? Udah lebih dari dua bulan rencana yang kita buat tidak juga ada hasilnya. Albi masih tetap bersama dengan Dina meski hubungan mereka tidak baik-baik saja."
"Kamu sabar sebentar lagi, Sel. Tante juga kesal dengan hubungan mereka yang tidak kunjung berakhir meski kita sudah melakukan segala cara untuk membuat Albi membenci Dina."
"Sabar terus aja, Tan. Sampai kapan sih aku harus sabar? Apa sampai Dina hamil anaknya Albi gitu?"
"Ih, amit-amit, Sela. Amit-amit banget tahu gak. Jangan sampai jangan sampai. Tante gak akan sudi punya cucu dari perempuan kampung yang tidak tahu diri seperti Dina itu."
"Ya terus, jika kita terus bersabar, tidak akan menutup kemungkinan Dina akan hamil cepat atau lambat tante. Meskipun tante selalu memberikan Dina jamu penunda kehamilan, itu tidak akan menjamin."
Mama Albi terdiam. Dia membenarkan apa yang Sela katakan barusan. Ya, meski dia sudah susah payah membuat Dina tidak bisa hamil dengan segala cara. Tapi, jika terus bersama, Dina juga akan hamil pada akhirnya.
"Tante ... aduh, jangan diam aja dong. Katakan sesuatu padaku agar aku bisa sedikit lega, tan."
"Tenang, Sela. Berikan tante waktu sejenak untuk berpikir. Tante butuh ketenangan agar bisa berpikir dengan baik."
"Huh ... semoga saja tante punya ide cemerlang untuk menyelamatkan kita dari masalah yang sedang ada di depan mata."
Mama Albi tidak menjawab. Sepertinya, dia sedang sangat fokus dengan apa yang dia pikirkan.
Lalu ... beberapa menit kemudian, wanita paruh baya itu tersenyum lebar. Sepertinya, dia punya sesuatu yang menarik yang sudah ada dalam benaknya saat ini.
"Hm ... tante punya ide besar sekarang."
"Ide? Ide apa, tan? Katakan sekarang, aku ingin tahu."
"Sini kuping mu. Biar tante bisikin apa idenya."
Sela langsung mendekatkan kepala ke arah mama Albi. Lalu, dia pun mengangguk-anggukan kepalanya saat sesuatu dia dengar dari orang yang ada di dekatnya saat ini.
"Tante yakin dengan rencana ini? Apakah rencana ini akan berhasil, Tan?"
"Tante bisa jamin, Sela. Rencana ini pasti akan berhasil sesuai keinginan kita. Percaya deh sama tante. Kali ini, ini perempuan kampung tidak akan lolos lagi. Dia gak akan bertahan jadi istri Albi lagi setelah rencana ini kita jalankan."
"Baiklah. Aku percaya dengan tante. Semoga hasilnya sama dengan apa yang kita harap dan bayangkan."
....
Dua hari kemudian, Albi sedang marah besar akibat proyek yang sedang dia perjuangkan gagal total. Semua jerih payah yang dia lakukan, ternyata dicuri orang. Dan malangnya, yang mencuri yang dapat nama. Alhasil, perusahaannya menderita kerugian besar akibat kegagalan proyek tersebut.
"Sabar, Al. Kamu harus tenang." Mamanya berucap sambil mengelus pelan punggung Albi.
"Gimana aku bisa tenang, Ma? Aku berusaha mati-matian buat memenangkan proyek besar ini hampir satu bulan. Hasilnya, dia yang menang dengan hasil kerjaan yang sama persis dengan yang perusahaan kita punya."
"Sama persis? Kamu yakin itu sama persis dengan yang kamu punya, Al?" tanya Sela pula.
"Iya. Tentu saja aku yakin. Karena itu aku kerjakan dengan susah payah dan sungguh-sungguh."
"Kalau gitu, aku curiga bukan sama, Albi. Tapi, itu memang punya kamu yang mereka pakai buat memenangkan proyek kerja sama ini."
Albi langsung menatap serius Sela yang ada di hadapannya.
"Apa maksud kamu, Sel? Aku masih tidak terlalu memahami apa yang kamu katakan."
"Gampang. Yang ingin aku katakan adalah, kamu sudah dikhianati oleh seseorang. Mungkin karena uang, atau juga mungkin karena kesal dan sakit hati padamu. Orang itu mencuri hasil kerjaan kamu dan memberikannya pada saingan bisnis kamu itu. Maka dari itu, mereka punya hasil jerih payah kamu selama ini."
"Yang Sela katakan itu masuk akal, Al. Kamu sudah dikhianati oleh pekerja kamu. Sebaiknya, kumpulkan semua karyawan saat kamu datang besok ke kantor. Tanya satu persatu pada mereka. Selidiki sampai tuntas. Jangan sampai menyimpan pengkhianat di dekat kita. Itu sungguh bahaya."
"Benar, Albi. Lebih mudah melawan musuh yang jelas terlihat dari pada musuh yang sedang bersembunyi. Itu akan sangat bahaya."
_____________________________________________
*Catatan.
"Up pelan-pelan aja yah. Maklum, sedang agak sibuk dengan dunia nyata nih. Makasih atas sambutan kalian yang sangat membahagiakan hati. Makasih banyak semuanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
dalang dibalik semua ini pasti si anu..
sini lu biar ku 🔪🔪🔪
2023-02-25
0
Cantik Jelita
Alby percaya sama dina aja dong
2023-02-25
0
𝓓𝓮𝓪
nah ngomong juga akhirnya
2023-02-25
0