Kesabaran Hati Wulan

Kesabaran Hati Wulan

Bab 01_Kesabaran Hati Wulan

"Kenapa kamu selalu membuatku ilfil dengan semua sifat manjamu sekarang, Wulan. Aku sudah katakan, kamu tidak perlu lagi membuatkan sarapan untuk ku."

Ditolak lagi, bahkan Wulan sangat terluka mendengar caci-maki Damar. Pria yang sangat dicintainya itu, berubah jadi pria yang kejam.

"Kenapa Damar, setiap hari aku menyediakan sarapan dan memasak untuk mu, tapi kenapa sekarang kamu seperti ini?" Wulan berkata menahan gejolak rasa sedih.

"Ah sudahlah, lebih baik berangkat kerja sekarang, dari pada aku berdebat denganmu!" Damar pergi membawa serta kemarahannya.

Malam semakin larut, Wulan masih setia menunggu suaminya pulang.

Pukul 23:15 wib. Wulan melihat jam di dinding ruang tamu.

Seperti yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Damar tidak kunjung pulang. Tidak biasanya suaminya itu akan pulang selarut ini. Apakah pekerjaan di pabrik sangat menumpuk hingga Damar tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dan pulang lebih awal? pikir Wulan.

"Nak, kenapa Ayahmu belum kunjung pulang. Mamah khawatir, semoga Ayahmu baik-baik saja ya nak. Nanti kalau kamu mau lahir, Mamah harap pas ada Ayah di rumah."

Salah satu rutinitas Wulan semenjak hamil adalah tidak bisa tidur sebelum melihat wajah suaminya. Ia duduk bersandarkan pada sandaran sofa sedangkan tatapannya terus menatap kearah pintu rumah.

"Ya Allah kenapa hatiku gelisah seperti ini?" Wulan mengusap dadanya, detak jantungnya seolah dilanda badai gelombang besar.

Kini kandungan Wulan sudah memasuki usia sembilan bulan. Tinggal menghitung hari lagi bidan memprediksikan bahwa ia akan melahirkan. Meskipun bidan berkata persalinan bayinya sehat dan kemungkinan besar akan lahir secara normal. Namun tidak mungkin jika Wulan tidak merasakan was-was. Karena memang ini adalah kehamilan pertamanya.

Salahkah ia jika ingin selalu dekat dan ingin selalu didampingi oleh suaminya. Agar sewaktu-waktu ketika terjadi kontraksi rahim ada suami siaga yang akan mengantarkannya bersalin. Meskipun ada Ibu mertuanya yang menemaninya saat ini. Namun, seorang istri akan lebih nyaman ketika bersama dengan suaminya.

"Siapapun wanitanya pasti akan setuju dengan pendapat ku, bukan? Ingin ditemani suami saat melahirkan? Agar suami tahu, perjuangan seorang istri dalam mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan penerus buah hati dalam pernikahan."

Wulan menyadari membina hubungan rumah tangga agar tetap harmonis itu tidak bisa dikatakan mudah. Ada berbagai kerikil yang bisa mengganggu hubungan kapan saja. Oleh karena itu, menjaga hubungan pernikahan sekuat mungkin sudah menjadi kewajiban bagi setiap pasangan.

Rumah tangga tidak hanya dijalani dengan cinta, tapi juga akal sehat. Dan Rumah tangga adalah ladang pahala bagi setiap orang yang mau bersabar dengan pasangannya.

Wulan selalu menganggap pernikahan merupakan ladang pahala dan kebahagiaan, meskipun terkadang cobaan selalu saja datang untuk menguji hati dan iman.

Wulan mengingat masa-masa itu, masa ia dan Damar bertemu...

Wanita dewasa bernama lengkap Nawang Wulan. Diusianya yang sudah 27 tahun memutuskan untuk menikahi seorang pria yang lebih muda tiga tahun darinya, pemuda baik, tampan dan gentleman bernama Damar Mangkulangit.

Sebelum menikahi Damar. Ia merupakan seseorang yang bekerja sebagai intelijen negara ataupun intelejen swasta seperti detektif. Setahun lalu, Wulan di tugaskan oleh Kakek Bagaskara Wijaya untuk mencari anaknya. Dari sinilah, awal muasal pertemuannya dengan Damar.

Tidak dielakkan karena saling bertemu dan timbullah rasa nyaman dan cinta yang terpahat dengan seiring berjalannya waktu. Damar berusia 24 tahun secara gentle melamarnya, bahkan tak butuh waktu lama bagi Damar untuk meresmikan pernikahan secara agama dan tercatat di kementerian agama Republik Indonesia.

Hampir setahun menikah, Wulan merasa menjadi wanita paling beruntung, karena sikap dan perlakuan Damar yang lembut dan pembawaannya lebih dewasa kendati demikian umur suaminya itu lebih muda darinya. Bahkan, Damar tidak pernah mengungkit atau membicarakan soal perbedaan usia di antara mereka.

Wulan merasa hidupnya sempurna, setelah menikah dan memiliki kehidupan rumah tangga bersama dengan Damar. Apapun yang diucapkannya dan apapun permintaannya, selalu bisa Damar wujudkan.

Wulan menghela nafas, kala mengingat perubahan dalam diri Damar.

Sekarang lain, ada yang lain dalam diri Damar. Seolah suaminya itu bukanlah orang yang sama. Seseorang yang dinikahinya hampir setahun lalu. Inikah hal dimana Kesabaran Hati Wulan sebagai seorang istri benar-benar di uji. Apakah kesabarannya akan mempunyai batasan, atau kesabaran memang tak terbatas.

Dalamnya lautan masih bisa di ukur. Tapi dalamnya hati seseorang tidak bisa di ukur oleh apapun. Kendati memakai alat Poligraf.

Karena apa yang diharapkan justru berbanding terbalik. Menjelang kehamilannya sembilan bulan dan sewaktu-waktu bisa kontraksi secara mendadak, Damar malah semakin sibuk di pabrik. Wulan takut, pada saat itu terjadi Damar tidak ada di rumah.

Berulang kali Wulan menghela nafas panjang.

"Mamah mengkhawatirkan ayahmu, nak. Semoga dia sampai rumah dengan keadaan baik-baik saja."

Wulan mengajak bicara anak yang masih dalam rahimnya, lalu beranjak dari duduknya, dan kemudian duduk kembali.

Posisinya duduknya yang merasa tidaklah nyaman, sudah menjadi suatu pertanda bahwa hatinya di landa gelisah. Wulan mengusap perutnya yang membesar.

Wulan tersentak kala suara dari Ibu mertuanya mengejutkan dari sisi belakangnya duduk. Ia mengalihkan atensinya, kini menatap wajah Bu Suci.

"Wulan, kenapa kamu

belum tidur nak?" Bu Suci menghampiri menantu yang sudah dianggap seperti anak perempuannya.

"Sebelum melihat wajah Damar, Wulan tidak bisa tidur Bu. Wulan harus memastikan bahwa Damar pulang dalam keadaan baik dan sehat." Wulan melihat Bu Suci duduk disebelahnya.

Bu Suci mengusap perut besar Wulan. "Ibu mengerti kamu mengkhawatirkan Damar tapi ingat kamu juga harus memperhatikan kehamilanmu. Kasihan jabang bayinya cah ayu. Kamu harus istirahat cukup, ndak baik bagi Ibu hamil tidur larut malam."

Wulan menunduk sendu. Ditatapnya perut dibalik daster corak bunga tulip. "Tapi Wulan memang tidak bisa tidur Bu. Wulan berbaring saja mata Wulan selalu terjaga, barulah setelah melihat wajah Damar, Wulan bisa tidur. Wajah Damar seperti obat tidurku."

Bu Suci mengusap pucuk kepala bulan lantas beliau duduk tidak jauh dari menantunya.

"Mungkin bawaan si jabang bayinya cah ayu. Meskipun begitu kamu harus tetap istirahat, kamu ndak ingat peringatan bidan kalau darah mu rendah dan beberapa hari lagi kamu akan melahirkan." Seperti biasanya Bu Suci memberikan wejangan pada Wulan.

Wulan mengangguk singkat. "Wulan akan istirahat, kalau sudah melihat wajah Damar, Bu. Terimakasih karena Ibu sudah mau menemani Wulan saat mendekati proses persalinan nanti. Ibu istirahat saja, nanti Wulan menyusul."

Mungkin bagi sebagian orang sikap bulan saat ini berlebihan atau dianggap manja. Tapi entah mengapa Wulan sendiri memang tidak bisa tidur sebelum melihat wajah sang suami, seolah jabang bayinya lah yang meminta lewat matanya yang masih terjaga. Bahwa calon anaknya ingin tidur bila ditemani sang ayah.

Suara kunci pintu rumah yang dibuka dari luar membuat kedua pasang mata Wulan dan Bu Suci beralih menatap pintu.

Wulan segera beranjak dari duduknya, dan benar saja. Sang suami akhirnya pulang. Ia sudah memasang senyuman semanis mungkin.

"Aku nungguin kamu sejak tadi kang Cimar. Kenapa sampai pulang selarut ini? Apa pekerjaan di pabrik menumpuk, hm?" Wulan menyalami tangan suaminya, lalu diambilnya tas hitam berisikan berkas. Sudah menjadi kebiasaan baginya semenjak menjadi seorang istri. Ia akan menyalami tangan Damar sebelum Damar berangkat dan sepulang kerja.

Damar enggan menatap mata Wulan, ia berkata tapi tidak melihat lawan bicaranya. "Aku kan sudah bilang, kamu nggak perlu menungguku." Ucapnya dingin.

"Tapi kan aku khawatir sama kamu." Jawab Wulan.

"Aku pasti pulang, caramu yang seperti ini seolah menuduhku melakukan sesuatu yang bukan-bukan. Kamu semakin lama semakin ngeselin dan posesif nya itu lho yang buat aku muak." Kata Damar sinis.

...****************...

Bersambung...

•••

Hay hallo saudara pembaca setia. Bertemu lagi dengan Damar dan Wulan.

Semoga ada yang mendukung karya ini sampai dengan selesai 🤲🏽. amin.

Terpopuler

Comments

Nurmalia Irma

Nurmalia Irma

ya ampuun sempet baca stlah habis Presdir cilok trs entah kenapa novel nya gak lanjut...eeh aku cek lagi ternyata udah tamat..kirain aku udah aja gak dilanjutin..lanjuut

2024-01-24

1

Khairunnisa

Khairunnisa

hai kak aku mampir nih☺️ tadi aku juga udah baca novel kakak yang berjudul Gendhis

2023-05-31

1

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

maaf ya mbak baru hadir 🙏🙏🙏

2023-02-03

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!