Bab 03_Mawar hitam?

Setetes air mata jatuh membasahi pipi. Wulan semakin meremang melihat sang suami yang sudah bersikap tidak perduli padanya. Ia mengedarkan pandangannya menatap keseluruhan kamar yang nampak sangat senyap dan hampa, meskipun ada Damar namun ia merasa seolah hanya bisa melihat wujud raga dari suaminya, tapi tidak dengan hatinya. Wulan merasa hati Damar tidak ada di sini, di raga suaminya.

Andaikan kamu tau perasaan ku, Damar. Mungkinkah kamu masih tega melukai perasaan ku. Tidakkah kamu sadari bahwa hatiku tulus dan murni untuk mu, hanya untukmu suamiku.

Wulan mengusap perutnya yang buncit.

Nak sabarkan hati Mamah selalu, Mamah yakin. Ayahmu tidak akan tega meninggalkan kita. Ayahmu sangat mencintai Mamah dan menyayangi kamu.

Wulan melihat pakaian Damar yang semula di pakai untuk bekerja berserakan di depan kamar mandi. Sudah beberapa hari ini, Damar tidak langsung menaruhnya di keranjang pakaian kotor. Padahal Damar sangat anti dengan pakaian yang berserakan. Dengan susah payah, Wulan merasa kesusahan untuk berlutut seraya menahan perutnya yang besar, lalu memunguti pakaian suaminya.

Istri memang bukanlah babu, tapi kadangkala memang seorang istri seharusnya melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.

Semua pakaian Damar sudah diambil dan kini berada di lengan. Dengan susah payah pula, Wulan kembali berdiri, namun pada saat netranya menatap lantai, ia dikejutkan dengan adanya sehelai kelopak mawar berwarna hitam di lantai tempat semula pakaian kotor Damar berada.

"Mawar hitam?" gumamnya lirih.

Tatapan Wulan beralih menatap Damar yang telah tertidur. Ia menepis prasangka buruk.

"Bisa saja kelopak mawar hitam ini tertiup angin dan menempel di baju Damar. Bagaimana pun juga, suamiku sudah bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup ku, seharusnya aku tidak menaruh curiga padanya."

Wulan memungut kelopak mawar yang hanya sebiji, lalu membuangnya ke tempat sampah yang terdapat di samping kamar mandi. Lalu menaruh pakaian Damar di keranjang pakaian kotor.

Wulan tidak langsung tidur, meskipun sudah larut malam. Ia berwudhu untuk menentramkan hatinya yang karut marut agar tidak timbul menjadi kekecewaan dan sakit hati terhadap sikap Damar beberapa hari ini.

Selepas berwudhu, Wulan menggelar sajadah dan memakai mukenah, lantas melaksanakan sholat hajat. Setelahnya, ia menadahkan kedua tangannya di balik mukena.

Air matanya kembali luruh membasahi pipinya dan kemudian jatuh membasahi mukenah. Wulan sadari, bahwa mungkin setiap hari, bulan dan tahun hati manusia akan berubah. Tapi kenapa dengan cara secepat ini suaminya yang dulu lembut dan penuh kasih sayang, kini lain.

"Ya Allah, ketika Engkau menitipkan rasa cinta ini kepadaku, aku tak kuasa menolak rasa cinta yang datang. Pun aku tak kuasa memilih kepada siapa aku jatuh cinta,"

Wulan menjeda ucapannya dalam untaian doa, ia menghela nafas panjang. Tangisnya kian tak terbendung, namun sebisa mungkin ia tahan agar tidak menjadi isakan.

"Dan ketika saatnya tiba Engkau menguji apa yang Engkau titipkan kepadaku. Menguji cinta yang Engkau titipkan ini, menguji timbangan cintaku pada-Mu dan cinta pada kekasih ku yang fana ini. Ketika Engkau menguji seberapa kuat ikatan cinta ini, dan mungkin pula Engkau akan datangkan cinta-cinta yang lain. Hamba sekedar memastikan seberapa kuat cinta yang Engkau titipkan kepadaku, tak berkurang kekuatannya. Akankah hamba ikhlas saat titipan-Mu diambil dariku saat waktunya tiba?"

Rasanya semakin memanas, hatinya kian menjelma menjadi jeritan yang tak terdengar. Menambah air matanya kian luruh, Wulan menggigit bibir bawahnya agar tidak menimbulkan isakan yang kencang.

Lalu membaca untaian penutup doanya. *"Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir."

*{Artinya: Cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami.}

Wulan mengusap wajahnya dengan telapak tangan yang tertutupi mukenah.

Lalu beranjak dari atas sajadah, melepas dan melipat mukena kemudian sajadahnya. Dan meletakkannya di atas meja. Mata sembabnya melihat Damar yang masih tertidur lelap.

Jangan bersedih hanya karena Mamah menangis, Mamah tidak apa-apa sayang. Kamu harus menyayangi Ayahmu.

Wulan mengelus perutnya, ia teringat. Kerap kali akan tidur, Damar akan selalu membelai serta menciumi perutnya dan menyenandungkan lagu atau sholawat untuk calon anaknya. Tapi sekarang...?

Wulan tersenyum hambar, ia berjalan menghampiri ranjang dan perlahan membaringkan tubuhnya menghadap punggung sang suami yang memunggunginya. Perlahan Wulan mengulurkan tangannya memeluk Damar dari belakang.

Dalam tidurnya Damar merasakan kesejukan dan ketenangan, ia lalu berbalik badan dan memeluk Wulan serta mencium kening istrinya. Sekilas Damar membuka matanya, ia seperti melihat Wulan memancarkan sinar cerah layaknya matahari fajar.

"Nawulku..." Damar memejamkan matanya, terbesit dua wanita. Namun, dalam mimpi Damar seorang wanita yang selama seminggu ini membayangi pikirannya muncul.

Wulan terhenyak mendengar suara Damar yang seperti ini. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Perlahan sekali ia bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Setengah dari kesadarannya, Damar memeluk Wulan erat. Ia mengusap rambut Wulan dengan gerakan tangan sangat lembut.

"Ada seorang wanita yang telah menawanku, kamu harus membebaskan ku." gumam Damar lirih nyaris seperti bisikan.

Dalam dekapan Damar, Wulan merasakan ketenangan sama seperti satu minggu yang lalu. Namun, mendengar suara Damar yang seolah sedang ada benang hitam yang menjerat suaminya, Wulan menduga pasti ada sesuatu yang tidak beres.

Wanita? Wanita siapa?

Wulan mengernyitkan dahinya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Wulan bertanya bersuara pelan. Bukannya mendapat jawaban, Damar malah membentaknya.

"Jangan ganggu tidurku!" seru Damar, lalu menghempaskan tangan Wulan yang memeluk pinggangnya, dan berbalik badan memunggungi Wulan.

Astaghfirullah!

Wulan cukup terkejut mendengar suara Damar mendadak berubah menjadi garang. Ditatapnya punggung sang suami.

Wulan tidak bisa tertidur, ia terus menatap Damar. Apa yang bisa dilakukannya, siapa yang sedang menguasai diri suaminya? andai saja Damar berkata apa maksud dari ucapannya barusan.

Lamat-lamat rasa kantuk datang, perlahan Wulan memejamkan matanya dan tak lupa membaca doa pengantar tidur. Berharap dihindari dari mimpi buruk.

...***...

Di luar rumah seorang wanita memakai tudung hitam memutari rumah Damar, dengan membaca mantra yang diperolehnya dari seorang dukun sakti yang terkenal dengan ajian pelet yang bisa memikat seseorang yang menjadi targetnya.

Bayangan hitam mulai melayang-layang, sempat kesulitan saat akan memasuki rumah Damar. Karena seseorang sedang melaksanakan ibadah dengan sangat khidmat. Tapi tak lama, kemudian bayangan hitam berhasil masuk kedalam rumah, tepatnya di kamar Damar dan Wulan.

"Masuklah, tiupkan ajian pelet ini ke wajah Damar. Agar dia terus teringat olehku. Dan membenci istrinya. Masuklah dan bawa Damar ke hadapan ku." kata wanita bertudung hitam ini kepada bayangan hitam yang melayang-layang dihadapannya seperti asap tebal yang membumbung tinggi.

...****************...

Bersambung

Terpopuler

Comments

Surtinah Tina

Surtinah Tina

bener kan damar kena pelet....

2022-12-23

0

R.F

R.F

3like hadir kk. semangat kk

2022-12-23

0

💠 Coco 💠

💠 Coco 💠

naaahh kaaannn bener kena wus uwus..... perbanyak dzikir mbak nawul

2022-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!