Step Brother

Step Brother

Kehilangan

Di pemakaman umum, terlihat seorang gadis tengah menangisi kepergian mama nya.

Dia memeluk dan kadang mencium batu Nissan yang bertuliskan dengan nama mama nya.

Felicia Pondarsia.

Kenapa sih ma, mama pergi cepat begini. Kenapa mama ninggalin Giesel ma, mama gak sayang sama Giesel?

Kalau mama pergi, terus Giesel sama siapa? Giesel cuma punya mama.

Giesel melirik ke makam samping makam mama nya.

Bahkan papa juga seperti itu, kalian tidak sayang sama Giesel. kalian jahat! Jahat!

Gadis itu terus menangis sambil meratapi nasibnya. Menyalahkan mama dan papa nya yang pergi terlalu cepat.

Tak jauh dari tempatnya menangis, seorang pria hanya bisa menatap iba padanya. Dia tidak tega melihat anak tiri nya menangis seperti itu.

Farhan mengusap bahu nya pelan, seakan memberi tahu pada gadis itu agar tetap sabar dan kuat menjalani semua cobaan ini.

Farhan menatap langit, dia merasakan udara mulai terasa lembab. Seperti nya sebentar lagi akan turun hujan.

"Ayo gie kita pulang, sebentar lagi hujan akan turun" ucap nya.

"Tidak, aku tidak mau pulang. Aku mau di sini, menemani mama dan papa. Aku tidak mau pulang ke rumah itu" Tolak nya.

Farhan menghela nafas dalam, kemudian mencoba memberikan pengertian pada gadis yang baru saja beranjak dewasa itu.

"Giesel, kamu gak boleh seperti ini. Apa kamu tidak kasihan sama mama kamu di alam sana? dia pasti akan sedih melihat kamu seperti ini. kamu harus ikhlas, agar dia di mudahkan di sisi nya!"

Giesel tidak menjawab, dia hanya menangis sembari memeluk batu Nissan mama nya.

"Mama, Giesel gak akan tinggalin mama. Giesel akan tetap jaga mama di sini" gumam nya sambil mengusap batu Nissan makam mama nya. Seakan saat ini dia sedang mengusap kepala mama nya.

Giesel Amanda Pondarsia, Putri dari Handerno Pondarsia dan Felicia Pondarsia.

10 tahun yang lalu, Giesel ditinggal oleh papa nya untuk selama lama nya. Dia masih sangat kecil, baru berusia 7 tahun.

Dia terbilang kurang kasih sayang dari seorang ayah. Namun, mama nya yang sangat menyayanginya mampu memenuhi kekurangan itu.

Sehingga Giesel tidak merasa kurang nya kasih dari seorang ayah. Meskipun sebenarnya dia memang sangat butuh sosok figur ayah dalam hidupnya.

Kini, Giesel kembali mengalami kehilangan itu. Kehilangan yang jauh lebih besar ketika kehilangan papa nya.

Waktu dulu, dia belum terlalu paham. Dia masih polos dan masih bisa di bujuk.

Sedangkan sekarang, dia sudah sangat mengerti dan ketakutan. Kini dia merasa tidak memiliki siapapun.

Sebelum nya hidup Giesel baik baik saja. Kemudian, mama nya pulang dan memberitahu pada putrinya, bahwa dirinya akan menikah dengan seorang pria yang bernama Farhan Agronio.

Giesel tidak menentangnya, dia hanya berpikir bahwa ini adalah pilihan yang bagus, selepas melihat mama nya yang kesepian hidup sendiri.

Benar saja, kehidupan mama nya mulai terlihat membaik. Pria itu merawat mama nya dengan sangat baik.

Kepada Giesel, Farhan juga sangat baik. Dia menganggap Giesel sama seperti putrinya sendiri.

Dua bulan berlalu, Giesel kembali di kejutkan oleh mama nya. Dia mengetahui bahwa mama nya mengidap penyakit kanker stadium akhir.

Giesel sangat terpukul mendengar kabar itu. Hingga kini, dia mengalami apa yang dia takutkan selama ini.

Mama nya pergi menyusul papa nya, meninggalkan dirinya untuk selama lama nya.

Mama....Giesel takut, Giesel tidak punya siapa siapa lagi.

Duarrr... Duarrr

Angin bertiup kencang, gemuruh petir pun mulai terdengar.

Hujan mulai rintik rintik turun membasahi mereka.

Farhan semakin panik, dia tidak mau anak tirinya terkena hujan dan sakit.

"Giesel, ayo pulang. Hujan sudah turun!" ucap Farhan menarik tangan Giesel, dia memaksa anak tirinya itu bangkit, kemudian menatiknya kearah mobil.

"Lepaskan aku om, aku mau tetap di sini" pinta Giesel berusaha meronta agar bisa tetap berada di makam mama nya.

"Tidak nak, nanti kamu bisa sakit kalau terkena hujan"

"Aku tidak peduli. Aku tetap mau di sini" teriak Giesel lagi. Dia berusaha mendorong Farhan, kemudian kembali berlari ke makam mama nya.

Giesel menelungkup di atas gundukan tanah seolah sedang memeluk mama nya.

Farhan semakin iba, air matanya menetes melihat kondisi putri tirinya seperti ini.

Hujan semakin deras, Farhan tidak punya pilihan lain. Dia mengangkat tubuh Giesel, kemudian menggendong nya keluar dari pemakaman itu.

"Lepaskan aku!! Pria sialan! lepaskan aku!" teriak Giesel meronta ronta.

Farhan tidak peduli, dia tetap menahan tubuh Giesel dan berjalan cepat menuju ke mobil.

"Dasar pria tua! lepaskan aku! aku hanya ingin bersama mama papa! lepas!" teriak nya memukul mukul punggung Farhan.

Melihat kedatangan majikan nya, supir Farhan langsung berlari membuka pintu mobil.

Farhan masuk ke dalam mobil, bersamaan dengan Giesel. Dia mendudukkan gadis itu di samping nya. menahan agar dia tidak bisa kabur.

"Jalan pak!" titah Farhan.

"Baik tuan"

Supir langsung menyalahkan mobil dan segera meninggalkan pemakaman umum itu.

"Mama!! Mama!!!" Giesel berteriak dan berusaha mendobrak pintu.

Farhan tidak melarang nya, dia hanya menatap putrinya itu dalam diam.

Kasian sekali kamu Giesel, di usia mu yang masih muda. Pasti ini sangat berat bagi mu.

"Hiks...Mama...Mama..." lirih Giesel memanggil mama nya.

"Giesel, kamu harus ikhlas. Kamu harus bisa ikhlas" Farhan menarik tubuh putri tirinya, memeluk nya erat.

"Om...Mama...Om.." Kesadaran Giesel pun hilang, dia pingsan di dalam pelukan papa tirinya.

Tidak merasakan pergerakan putrinya, Farhan menunduk kebawah.

"Giesel, Giesel..." Farhan menepuk nepuk pipi Giesel pelan. Namun, tetap tidak ada pergerakan dari gadis itu.

"Seperti nya nona muda pingsan tuan" ujar supir yang melihat mereka dari spion.

"Percepat mobil nya, aku tidak mau putri ku kenapa kenapa!" titah Farhan. Dia semakin memeluk erat Giesel. Dia mengusap wajah putrinya yang masih basah oleh air hujan yang bercampur dengan air mata.

Selama 2 bulan menikah dengan Felicia, Farhan menjadi tahu arti keluarga. Dia sebelum nya tidak tahu, bagaimana rasa hangat keluarga sesungguhnya.

Sejak kecil, Farhan sudah hidup sendirian. Tidak ada yang mau membesarkan nya. Hingga dia bertemu dengan keluarga Agronio, dia bisa hidup dengan baik.

Kini dia merasakan bagaimana memiliki cinta keluarga. Hanya selama dua bulan, Farhan bisa merasakan nya.

Farhan sangat menyayangi Felicia dan juga Giesel.

Setiba di rumah, Farhan langsung menggendong putrinya masuk ke dalam rumah. Membawanya ke dalam kamar putrinya.

"Tuan, apa yang terjadi?", pekik Surti melihat nona mudanya di gendong oleh majikan nya masuk ke dalam rumah.

Tanpa menoleh, Farhan menyuruh Surti untuk mengambilkan air hangat dan es batu.

"Bawa air hangat dan es batu ke kamar Giesel" titah Farhan. Dia berjalan cepat menuju ke kamar Giesel .

"Baik tuan" jawab Surti kembali ke dapur, dia mengambil apa yang Farhan ucapkan. Kemudian, dia berlari menuju ke kamar nona mudanya.

Farhan membaringkan tubuh Giesel di atas ranjang dengan hati hati.

"Ini tuan, air panas sama es batunya" ucap Surti memberikan satu baskom kecil air hangat dan beberapa balok kecil es batu di dalam mangkuk kecil.

Surti menatap khawatir pada nona mudanya. Tadi memang Surti tidak ikut ke pemakaman. Dia harus membereskan rumah setelah semua orang pergi mengantarkan Nyonya besar, ke tempat peristirahatan terakhir nya.

"Tuan, ada apa dengan nona muda. Mengapa nona muda tidak sadarkan diri?" tanya Surti khawatir.

"Aku juga tidak tahu, tapi kemungkinan besar Giesel kelelahan dan syok dengan semua ini" jelas nya.

"Tolong kamu ganti pakaian nya, lalu usapkan air hanya ini ke tubuh nya. Jika badan nya panas, kamu kompres kepalanya dengan es ini" Farhan menjelaskan.

Surti mengangguk mengerti, dia langsung mengambil pakaian nona mudanya di dalam lemari.

Lalu, Surti pun mulai mengganti pakaian Giesel setelah Farhan keluar.

Sebelum dia benar benar keluar, Farhan sempat menatap lama gadis malang itu.

"Huh..Giesel, kamu tidak boleh seperti ini" gumam nya, lalu menutup pintu rapat.

...----------------...

"Mama!!!! Mama!!!!!"

Seorang gadis berteriak sekeras mungkin, memanggil seorang wanita cantik yang memakai pakaian serba putih.

Sekencang apapun gadis itu berlari, dia tetap tidak bisa menggapai mama nya. Jarak mereka terasa tetap sama.

Giesel menatap heran, dia kembali berteriak karena tak kunjung bisa memeluk mama nya.

"Mama!!! Kenapa mama menjauh! Giesel kangen!"

Wanita itu tidak menjawab, dia hanya menatap putrinya dengan senyuman manis.

Dalam senyum manisnya, Giesel melihat mama nya menggelengkan kepalanya. Giesel tidak mengerti maksudnya. Dia benar-benar di buat bingung oleh mama nya.

Dia kembali mencoba berlari, berusaha menggapai mamanya. Namun hasil nya tetap nihil.

"Mama!!! Mama!!!" teriak nya semakin histeris

"Mama, sini peluk Giesel. Kenapa mama tidak mau mendekat?" tangis nya.

Lagi lagi Giesel melihat mamanya menggeleng pelan. Kemudian, dia melihat mama nya menunjuk ke arah belakang nya.

Giesel pun mengikuti arah tunjuk mama nya. Dan dia terkejut dengan apa yang dia lihat.

Sebuah layar lebar membentang seperti di bioskop. Di sana Giesel melihat gambar Farhan.

"Kenapa dia ma?"tanya Giesel kembali menoleh pada mama nya. Namun, mama nya tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan kembali menunjuk ke arah layar tersebut.

Kali ini Giesel melihat orang lain, orang itu saling merangkul dengan Farhan.

Tapi, Giesel tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu.

"Siapa dia ma?" tanya Giesel sembari menoleh kearah mama nya lagi.

"Ma?"

"Mama kemana?"

Gisel menjadi panik, dia tidak melihat sosok mama nya dia mana pun. Seketika dada nya menjadi sesak, perasaan kehilangan langsung menyeruak di dalam hatinya

"Mama!!!!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!