Peraturan Konyol

Giesel duduk di tepi ranjang nya, matanya menatap kosong dinding kamar yang berwarna biru muda.

Dia masih belum bisa percaya, Farhan yang terlihat baik dan tulus. Ternyata memiliki niat yang jahat kepada keluarga nya.

Lihat sekarang, harta mama nya dialihkan pada putranya. Harusnya, harta ini milik Giesel seutuhnya.

"Mengapa mama bisa percaya kepada mereka?"

"Tidak, aku tidak akan membiarkan pria itu mengambil hal ku. Ini adalah milik ku, peninggalan mama sama papa" gumam nya mulai memiliki tekad.

Giesel beranjak dari tempat tidurnya,dia hendak melangkah ke kamar mandi. Namun, suara pintu di buka menghentikan langkah kaki nya.

Giesel menatap seorang pria dengan lancang memasuki kamar nya.

"Siapa Lo?" bentak nya.

Pria itu terlihat takut, dia menunduk untuk menghormati nona muda.

"Maaf nona, bukan bermaksud lancang. Tuan menyuruh saya untuk memberikan surat ini pada anda" ucap pria itu sembari memberikan sebuah amplop putih.

Giesel menerimanya, dia langsung membuka untuk melihat isi nya.

"Apa ini" gumam nya.

Mata Giesel langsung terbelalak, setelah membaca tulisan yang di urutkan.

"Peraturan rumah ini?" gumam nya membaca kepala surat.

Giesel langsung menatap pria itu marah.

"Apa apaan ini, tidak bisa! rumah ini milik ku. Tidak mungkin dia yang mengatur nya!"

"Maaf tuan muda, saya hanya menjalankan perintah"

"Di mana dia! aku ingin berbicara dengan nya!" tegas Nya.

"Tuan ada di ruangan kerja nyonya Felicia -"

Belum sempat pria itu mengakhiri ucapan nya, Giesel sudah berlalu pergi.

Benar benar sudah kelewatan, dia merasa sudah memiliki semua aset ku huh?. Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi.

Dengan emosi yang menggebuh gebu, Giesel pergi ke ruangan kerja mama nya.

Brak!

Pintu terbuka dengan hempasan kuat. Giesel masuk ke dalam dengan langkah angkuh nya.

Sedangkan Vioms, dia terlihat santai meminum anggur di dalam gelas kaca cantik nya.

"Viom. Maksud Lo apa membuat peraturan seperti ini!" ucap Giesel melempar kertas itu ke wajah Vioms.

Viom memejamkan matanya ketika kertas itu mengenai kulit wajah nya.

Giesel menatap Vioms benci. Sampai kapan pun, Giesel tidak akan menerimanya begitu saja. Karena rumah dan segala aset milik orang tuanya, adalah milik dirinya.

"Sayang sekali, usaha mu untuk protes pada ku hanya akan sia sia." Viom berdiri, dia melangkah mendekati Giesel.

Gadis itu mundur beberapa langkah, dia sedikit terkejut melihat Vioms mendekatinya.

Vioms tersenyum miring. "Jika kamu tidak mau mematuhi nya, maka kamu boleh keluar dari rumah ini!" ucap Vioms simpel.

"Ini milik gue, gue tidak akan membiarkan Lo menguasai nya!" tegas Giesel. Beberapa detik kemudian, dahinya mengerut.

Vioms tertawa mendengar ucapan nya.

"Hey..Apa kamu sedang membual? apa kamu tidak mendengar apa yang di jelaskan oleh Bufien?" ledek Vioms.

"Aku yakin, kamu juga bisa mengenali suara mama mu. "tambah nya.

Giesel tidak bisa berkata lagi, apa yang Vioms katakan memang benar. Wasiat itu memang mama nya yang membuatnya.

"Gue yakin, kalian memaksa mama untuk melakukan ini semua! Lihat saja, Gue akan mengungkap semua ini. "

"Gue akan membuat kalian membusuk di penjara!" tekan Giesel penuh keseriusan.

"Silahkan, kamu bisa berbuat apapun yang kamu baik. Tapi..Ingat, selama kamu tinggal di rumah ini. Maka, kamu harus menjadi Adi yang baik, mengikuti semua peraturan yang sudah aku buat!" ucap Vioms panjang lebar. Baru kali ini dia berbicara panjang lebar pada orang lain.

Sebelum nya, pria 25 tahun itu tidak pernah banyak bicara. Apalagi tersenyum.

Tegas, kejam, dingin, hanya itu yang ada di pikiran orang orang ketika mengingat nama Vioms.

"Huh!"

Giesel mendengus, berbalik pergi dari hadapan pria yang semakin membuatnya darah tinggi.

"Bye bye" ucap Vioms melambaikan tangan.

...----------------...

Pagi pagi sekali, Giesel bersiap untuk pergi ke sekolah. Setelah dia absen selama satu Minggu, karena kepergian mama nya.

Kini, Giesel kembali ke rutinitas nya.

Giesel berdiri di depan kaca, menatap tubuh nya yang terlihat sedikit lebih kurus.

Rambut panjang di ikat satu tinggi, membuat kesan jutek di wajah datar nya.

Giesel merupakan siswi terpintar dan tercantik di salah satu SMA ternama di kota nya.

Dua bulan yang lalu, Giesel baru saja genap 17 tahun dan dia sekarang duduk di kelas 3.

Setelah selesai bersiap, Giesel pun turun ke bawah, menuju ke meja makan.

"Selamat pagi non" sapa Surti menyambut nona muda nya.

Giesel tersenyum tipis, kemudian wajah nya kembali di tekuk saat melihat Vioms dan Farhan duduk di meja makan.

"Ayo non, silahkan duduk dan sarapan" kata bi Surti menaruh sarapan di hadapan Giesel.

"Gak bi, aku sarapan di sekolah saja. Selera makan ku hilang melihat mereka" sindir Giesel.

Farhan menghela nafas, namun dia tidak berkata apa apa. Sedangkan Vioms hanya fokus dengan sarapan nya.

Giesel pun beranjak pergi, setelah pamit pada bi Surti.

"Makan, atau keluar dari rumah!"

Jleb.

Dia pilihan itu mampu membuat langkah Giesel terhenti.

"Lo gak bakal bisa mengatur gue! Lo bukan orang tua gue! Lo hanya perampas!!" maki Giesel yang tentunya hanya di dalam hatinya saja.

Giesel masih sangat ingat dengan isi peraturan yang Vioms beri padanya.

PERATURAN!!

PATUHI VIOMS

KEKUASAAN ADA DI TANGAN VIOM.

MELANGGAR, MAKA KELUAR!.

KEMANA PUN HARUS ATAS SEIJIN VIOMS.

PANGGIL VIOMS KAKAK.

Dari semua peraturan yang di buat Vioms, hanya satu yang tidak akan pernah Giesel lakukan.

Yaitu, no 5. Sampai kapan pun Giesel tidak akan pernah memanggilnya sebagai kakak.

Giesel berbalik, dengan terpaksa dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Vioms.

Entah sejak kapan meja makan berubah, menjadi meja makan yang cuma muat 4 orang.

Sabar Giesel, sabar. Demi membuktikan mereka bersalah, Lo harus bersabar. berkorban sedikit demi keberhasilan tidak apa apa.

Giesel menyemangati dirinya, kemudian dia menghabiskan sarapan nya tanpa menatap Vioms.

Surti tersenyum senang, dia takjub pada vioms yang berhasil membuat nona muda nya sarapan.

Ada baik nya juga tuan Viom mendapatkan harta ini. Nona muda jadi teratur sarapan.

Setelah sarapan, Giesel pun langsung berangkat ke sekolah.

"Aku berangkat ke sekolah!" teriak nya berlalu pergi.

Dengan wajah datarnya, Vioms pun menyudahi sarapan nya.

Giesel berdiri di depan garasi mobil. Dia tidak melihat mobil nya di mana pun.

"Kemana Mobil gue?" gumam nya. Bertepatan saat itu Vioms keluar.

"Di mana mobil gue!" tanya Giesel menghadang pria itu.

"Heh! jawab gue!" teriak Giesel nya semakin emosi, karena Vioms tidak menanggapinya.

"Vioms!!!"

"Vioms jawab gue!!",

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!