Akibat Rasa Dendam!!

Akibat Rasa Dendam!!

Bab 1. Tidak tahu sakit apa?

Bismillahirohmanirohim.

"Ibu, bapak Mira pulang, bawa hasil dari kebun" ucap seorang gadis, sambil menunjukan hasil yang dia bawa dari kebun nya, pada kedua orang tuanya yang terbaring lemah ditempat tidur.

Hampir setiap hari Mira harus selalu terlihat baik-baik saja. Padahal raganya hancur melihat kondisi ibu dan bapaknya, yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Kedua orang tua Mira hanya bisa tersenyum pada anak gadis mereka. Mereka tidak bisa menjawab apa-apa, untuk sekadar bicara satu katapun sudah begitu sulit, rasanya bibir sudah tidak bisa digerkana lagi.

Nama nya Mira, dia seorang gadis desa yang terlahir dari keluarga cukup terpandang di desanya. Karena orang tuanya memiliki kebun yang begitu luas dan sawah ada sekitar 3 hektar di desannya.

Sayang di desa itu dia sudah tidak memiliki kerabat, dia juga hanya anak satu-satunya dari ibu dan bapaknya, bisa dibilang Mira adalah pewaris tunggal dari keluarganya.

Saat ini gadis itu menginjak usia 21 tahun, tapi sayang di umurnya yang ke 21 tahun dia harus melihat kedua orang tuanya terbaring lemah ditempat tidur.

Sudah hampir 3 bulan ini orang tua Mira sakit keras, tapi sakit yang orang tua Mira alami begitu aneh, karena jika diperiksa di medis orang tua Mira tidak sakit apa-apa.

Selalu begitu hasil medis yang keluar tidak ada memuaskan untuk Mira, padahal dia sudah datang ke beberapa dokter berbeda untuk memeriksa keadaan kedua orang tuanya.

"Mira harus pake cara apa lagi biar ibu dan bapak sembuh" ucap Mira pada orang tuanya.

Dia mendekati tempat berbaring orang tuanya, semakin hari Mira tidak tahu kenapa perut kedua orang tuanya semakin membesar. Sementara badan orang tuanya semakin kecil dan kurus.

Padahal ibu dan bapaknya selalu makan dan buang hajat dengan baik, layaknya orang-orang pada umumnya.

Tangan sang ibu terangkat untuk mengelus pucuk kepala anaknya. Mira tahu ibu nya sedang memberikan kekuatan pada dirinya, agar bisa menerima semua cobaan yang menimpa dirinya dan keluarga.

"Mira mau masak dulu ya pak ibu" pamitnya.

Mira keluar dari kamar orang tuanya dengan derai air mata, sudah banyak cara dia lakukan untuk kesembuhan kedua orang tuanya, tapi tidak ada satupun yang berhasil, semuanya hanya sia-sia saja.

"Aku mau ibu dan bapak sembuh!" ucap Mira pada diri sendiri, sambil mengusap air matanya, saat ini menangis hanya akan membuang-buang tenaga Mira saja.

Mira melangkah pergi ke dapur untuk memasak hasil kebun yang dia dapat tadi, dari kebun orang tuanya sendiri.

"Semoga ibu sama bapak senang masakannya" ujar Mira, dia melupakan sejenak apa yang sedang menimpa keluarganya.

Selesai memasak Mira akan menyiapkan makanan kedua orang tuanya, setiap hari Mira akan menyuapi ibu dan bapaknya secara bergantian.

"Ibu makan dulu" kata Mira, sambil membantu ibunya untuk duduk, ibu Mira tidak menjawab tapi dia menuruti apa yang Mira suruh.

"Makan yang banyak ya bu biar cepat sembuh" ucapnya untuk menghibur dirinya sendiri, Mira merasa kesepian, tanpa adanya obrolan ibu dan bapaknya.

Padahal sebelum ibu dan bapak Mira sakit, rumah yang lumayan besar itu selalu terasa harmonis, selalu ada canda tawa didalamnya.

Tapi semua itu langsung lenyap seketika saat sakit yang tidak tahu apa menimpa kedua orang tua Mira, kini rumah itu berubah menjadi sunyi, seperti tak berpenghuni.

Selama ibu dan bapaknya sakit sudah 3 bulan ini pula Mira sendiri yang mengurus sawah dan kebun milik orang tuanya.

"Aku yakin ibu dan bapak akan segera sembuh, jadi makan yang banyaknya" Mira yang tersenyum pada ibunya membuat ibunya juga ikut mengangkat sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Ibu udah selesai makan sekarang tinggal giliran bapak untuk makan mengisi perut terlebih dahulu" ucap Mira lagi setelah memberi ibunya air putih.

Mira memberikan bekas makan ibunya terlebih dahulu, setelah itu baru dia menyuapi bapaknya makan.

"Ayo bapak juga harus makan yang banyak kayak ibu" ujar Mira, sambil mulai menyuapkan nasi dan sayur ke dalam mulut bapaknya. 

"Harus makan yang banyak ya bapak" bapak Mira mengangguk saat Mira menyuruh makan yang banyak.

"Mira akan menunggu kalian sembuh" batinnya sambil melihat ke ibu dan bapaknya secara bergantian.

"Mira akan lakukan apapun asal ibu dan bapak bisa sembuh!" tekad Mira begitu bulat untuk kesembuhan kedua orang tuanya.

Lagipula anak mana yang tega melihat ibu dan bapaknya setiap hari terbaring lemah diatas kasur, tanpa berbuat apa-apa, hanya bisa makan dan buang air saja.

***

Setiap pagi Mira gadis 21 tahun itu akan pergi ke kebun atau ke sawah bapaknya, semenjak bapak dan ibu nya sakit.

"Mira bapak sama ibumu belum sembuh juga memang?" tanya seorang wanita paruh baya yang kerap disapa mbok Darmi di desanya, mbok Darmi merupakan salah satu tetangga Mira.

Mira memang sering pergi ke kebun bersama mbok Darmi, karena kebun keduanya bersebelahan, walaupun tetap kebun milik keluarga Mira yang lebih luas.

"Belum mbok" sahut Mira dengan nada lesu.

"Mira sudah datang ke beberapa rumah sakit yang ada di kabupaten kita ini, tapi hasil pemeriksaan setiap rumah sakit sama. Mereka mengatakan jika bapak dan ibu baik-baik saja, tapi mereka juga bingung karena melihat perut ibu dan bapak membesar, sementara badannya semakin mengecil"

"Bisa begitu ya Mir, tapi kamu sudah coba datang ke orang pintar untuk menanyakan keadaan ibu dan bapakmu?" tanya mbok Darmi memastikan.

Keduanya terus berjalan menuju kebun sambil membahas penyakit yang menimpa orang tua Mira, mendengar ucapan mbok Darmi Mira terdiam sejenak.

"Belum mbok, tapi Mira nggak mau ke orang pinter Mira takut" tutur Mira.

Mbok Darmi mengerti dengan maksud Mira, tapi mbok Darmi yakin ada yang tidak beres dengan penyakit yang diderita orang tua Mira.

"Kalau tidak begini saja Mira, hari ini kamu pikirkan matang-matang dulu, ini juga demi kesembuhan orang tuamu, kamu pikir dulu mau dateng ke orang pintar atau nggak, kalau mau kamu besok datang ke rumah mbok, biar mbok Darmi kasih tahu dimana orang pintar yang bisa membantu menyembuhkan penyakit ibu dan bapakmu" usul mbok Darmi pada Mira.

"Iya mbok, biar Mira pikir dulu, terima kasih sudah mau membantu Mira"

"Sama-sama Mira" sahut mbok Darmi.

Keduanya berpisah di jalan setelah ada dua jalan di hadapan mereka, mbok Darmi berjalan lurus, karena kebunnya ada dijalan lurus itu.

Sementara Mira mengambil jalan sebelah kanan, karena kebun orang taunya melewati jalan situ, saat ini Mira tengan memikirkan usulan yang mbok Darmi beritahu padanya tadi, dijalan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!