Me And The Credit Queen
Di suatu perusahaan, semua karyawan sedang sibuk beraktivitas setiap harinya tanpa mengenal lelah. Urat-urat syaraf yang tegang mendadak kendur ketika memasuki waktu jam istirahat.
"Zee, makan di mana kita siang ini?," tanya Mike sambil bercermin di konter bedak merk ternama MiniBella dan membetulkan jilbab mininya. Tuh leher bisa bernapas kagak, jilbabnya dililit-lilit kayak gitu.
"Terserah kamu, Ke. Tapi enakan kalau kita menghirup makanan berkuah, deh," jawab Zeevana sambil menutup buku catatan tagihannya. Dia mengecek-ngecek siapa saja temannya yang belum membayar angsuran bulan ini.
"Yey, katanya terserah. Tapi kok kamu yang nentuin, sih," sungut Mike. Zeevana memang begitu. Seolah minta pendapat tapi dia sendiri sudah ada pendapat.
"Itu kan saran aku, Ke. Protes aja kamu," balas Zeevana.
Gadis berjilbab panjang itu lalu memasukkan buku tagihannya ke dalam tas. Kalau buku itu hilang, semua pemilik nama yang tercatat di dalamnya pasti bakalan sujud syukur, deh. Hahaha. Terbebas dari hutang akibat hilangnya buku tagihan Zeevana sesuatu yang ditunggu-tunggu.
"Kamu ngurusin tuh buku terus. Aku nggak ada utang lagi, kan?," pelotot Mike ke arah Zeevana. Seolah-olah, giliran di dekat dia, Zeevana selalu membuka buku catatan utangnya. Mike merasa seolah dia akan ditagih.
"He-eh. Tapi kamu bisa buka utang baru, Ke," ujar Zeevana nyengir menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Ogah. Aku lagi banyak pengeluaran, Zee. Untuk sementara off dulu, deh," tolak Mike. Dia menahan diri dulu untuk tidak mengambil barang kepada Zeevana meskipun kadang barang yang dibawa Zeevana itu barang terbaru. Limited edition.
"Justru aku memudahkan orang-orang kayak kamu, Ke. Kamu bisa beli apa aja tanpa harus bayar cash. Asalkan denganku kamu kagak nunggak," ujar Zeevana memberi angin segar kepada Mike. Siapa tahu Mike tergoda untuk mengambil barang jualannya.
"Eh, emang Mike Oktaviani pernah nunggak kalau ambil barang sama kamu?. Kagak, kan?," tanya Mike.
"Iya. Kamu memang pelangganku yang selalu on time, kok," puji Zeevana tersenyum lebar. Dia paling suka memberi kreditan kepada Mike. Gadis itu tanpa ditagih sudah pasti akan membayar, sehari setelah gajian.
"Udah, yuk. Kita cus langsung ke bakso Mang Etan," ajak Mike sambil mengambil tas mininya.
"Yuk, Mba Ve mau ikutan nggak?," ajak Zeevana menawarkan kepada Vera, senior mereka.
"Kalian mau ke mana?," tanya Vera kepo. Dia masih berada di dalam kubikelnya.
"Ngebakso, Mba. Udah lama kita nggak makan bakso, kan," jawab Zeevana sambil berjalan menghampiri kubikel Vera.
"Tungguin, dong. Aku nge-save file ini dulu, ya," ujar Vera bergegas menyimpan ketikan yang baru saja dia selesaikan. Dia memang sudah lama ingin makan bakso. Memang asiknya makan rame-rame. Garing banget kan kalau makan sendirian.
"Oke. Kita tunggu di parkiran, ya," ujar Mike menarik tangan Zeevana agar segera keluar dari dalam kantor.
Kedua gadis itu duluan pergi menuju ke parkiran. Mereka akan menunggu Vera di sana. Rencananya mereka akan naik mobil Zeevana. Setelah Vera datang menyusul, mereka segera meluncur menuju ke tempat makan, bakso Mang Etan.
***
Sambil menikmati bakso yang aroma dan rasanya sudah menggoyang lidah, cuitan dan rumpian ala mereka pun keluar satu persatu.
"Eh, dengar gosip nggak?. Manajer keuangan kita bakalan diganti, nih," ujar Vera memberitahu teman-temannya sambil menuangkan kecap ke mangkok baksonya.
"Serius, Mba?. Siapa, Mba?," tanya Zeevana antusias. Semoga saja yang menggantikan manajer lama, sama baiknya bahkan lebih baik lagi dan masih muda. Itu harapan Zeevana.
"Belum tau juga, sih," ujar Vera menggendikkan bahunya.
"Yee, Mba Ve. Kalau belum tau orangnya itu mah bukan gosip," cibir Mike sambil menghirup kuah bakso.
"Pak Suyono kan udah udzur. Katanya mau resign. Kalau itu aku pernah dengar dari Pak Su langsung," sela Zeevana memberitahu. Atasan mereka itu memang tidak lama lagi akan pensiun.
"Beliau bilang begitu?," tanya Vera tidak percaya.
"Iya, padahal aku berharap beliau jangan resign dulu sebelum masuk batas waktu pensiunnya," ujar Zeevana sedih.
"Kenapa, Zee?," tanya Mike penasaran.
Masa temannya itu suka sama bapak-bapak paruh baya kayak Pak Su. Iih, yang bener aja. Mike bergidik sambil melihat Zeevana.
"Pak Su itu suka beli barang-barang ku dengan harga kredit, tapi dibayarnya dengan harga cash," jawab Zeevana berbinar-binar sambil tersenyum manis.
"Yeay, dasar kamu, Zee!!. Itu mah enak di kamu doang," sungut Mike sambil melempar gumpalan tisu ke muka Zeevana.
Zeevana tertawa kecil sambil mengusap wajah manisnya. Dia pun melanjutkan makan lagi.
"Oya, Mba Ve. Bagaimana kelanjutan dengan mantan suami, Mba?," tanya Zeevana kepo.
Vera dan suaminya memang sudah bercerai, namun meskipun hak asuh anaknya jatuh kepada Vera, tapi suaminya telah membawa anak perempuan Vera pergi.
"Nggak tau, Zee. Aku udah kontak sana-sini dan keluarga mantan suami ku juga. Tapi mereka kompak nggak ada yang mau ngasih tau aku," jawab Vera dengan raut wajah sedih. Dia sangat merindukan putri semata wayangnya itu.
"Benar-benar keterlaluan, ya. Tega banget memisahkan anak dari ibunya," ujar Mike merasa kesal dengan sikap mantan suami Vera.
"Pelajaran aja buat kalian. Kalau mau cari suami nanti, lihat juga keluarganya, terutama ibunya. Jangan sampai seperti aku. Mertuaku selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga kami. Anaknya juga selalu manut apa kata ibunya padahal belum tentu benar. Aku nggak tahan," ujar Vera tertunduk. Dia hanya ingin mengingatkan teman-temannya yang belum menikah.
"Yang sabar, Mba Ve. Mba masih muda kok, masih bisa mendapatkan yang lebih baik dari si mantan Mba yang kebangetan itu. Tapi dahulukan kita dulu, dong. Sekali aja kita belum nikah, masa Mba udah mau yang kedua kali," oceh Mike yang masih betah menjomblo.
Zeevana dan Vera terkekeh mendengarkan ucapan Mike. Kalau jodoh siapa yang tahu cepat atau lambatnya. Satu kali atau dua kali menikah, itu adalah kuasa dari Yang Maha Esa.
"Makanya mencari calon suami itu kriterianya jangan ketinggian. Kalau pun ada yang sesuai dengan kriteria kalian, belum tentu dianya mau dengan kalian," nasihat Vera.
"Jadi kudu diturunkan standarnya, Mba?," tanya Mike.
"Bisa jadi begitu. Kalau mau cari yang sempurna tidak akan ada, Ke," jawab Vera.
"Betul itu, Mba. Kalau aku yang penting dia bisa jadi calon imam yang baik bagiku. Aku bisa belajar banyak hal darinya. Agama tetap prioritas, Mba," sela Zeevana.
"Meskipun dia kere, Zee?," ledek Mike tertawa kecil.
"Kalau dia mau usaha alias kerja, nggak akan kere, Mike. Banyak harta juga buat apa kalau tidak bahagia," jawab Zeevana.
"Udah...udah. Kalau bahas soal jodoh nggak ada habisnya. Buruan makan, nanti jam istirahat habis," ujar Vera mengingatkan teman-temannya.
Mereka pun segera menghabiskan bakso dan minuman. Dan kembali ke kantor dengan perut yang sudah kenyang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Nurul Badriyah
sy udh berkali2 baca novel ini, ga ada bosennya...critanya ringan tp nyata
2024-01-02
0
Mbak Latif
saya syuka bacanya the real kehidupan sehari**
2023-12-30
0
Eliani Elly
baru nyimak
2023-09-11
0