NovelToon NovelToon

Me And The Credit Queen

Part 1 Makan Siang

Di suatu perusahaan, semua karyawan sedang sibuk beraktivitas setiap harinya tanpa mengenal lelah. Urat-urat syaraf yang tegang mendadak kendur ketika memasuki waktu jam istirahat.

"Zee, makan di mana kita siang ini?," tanya Mike sambil bercermin di konter bedak merk ternama MiniBella dan membetulkan jilbab mininya. Tuh leher bisa bernapas kagak, jilbabnya dililit-lilit kayak gitu.

"Terserah kamu, Ke. Tapi enakan kalau kita menghirup makanan berkuah, deh," jawab Zeevana sambil menutup buku catatan tagihannya. Dia mengecek-ngecek siapa saja temannya yang belum membayar angsuran bulan ini.

"Yey, katanya terserah. Tapi kok kamu yang nentuin, sih," sungut Mike. Zeevana memang begitu. Seolah minta pendapat tapi dia sendiri sudah ada pendapat.

"Itu kan saran aku, Ke. Protes aja kamu," balas Zeevana.

Gadis berjilbab panjang itu lalu memasukkan buku tagihannya ke dalam tas. Kalau buku itu hilang, semua pemilik nama yang tercatat di dalamnya pasti bakalan sujud syukur, deh. Hahaha. Terbebas dari hutang akibat hilangnya buku tagihan Zeevana sesuatu yang ditunggu-tunggu.

"Kamu ngurusin tuh buku terus. Aku nggak ada utang lagi, kan?," pelotot Mike ke arah Zeevana. Seolah-olah, giliran di dekat dia, Zeevana selalu membuka buku catatan utangnya. Mike merasa seolah dia akan ditagih.

"He-eh. Tapi kamu bisa buka utang baru, Ke," ujar Zeevana nyengir  menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Ogah. Aku lagi banyak pengeluaran, Zee. Untuk sementara off dulu, deh," tolak Mike. Dia menahan diri dulu untuk tidak mengambil barang kepada Zeevana meskipun kadang barang yang dibawa Zeevana itu barang terbaru. Limited edition.

"Justru aku memudahkan orang-orang kayak kamu, Ke. Kamu bisa beli apa aja tanpa harus bayar cash. Asalkan denganku kamu kagak nunggak," ujar Zeevana memberi angin segar kepada Mike. Siapa tahu Mike tergoda untuk mengambil barang jualannya.

"Eh, emang Mike Oktaviani pernah nunggak kalau ambil barang sama kamu?. Kagak, kan?," tanya Mike.

"Iya. Kamu memang pelangganku yang selalu on time, kok," puji Zeevana tersenyum lebar. Dia paling suka memberi kreditan kepada Mike. Gadis itu tanpa ditagih sudah pasti akan membayar, sehari setelah gajian.

"Udah, yuk. Kita cus langsung ke bakso Mang Etan," ajak Mike sambil mengambil tas mininya.

"Yuk, Mba Ve mau ikutan nggak?," ajak Zeevana menawarkan kepada Vera, senior mereka.

"Kalian mau ke mana?," tanya Vera kepo. Dia masih berada di dalam kubikelnya.

"Ngebakso, Mba. Udah lama kita nggak makan bakso, kan," jawab Zeevana sambil berjalan menghampiri kubikel Vera.

"Tungguin, dong. Aku nge-save file ini dulu, ya," ujar Vera bergegas menyimpan ketikan yang baru saja dia selesaikan. Dia memang sudah lama ingin makan bakso. Memang asiknya makan rame-rame. Garing banget kan kalau makan sendirian.

"Oke. Kita tunggu di parkiran, ya," ujar Mike menarik tangan Zeevana agar segera keluar dari dalam kantor.

Kedua gadis itu duluan pergi menuju ke parkiran. Mereka akan menunggu Vera di sana. Rencananya mereka akan naik mobil Zeevana. Setelah Vera datang menyusul, mereka segera meluncur menuju ke tempat makan, bakso Mang Etan.

***

Sambil menikmati bakso yang aroma dan rasanya sudah menggoyang lidah, cuitan dan rumpian ala mereka pun keluar satu persatu.

"Eh, dengar gosip nggak?. Manajer keuangan kita bakalan diganti, nih," ujar Vera memberitahu teman-temannya sambil menuangkan kecap ke mangkok baksonya.

"Serius, Mba?. Siapa, Mba?," tanya Zeevana antusias. Semoga saja yang menggantikan manajer lama, sama baiknya bahkan lebih baik lagi dan masih muda. Itu harapan Zeevana.

"Belum tau juga, sih," ujar Vera menggendikkan bahunya.

"Yee, Mba Ve. Kalau belum tau orangnya itu mah bukan gosip," cibir Mike sambil menghirup kuah bakso.

"Pak Suyono kan udah udzur. Katanya mau resign. Kalau itu aku pernah dengar dari Pak Su langsung," sela Zeevana memberitahu. Atasan mereka itu memang tidak lama lagi akan pensiun.

"Beliau bilang begitu?," tanya Vera tidak percaya.

"Iya, padahal aku berharap beliau jangan resign dulu sebelum masuk batas waktu pensiunnya," ujar Zeevana sedih.

"Kenapa, Zee?," tanya Mike penasaran.

Masa temannya itu suka sama bapak-bapak paruh baya kayak Pak Su. Iih, yang bener aja. Mike bergidik sambil melihat Zeevana.

"Pak Su itu suka beli barang-barang ku dengan harga kredit, tapi dibayarnya dengan harga cash," jawab Zeevana berbinar-binar sambil tersenyum manis.

"Yeay, dasar kamu, Zee!!. Itu mah enak di kamu doang," sungut Mike sambil melempar gumpalan tisu ke muka Zeevana.

Zeevana tertawa kecil sambil mengusap wajah manisnya. Dia pun melanjutkan makan lagi.

"Oya, Mba Ve. Bagaimana kelanjutan dengan mantan suami, Mba?," tanya Zeevana kepo.

Vera dan suaminya memang sudah bercerai, namun meskipun hak asuh anaknya jatuh kepada Vera, tapi suaminya telah membawa anak perempuan Vera pergi.

"Nggak tau, Zee. Aku udah kontak sana-sini dan keluarga mantan suami ku juga. Tapi mereka kompak nggak ada yang mau ngasih tau aku," jawab Vera dengan raut wajah sedih. Dia sangat merindukan putri semata wayangnya itu.

"Benar-benar keterlaluan, ya. Tega banget memisahkan anak dari ibunya," ujar Mike merasa kesal dengan sikap mantan suami Vera.

"Pelajaran aja buat kalian. Kalau mau cari suami nanti, lihat juga keluarganya, terutama ibunya. Jangan sampai seperti aku. Mertuaku selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga kami. Anaknya juga selalu manut apa kata ibunya padahal belum tentu benar. Aku nggak tahan," ujar Vera tertunduk. Dia hanya ingin mengingatkan teman-temannya yang belum menikah.

"Yang sabar, Mba Ve. Mba masih muda kok, masih bisa mendapatkan yang lebih baik dari si mantan Mba yang kebangetan itu. Tapi dahulukan kita dulu, dong. Sekali aja kita belum nikah, masa Mba udah mau yang kedua kali," oceh Mike yang masih betah menjomblo.

Zeevana dan Vera terkekeh mendengarkan ucapan Mike. Kalau jodoh siapa yang tahu cepat atau lambatnya. Satu kali atau dua kali menikah, itu adalah kuasa dari Yang Maha Esa.

"Makanya mencari calon suami itu kriterianya jangan ketinggian. Kalau pun ada yang sesuai dengan kriteria kalian, belum tentu dianya mau dengan kalian," nasihat Vera.

"Jadi kudu diturunkan standarnya, Mba?," tanya Mike.

"Bisa jadi begitu. Kalau mau cari yang sempurna tidak akan ada, Ke," jawab Vera.

"Betul itu, Mba. Kalau aku yang penting dia bisa jadi calon imam yang baik bagiku. Aku bisa belajar banyak hal darinya. Agama tetap prioritas, Mba," sela Zeevana.

"Meskipun dia kere, Zee?," ledek Mike tertawa kecil.

"Kalau dia mau usaha alias kerja, nggak akan kere, Mike. Banyak harta juga buat apa kalau tidak bahagia," jawab Zeevana.

"Udah...udah. Kalau bahas soal jodoh nggak ada habisnya. Buruan makan, nanti jam istirahat habis," ujar Vera mengingatkan teman-temannya.

Mereka pun segera menghabiskan bakso dan minuman. Dan kembali ke kantor dengan perut yang sudah kenyang.

Part 2 Lapak Bubar

Seperti biasa suasana kantor di divisi keuangan aktivitasnya berjalan dengan lancar, tanpa ketinggalan dengan kehebohannya setiap Zeevana membuka lapak hariannya di ruangan itu. Gadis berjilbab itu menjual apa saja yang bisa dijual sesuai request dari pelanggannya.

Para karyawan merasa senang karena bisa membeli barang-barang branded dengan cara mengkredit. Maklum, keperluan mereka juga banyak, apalagi ibu-ibu yang sudah punya anak. Boro-boro bisa membeli tas branded dengan harga cash, kalau pendapatan mereka saja digunakan untuk membeli susu dan pampers anak. Iya, kalau suami memiliki penghasilan besar, gaji mereka dari bekerja kan bisa untuk memanjakan diri, ke salon, beli tas branded dan baju yang lagi nge-trend.

Pagi itu, Zeevana mengeluarkan barang-barang baru yang dia bawa. Semua karyawan berkumpul mengelilingi kubikelnya. Bahkan ada yang membawanya ke kubikel Vera atau Mike. Mereka berebutan melihat barang-barang yang belum ada tuannya itu. Kecuali barang yang sudah dipesan, sudah dia pisahkan di tempat lain.

“Zee, yang ini berapa kali bayar?. Gila!!. Bagus banget,” ujar Vemy histeris sambil menunjukkan tas gucci keluaran terbaru ke arah Zeevana.

“Untuk Mba, tiga kali bayar saja, ya. Tas itu limited edition, lho, Mba. Jadi nggak ada yang bakal sama dengan Mba di kantor ini,” rayu Zeevana agar Vemy segera mengambil tas tersebut.

Emang pas banget kalau dia jualan. Semua ibu-ibu dan gadis-gadis di divisi keuangan akan tergoda untuk membuka utangan baru dengan Zeevana, si Ratu Kredit. Meskipun harganya mahal, tapi kalau bisa dicicil akan menjadi ringan. Makanya mereka semua bisa khilaf sampai mengambil dua atau tiga barang. Kalau ditotal kreditan untuk satu orang bisa sampai jutaan lebih.

“Oke, deh. Aku ambil yang ini, ya. Nih, aku bayar segini dulu,” ujar Vemy sambil menyerahkan uang tiga lembar berwarna merah kepada Zeevana.

“Sipp, Mba. Makasih, ya,” balas Zeevana dengan wajah sumringah. Pagi-pagi jualannya sudah laris manis. Gadis itu menepuk-nepuk barangnya dengan uang baru dari Vemy, seperti gaya pedagang di pasar saja.

"Alah, lagak mu, Zee" toleh Vera melihat Zeevana. Gadis itu hanya tersenyum membalas ucapan Vera.

“Zee, baju tidur pesanan eike mana?,” tanya Anita, sekretaris Pak Suyono.

“Ada Mba, Sayang. Tenang saja,” ujar Zeevana sambil mengeluarkan baju tidur sutera pesenan Anita. "Ini, Mba. Aku pilihkan yang bahannya bagus sesuai request Mba Anita."

"Bagus banget, Zee. Bahannya lembut tenan," ucap Anita sambil memeluk baju tidur pesanannya. Sudah lama sekalu dia ingin membeli baju tidur mahal. Sekali-sekali tidak apa, kan.

"Mba Nita, nggak mau pesan lingerie?," tanya Zeevana sambil mengedipkan matanya kepada Anita.

"Iya, Nit. Lingerie sekarang bagus-bagus, lho," timpal Vera tersenyum. Vera teringat ketika belum bercerai dengan suaminya. Dia sering memakai lingerie. Sudah dipastikan dia akan selalu keramas jika memakainya.

Vemy dan beberapa karyawan yang masih gadis cekikikan membayangkan bentuk baju tidur lingerie. Pasti semriwing kalau ditiup angin. Nah, kalau di ruang AC akan tambah kedinginan.

"Apa kalian ketawa-ketiwi?" pelotot Zeevana tidak suka, "Kalau kalian mau pakai lingerie juga untuk siapa?. Aku hanya menawari Mba Nita karena dia punya suami."

"Boleh juga, Zee. Carikan yang sexy, ya. Biar mata suamiku melotot," ujar Anita tertawa. Mereka semua yang ada di divisi keuangan pun sontak tertawa geli.

"Menyenangkan mata suami itu besar pahalanya, Mba" sela Vera tersenyum.

"Aku juga mau, Mba" ujar Intan dari divisi pemasaran.

"Ah, tepat sekali. Kamu kan pengantin baru, Tan. Wah, suamimu bakalan betah di rumah" ujar Anita tertawa kecil.

"Ya, jangan, Mba. Nanti dia nggak kerja lagi kalau sampai betah di rumah," elak Intan.

"Bukan begitu juga kali. Maksudnya supaya suami kamu maunya cepat pulang terus" ujar Vera menjelaskan ucapan Anita.

"Oke, deh. Aku catat dulu ya, Tan" sela Zeevana.

“Zee, sepatu pesananku ada?,” tanya Icha dari divisi lain menanyakan pesanannya seminggu yang lalu.

“Zee, lipstik pesananku”

“Zee, toples Moordead pesananku ada nggak?”

“Botol minum Tupperdare pesanan ku udah ada belum?”

“Zee...”

“...”

“Tenang ibu-ibu. Semua pesanan kalian sudah ada,”  ujar Zeevana berteriak karena diserbu teman-teman sekantornya, belum lagi dari divisi lain yang berkunjung ke sana.

Di luar ruangan, Mike tampak sedang berlari kecil setelah keluar dari lift. Dia ternyata satu lift dengan manajer baru yang akan menggantikan Pak Suyono. Laki-laki yang berada di sampingnya ketika berada di dalam lift tadi bertanya kepadanya di mana ruang divisi keuangan. Makanya setelah memberi tahu laki-laki itu, Mike langsung keluar dari lift lebih dulu agar bisa memberitahu teman-temannya sebelum laki-laki itu masuk ke ruangan.

"Zee !!!,” teriak Mike memanggil Zeevana.

Sontak mereka yang ada di dalam ruangan menoleh ke sumber suara. Mereka semua menatap Mike yang masih berdiri di depan pintu masuk.

“Simpen dulu barang-barang kamu,  Zee. Manajer baru kita sudah datang,” teriak Mike lagi sambil ngos-ngosan berjalan menuju kubikelnya. Mike menarik napas setelah memberitahu info ter-update kepada Zeevana.

Kerumunan pelanggan Zeevana pun langsung membubarkan diri dan masuk ke dalam kubikel masing-masing. Mereka yang dari divisi lain pun ikut lari kocar-kacir keluar dari ruang divisi keuangan.

“Serius, Ke?,” tanya Zeevana tidak percaya sambil membereskan barang-barangnya yang belum sempat diambil oleh para pelanggannya.

“Dua rius. Orangnya sedang menuju ke sini,” jawab Mike dengan wajah tegang. "Tadi aku satu lift dengannya."

“Masih pagi juga. Belum jam delapan sudah datang aja bos baru kita,” celetuk Vemy tidak suka.

Tap.Tap.Tap.

“Selamat pagi semuanya,” sapa suara seorang laki-laki memasuki ruangan divisi keuangan. Laki-laki berparas tampan itu mengedarkan pandangannya ke arah para karyawan yang sudah berdiri menyambut kedatangannya.

“Pagi, Pak!!,” balas semua karyawan dan karyawati yang berdiri dari tempat duduk di kubikel masing-masing.

“Perkenalkan saya manajer baru kalian, Byakta Aryasatya, yang menggantikan Pak Suyono. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik nantinya. Silahkan kalian beraktivitas kembali,” ujar Byakta dengan gaya coolnya di depan kubikel karyawannya, tepatnya di hadapan Zeevana.

“Baik, Pak!” serempak team divisi keuangan menjawab.

Tanpa senyuman Byakta melenggang ke dalam ruangannya. Manajer Keuangan. Dia pun menutup pintunya rapat-rapat.

“Gila!!. Bos baru kita cool banget. Ngalahin AC,” celetuk Mike.

“Mulai heboh, deh,” sela Onni mencibir. Apalagi manajer baru mereka memiliki wajah tampan, tubuh tinggi atletis, idaman para wanita.

“Iih, Mas Onni nggak usah heran gitu. Emang realitanya Bos kita kayak kutub begitu,” tambah Vemy menatap Onni tidak suka.

“Tapi ganteng, kan?,” kedip Vera.

“Iih, Mba Ve!!,” teriak Zeevana nggak suka. Mereka akui memang sosok atasan baru mereka idaman kaum hawa sekali. Orang bilang mah, perfect.

‘Haduh, bisnisku bakal redup nggak, nih?. Melihat tampang bos kayak Pak Byakta kagak bersahabat begitu,’ batin Zeevana merasa cemas ketika melihat wajah manajer barunya. Dari sikapnya, laki-laki itu sepertinya tidak bersahabat sekali.

Pundi-pundi uang yang biasa dia dapatkan, apakah akan hilang?. Zeevana bukannya gadis yang kekurangan uang. Gajinya di divisi keuangan lumayan besar untuk seorang gadis. Lagi pula orang tuanya juga termasuk golongan menengah ke atas. Berjualan adalah hobinya. Dia senang bisa membantu meringankan teman-temannya yang menginginkan sesuatu tetapi terkendala oleh uang.

Sementara teman-teman satu ruangannya kecuali Onni sangat gembira tidak terkira menyambut kedatangan manajer keuangan baru yang super duper ganteng mengalahkan oppa Korea meskipun wajahnya bertampang dingin. Di Indonesia mah tidak kekurangan stok pria tampan.

Part 3 Dilarang Buka Lapak

Hari ini Byakta pergi ke kantor lebih pagi. Dia lebih suka datang duluan ke kantor agar tahu siapa saja staffnya yang rajin datang pagi. Kalau dia datang terlambat, hal itu tidak akan bisa dia ketahui nanti.

Tiba di ruang divisi keuangan, Byakta dikejutkan oleh pemandangan yang tidak biasanya. Pagi-pagi suasana kantor sudah membuatnya naik darah. Suara kerumunan itu sangat berisik di telinganya.

"Apa-apaan ini!!," teriak Byakta menegur para staffnya. Dia menjadi emosi melihat suasana di depan ruangannya penuh dengan perempuan yang sedang memegang beraneka barang layaknya di pasar tradisional.

'Tamatlah riwayatku,' ujar Zeevana sambil menepuk jidatnya setelah mendengar suara teriakan seorang laki-laki.

Semua karyawan menoleh ke sumber suara yang baru saja memasuki ruang divisi keuangan. Mereka terpaku menatap Byakta tanpa suara. Suasana hiruk-pikuk tadi mendadak berubah menjadi sunyi seperti kuburan. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar di telinga.

"Pak By," gumam Vemy dengan raut wajah ketakutan.

"Gawat!," ucap Vera pelan melihat aura kemarahan di wajah Bos mereka.

Staff dari divisi lain ikut tegang dan melihat Byakta dengan ekspresi wajah ketakutan juga.

"Tunggu apa lagi??. Bubar !!!," perintah Byakta masih melihat mereka masih di dalam ruangan. Suaranya menggelegar di ruangan itu masih dengan wajah coolnya.

Semua staff Byakta dan karyawati dari divisi lain langsung membubarkan diri. Mereka bergegas meninggalkan ruang divisi keuangan yang tampak menyeramkan itu. Mungkin mereka tidak akan berani lagi menginjakkan kakinya ke ruang divisi keuangan.

Byakta kemudian masuk ke dalam ruangan lalu menutup pintunya dengan kuat. Dia menghempaskan badannya di kursi kerjanya. Pagi-pagi jantungnya sudah bergemuruh karena emosi. Laki-laki itu memang tidak suka melihat suasana ruangan yang berantakan. Tidak sedap dipandang mata. Bayangkan saja dia melihat pemandangan tadi, ada yang sedang membuka gamis atau apalah kemudian digantung di kubikel dan mencoba baju yang lain lagi.

Zeevana dan teman-temanya menutup telinga ketika mendengarkan suara daun pintu yang dibanting dengan keras oleh Byakta.

'Ya Allah. Apa dosa hamba mendapatkan Bos seperti itu?. Ganteng sih ganteng, tapi... Haduh, nih jantung bisa bermasalah juga kalau setiap hari begini,' batin Zeevana sambil mengelus dadanya.

"Zee, siap-siap kamu akan dibantai oleh Bos baru," ujar Mike terkekeh karena melihat wajah Zeevana yang agak pucat.

"Apa yang salah, sih?. Aku kan tidak menganggu jam kerja," sahut Zeevana berusaha setenang mungkin. Padahal hatinya sudah ketar-ketir. Kenapa mereka bisa mendapatkan Bos menyebalkan seperti Byakta itu?.

"Kenapa dia selalu datang pagi, sih?. Ini kan belum waktunya masuk kerja?," omel Vemy juga ikut merasa terusik.

Mereka memang sengaja datang sebelum waktu jam kerja dimulai. Karena Zeevana memberi info di grup mereka bahwa dia akan membawa barang-barang baru dari Batam. Tahu sendiri kan bagaimana kualitas barang dari Batam.

"He-eh. Pulang dari kantor, aku mau periksa jantung dulu, nih," sahut Vera sambil meletakkan tangannya di dada.

"Betul juga itu, Mba," ujar Vemy setuju. Dia pun merasa jantung berdegup kencang.

"Bisnis kamu bakalan terancam, Zee," ujar Mike menakuti Zeevana.

"Zee, kamu dipanggil Pak Byakta," ujar Anita setelah keluar dari ruangan Byakta.

Semua mata menatap Zeevana. Nah lho, gadis berjilbab itu akan kena sembur Bos baru. Zeevana menarik nafas panjang, mengatur jantungnya yang sudah berdebar kencang. Dia berusaha untuk tetap tenang. Apakah dia akan dimarah habis-habis oleh Bos baru mereka?. Mau tidak mau dia harus menemui atasannya itu.

Tok.Tok.Tok.

Gadis berjilbab panjang itu memberanikan diri menghadap panggilan Byakta. Mendengar suara pintu ruangannya diketuk, Byakta segera mempersilahkan tamunya untuk masuk.

Zeevana membuka pintu setelah mendapat izin dari si pemilik ruangan. Gadis itu berjalan mendekati meja kerja Byakta.

"Bapak memanggil saya?," tanya Zeevana melihat Byakta yang sedang memegang Ipad-nya.

"Hmm."

"Ada apa, Pak?," tanya Zeevana lagi.

"Kamu kan yang punya acara di luar tadi?," tanya Byakta tanpa melihat Zeevana. Dia masih fokus membaca email di Ipad-nya.

'Huh, dia itu mengajak bicara orang atau Ipad-nya, sih,' omel Zeevana di dalam hatinya.

"Emm. Iya, Pak. Tapi saya kan tidak mengganggu jam kerja, Pak," jawab Zeevana pelan.

'Bapak saja yang datangnya kepagian, mending ikutan memilih barang. Lha, ini membuat suasana kacau saja, jadi pelanggannya bubar semua,' gerutu Zeevana di dalam hatinya.

"Saya tidak suka ruangan itu menjadi seperti pasar," ujar Byakta kemudian menyingkirkan Ipad-nya dan melihat Zeevana. Mata mereka pun bertemu.

"Tapi, Pak...," ujar Zeevana tidak bisa terima.

"Tidak ada tapi-tapi," tatap Byakta dingin.

Zeevana hanya diam dan menundukkan kepalanya. Dia tidak mau menanggapi lagi ucapan Byakta. Hati Zeevana benar-benar dongkol. Sedongkol-dongkolnya.

"Mengerti tidak?!," tanya Byakta serius masih menatap wajah Zeevana.

"Iya, Pak," jawab Zeevana dengan malas.

Hati Zeevana ingin menangis. Bisnisnya di kantor akan mati karena laki-laki yang ada di hadapannya itu.

"Bagus. Silahkan kamu bekerja kembali," perintah Byakta menahan senyumannya. Dia tahu Zeevana pasti tidak suka dengan keputusannya.

Zeevana segera meninggalkan ruangan Byakta tanpa senyuman sedikit pun. Ngapain juga beramah-tamah dengan Bos kutub seperti Byakta.

"Zee, kenapa muka kamu ditekuk begitu?," tanya Vera. Temannya yang lain pun mendekati kubikel Zeevana. Mereka ingin tahu apa yang sudah terjadi di dalam sana tadi.

"Aku dilarang berjualan di kantor," jawab Zeevana sedih.

"Jadi, bagaimana nasib kita, pelanggan setia kamu?," tanya Vemy gusar.

"Iya, jadi kamu nggak akan berjualan lagi?," tanya Vera juga.

"Hey, nggak usah panik begitu, dong. Kalau tidak boleh di kantor, kita kan bisa mencari tempat lain," sela Mike memberi ide.

"Ahaa...benar juga kamu, Ke. Terkadang otak kamu encer juga, ya," sahut Zeevana tersenyum seolah menemukan ide brilian.

"Sialan kamu, Zee," sungut Mike tidak suka.

"Aku akan buka lapak di parkiran saja. Di mobilku," sambung Zeevana tersenyum lagi.

"Benar. Kamu nanti infokan saja di grup. Jadi sebelum kita masuk ke ruangan, kita kumpul dulu di parkiran. Bos kulkas itu tidak akan komplain lagi, deh," ujar Vera setuju dan teman Zeevana yang lainnya pun mengangguk setuju.

"Ah, dasar ibu-ibu rempong," sela Onni mendengarkan teman-temannya yang sedang kasak-kusuk itu.

"Diem kamu!!!," teriak mereka serempak menyerbu Onni yang merupakan laki-laki sendirian di divisi keuangan.

Kalau sudah diserbu begitu, Onni pun tidak berkutik lagi jika berada di antara mereka. Dia mengatup mulutnya rapat-rapat daripada disembur lagi oleh gadis-gadis dan satu janda itu. Onni pun melanjutkan aktivitasnya lagi dan mengabaikan teman-teman perempuannya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!