Part 4 Rayuan Bram

Zeevana membuka ponselnya sebelum dia beranjak ke ranjang untuk beristirahat. Dia pun membuka WhatsApp dan memulai chatting di grup yang telah dibuatnya.

Grup Kredit Mania

Zeevana : "Hi, guys. Assalamualaikum. Besok aku buka lapak di parkiran, ya?."

Vania : "Kenapa, Say?." (tidak tahu informasi karena dari divisi lain)

Vera : "Zeevana dilarang Bos baru kita buka lapak di ruangan, makanya dia pindah ke parkiran."

Chika : "Oh My God, Bos kalian yang ganteng itu?. Masa, sih."

Mike : "Iyalah. Ganteng-ganteng kok sadis."

Vemy : "Katanya masih jomblo, lho."

Anita : "Iya, Bos kita masih jomblowan."

Zeevana : "Hati-hati ada Mba Anita, nanti sampai ke Bos."

Anita : "Yaelah, Zee. Utang aku sama kamu paling banyak, lho. Jelas aku pro sama kamu, lah."

Zeevana : "Peace, Mba. Hehehe."

Chika : "Kamu bawa barang apa saja, Say? Besok aku mau lihat. Kebetulan utang aku tinggal sedikit, kan?."

Zeevana : "Banyak, Say. Kamu lihat saja besok, ya. Oya, sudah dulu, ya. Aku mau merekap orderan dulu."

Zeevana kemudian meninggalkan Grup Kredit Mania. Anggota grup yang lain mungkin masih ngobrol setelah Zeevana keluar,

"Dasar Bos kutub, tidak suka melihat orang senang. Sebelum dia datang, kantor aman-aman saja. Kok, kesannya dia kayak biang kerok aja," gerutu Zeevana.

Setelah selesai merekap orderan yang datang via telpon atau chat, dia catat dulu di buku agar tidak lupa. Setelah agak banyak, Zeevana baru order ke agen barang tersebut.

***

Hari ini, Byakta sudah melihat ruang divisi keuangan sudah normal kembali. Tidak ada kerumunan staff yang memilih barang. Byakta tersenyum geli. Zeevana patuh juga dengan perintahnya. Tapi hari ini, dia sama sekali tidak melihat senyuman di wajah salah satu staffnya itu. Zeevana sepertinya tunduk dengan perintahnya tapi tetap tidak menerima keputusannya terlihat dari sikap Zeevana terhadapnya. Dia yang tidak bersahabat ataukah gadis itu?.

Ketika jam istirahat Byakta datang ke ruangan CEO untuk menemui Bram, sepupunya itu. Kebetulan Bram sedang membuka tepak nasi dan lauk-pauk yang sudah disiapkan oleh istrinya sebagai bekal makan siangnya di kantor.

"Ayo, Mas kita makan," ajak Bram. Kebetulan sekali memang perutnya lapar sekali. Mereka berdua pun menikmati makan siang bersama di kantor.

"Enak juga masakan istrimu, Bram," puji Byakta sambil menikmati bekal yang dibawa oleh Bram itu.

"Alhamdulillah. Aku lebih suka masakan istri daripada makan di luar," timpal Bram tersenyum bangga mengingat istrinya di rumah. Bella memang jago memasak, lidah Bram selalu dimanjakan olehnya dengan menu yang selalu bervariasi setiap harinya.

'Gadis itu sudah ku larang berjualan di kantor. Eh, dia tidak kehabisan akal, malah berjualan di parkiran, membuat ku geleng-geleng kepala saja. Bagaimana aku bisa marah dengannya lagi?. Semua laporan yang aku minta darinya, dia kerjakan dengan baik. Tapi setiap bertemu dengan ku, mukanya selalu ditekuk. Ya, tepatnya setelah aku memarahinya bahwa dia tidak boleh lagi berjualan di dalam kantor,' lamun Byakta.

"Mas By, bagaimana tawaran dari istriku itu?. Dia masih sepupu istriku, lho," tanya Bramantio memecah lamunan Byakta.

Perusahaan D'Family Group adalah perusahaan keluarga. Bram merupakan anak dari paman Byakta, adik papanya yang menduduki jabatan sebagai CEO D'Family Group sekarang. Setekah menyelesaikan S2, Byakta langsung ditodong papanya untuk segera masuk ke dalam perusahaan D'Family Group. Byakta diminta papanya untuk membenahi keuangan perusahaan dan menggantikan posisi Pak Suyono yang telah resign karena penyakit migrainnya yang sering kambuh. Padahal Bram sudah senang Byakta akan menggantikan posisinya sebagai CEO karena dia sudah ada usaha sendiri yang harus di-handelnya. Tapi papa Byakta malah meminta putranya itu untuk sementara menggantikan posisi Pak Suyono.

"Aku pikirkan dulu. Sepertinya dia bukan tipeku, Bram," jawab Byakta santai.

Secara halus dia telah menolak tawaran dari Bram. Lucu sekali laki-laki seperti dia harus dijodohkan oleh sepupunya sendiri. Tidak sulit bagi Byakta untuk mendapatkan seorang gadis untuk dia jadikan sebagai istri. Tapi dia belum memikirkan hal itu.

"Yaelah, Mas. Jadi tipe Mas By seperti cewek-cewek yang pakaiannya kurang bahan begitu," ledek Bram. Dia ingin sepupunya itu mendapatkan istri yang sholehah.

"Enak saja," tolak Byakta.

"Tidak salahnya kalau Mas mencoba dulu untuk mengenal dia lebih dekat. Lagi pula dia gadis modern, kok. Dia tidak sama seperti saudara perempuannya yang lain, yang keluaran dari pondok pesantren. Sepupu Bella yang satu itu, casing-nya boleh sama dengan saudaranya, tapi isinya berbeda," ujar Bram tersenyum. Dia terus mempromosikan sepupu istrinya itu.

"Oke. Aku lihat dulu orangnya bagaimana?," ujar Byakta menerima tawaran Bram karena dia ingin menghargai sepupunya itu.

"Ada fotonya tidak?. Aku mau lihat dulu wajahnya seperti apa," tanya Byakta tersenyum.

"Ada, Mas. Tunggu sebentar, ya," jawab Bram bersemangat.

Bram kemudian membuka galeri foto di ponselnya dan menunjukkan foto seorang gadis tersenyum sedang merangkul pundak Bella, istri Bram.

Byakta kemudian melihat foto gadis yang ada di dalam ponsel Bram. Sudut bibirnya melengkung ke atas.

"Bagaimana?. Dekat di mata, kan?. Tapi kayaknya masih jauh di hati, nih," ujar Bram menyunggingkan senyuman.

"Sialan kamu, Bram!!. Kenapa kalian getol sekali mau menjodohkan aku dengan dia?. Aku seperti laki-laki tidak laku saja," tanya Byakta sewot masih menatap gadis di dalam ponsel Bram.

'Kalau tersenyum begitu, dia manis juga,' batin Byakta.

"Mas mau jadi bujang lapuk apa?. Anakku saja sudah dua," sindir Bram.

"Oke. Tapi aku tidak janji. Kalau aku sreg setelah kenal dia lebih dekat, nanti aku kasih info. Kalau tidak ada info dariku artinya aku tidak suka dengannya," ujar Byakta serius. Dia tidak mau dikejar-kejar oleh Bram untuk mengetahui jawabannya.

"Jangan terlalu lama, Mas. Nanti ditikung orang, lho. Karena posisinya, dia kan belum tahu kalau mau kami jodohkan dengan Mas," ujar Bram mengingatkan Byakta.

"Iya. Jadi cowok kamu bawel juga, yah," omel Byakta.

Byakta kemudian berdiri tempat duduknya dan keluar dari ruangan Bram. Perutnya sudah kenyang setelah ikut menghabiskan bekal Bram yang selalu disiapkan oleh istrinya setiap hari.

"Kalau Mas mau disiapkan bekal juga, buruan jadikan dia istri," ledek Bram memotivasi Byakta agar mau menerima sepupu istrinya itu.

'Alah, Bram. Bum tentu juga dia bisa memasak kalau setiap hari pekerjaannya di depan komputer' batin Byakta.

Byakta hanya tersenyum kecil lalu menutup pintu ruangan Bram. Dia pun segera melangkahkan kakinya, masuk kembali ke ruangannya.

'Apa gadis seperti dia mau mempunyai suami seperti aku?. Justru aku yang berpikir, jangan-jangan akulah yang ditolak olehnya,' batin Byakta.

Terpopuler

Comments

Licha Mas

Licha Mas

jadi pingin ikut ngredit kalau selaris itu mbak Zee...

2023-08-15

0

Betty

Betty

lanjut

2022-12-07

0

ïm.ålgå†år~ ✨

ïm.ålgå†år~ ✨

hahahahh dia sadar dirii

2021-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!