Hari ini Byakta pergi ke kantor lebih pagi. Dia lebih suka datang duluan ke kantor agar tahu siapa saja staffnya yang rajin datang pagi. Kalau dia datang terlambat, hal itu tidak akan bisa dia ketahui nanti.
Tiba di ruang divisi keuangan, Byakta dikejutkan oleh pemandangan yang tidak biasanya. Pagi-pagi suasana kantor sudah membuatnya naik darah. Suara kerumunan itu sangat berisik di telinganya.
"Apa-apaan ini!!," teriak Byakta menegur para staffnya. Dia menjadi emosi melihat suasana di depan ruangannya penuh dengan perempuan yang sedang memegang beraneka barang layaknya di pasar tradisional.
'Tamatlah riwayatku,' ujar Zeevana sambil menepuk jidatnya setelah mendengar suara teriakan seorang laki-laki.
Semua karyawan menoleh ke sumber suara yang baru saja memasuki ruang divisi keuangan. Mereka terpaku menatap Byakta tanpa suara. Suasana hiruk-pikuk tadi mendadak berubah menjadi sunyi seperti kuburan. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar di telinga.
"Pak By," gumam Vemy dengan raut wajah ketakutan.
"Gawat!," ucap Vera pelan melihat aura kemarahan di wajah Bos mereka.
Staff dari divisi lain ikut tegang dan melihat Byakta dengan ekspresi wajah ketakutan juga.
"Tunggu apa lagi??. Bubar !!!," perintah Byakta masih melihat mereka masih di dalam ruangan. Suaranya menggelegar di ruangan itu masih dengan wajah coolnya.
Semua staff Byakta dan karyawati dari divisi lain langsung membubarkan diri. Mereka bergegas meninggalkan ruang divisi keuangan yang tampak menyeramkan itu. Mungkin mereka tidak akan berani lagi menginjakkan kakinya ke ruang divisi keuangan.
Byakta kemudian masuk ke dalam ruangan lalu menutup pintunya dengan kuat. Dia menghempaskan badannya di kursi kerjanya. Pagi-pagi jantungnya sudah bergemuruh karena emosi. Laki-laki itu memang tidak suka melihat suasana ruangan yang berantakan. Tidak sedap dipandang mata. Bayangkan saja dia melihat pemandangan tadi, ada yang sedang membuka gamis atau apalah kemudian digantung di kubikel dan mencoba baju yang lain lagi.
Zeevana dan teman-temanya menutup telinga ketika mendengarkan suara daun pintu yang dibanting dengan keras oleh Byakta.
'Ya Allah. Apa dosa hamba mendapatkan Bos seperti itu?. Ganteng sih ganteng, tapi... Haduh, nih jantung bisa bermasalah juga kalau setiap hari begini,' batin Zeevana sambil mengelus dadanya.
"Zee, siap-siap kamu akan dibantai oleh Bos baru," ujar Mike terkekeh karena melihat wajah Zeevana yang agak pucat.
"Apa yang salah, sih?. Aku kan tidak menganggu jam kerja," sahut Zeevana berusaha setenang mungkin. Padahal hatinya sudah ketar-ketir. Kenapa mereka bisa mendapatkan Bos menyebalkan seperti Byakta itu?.
"Kenapa dia selalu datang pagi, sih?. Ini kan belum waktunya masuk kerja?," omel Vemy juga ikut merasa terusik.
Mereka memang sengaja datang sebelum waktu jam kerja dimulai. Karena Zeevana memberi info di grup mereka bahwa dia akan membawa barang-barang baru dari Batam. Tahu sendiri kan bagaimana kualitas barang dari Batam.
"He-eh. Pulang dari kantor, aku mau periksa jantung dulu, nih," sahut Vera sambil meletakkan tangannya di dada.
"Betul juga itu, Mba," ujar Vemy setuju. Dia pun merasa jantung berdegup kencang.
"Bisnis kamu bakalan terancam, Zee," ujar Mike menakuti Zeevana.
"Zee, kamu dipanggil Pak Byakta," ujar Anita setelah keluar dari ruangan Byakta.
Semua mata menatap Zeevana. Nah lho, gadis berjilbab itu akan kena sembur Bos baru. Zeevana menarik nafas panjang, mengatur jantungnya yang sudah berdebar kencang. Dia berusaha untuk tetap tenang. Apakah dia akan dimarah habis-habis oleh Bos baru mereka?. Mau tidak mau dia harus menemui atasannya itu.
Tok.Tok.Tok.
Gadis berjilbab panjang itu memberanikan diri menghadap panggilan Byakta. Mendengar suara pintu ruangannya diketuk, Byakta segera mempersilahkan tamunya untuk masuk.
Zeevana membuka pintu setelah mendapat izin dari si pemilik ruangan. Gadis itu berjalan mendekati meja kerja Byakta.
"Bapak memanggil saya?," tanya Zeevana melihat Byakta yang sedang memegang Ipad-nya.
"Hmm."
"Ada apa, Pak?," tanya Zeevana lagi.
"Kamu kan yang punya acara di luar tadi?," tanya Byakta tanpa melihat Zeevana. Dia masih fokus membaca email di Ipad-nya.
'Huh, dia itu mengajak bicara orang atau Ipad-nya, sih,' omel Zeevana di dalam hatinya.
"Emm. Iya, Pak. Tapi saya kan tidak mengganggu jam kerja, Pak," jawab Zeevana pelan.
'Bapak saja yang datangnya kepagian, mending ikutan memilih barang. Lha, ini membuat suasana kacau saja, jadi pelanggannya bubar semua,' gerutu Zeevana di dalam hatinya.
"Saya tidak suka ruangan itu menjadi seperti pasar," ujar Byakta kemudian menyingkirkan Ipad-nya dan melihat Zeevana. Mata mereka pun bertemu.
"Tapi, Pak...," ujar Zeevana tidak bisa terima.
"Tidak ada tapi-tapi," tatap Byakta dingin.
Zeevana hanya diam dan menundukkan kepalanya. Dia tidak mau menanggapi lagi ucapan Byakta. Hati Zeevana benar-benar dongkol. Sedongkol-dongkolnya.
"Mengerti tidak?!," tanya Byakta serius masih menatap wajah Zeevana.
"Iya, Pak," jawab Zeevana dengan malas.
Hati Zeevana ingin menangis. Bisnisnya di kantor akan mati karena laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Bagus. Silahkan kamu bekerja kembali," perintah Byakta menahan senyumannya. Dia tahu Zeevana pasti tidak suka dengan keputusannya.
Zeevana segera meninggalkan ruangan Byakta tanpa senyuman sedikit pun. Ngapain juga beramah-tamah dengan Bos kutub seperti Byakta.
"Zee, kenapa muka kamu ditekuk begitu?," tanya Vera. Temannya yang lain pun mendekati kubikel Zeevana. Mereka ingin tahu apa yang sudah terjadi di dalam sana tadi.
"Aku dilarang berjualan di kantor," jawab Zeevana sedih.
"Jadi, bagaimana nasib kita, pelanggan setia kamu?," tanya Vemy gusar.
"Iya, jadi kamu nggak akan berjualan lagi?," tanya Vera juga.
"Hey, nggak usah panik begitu, dong. Kalau tidak boleh di kantor, kita kan bisa mencari tempat lain," sela Mike memberi ide.
"Ahaa...benar juga kamu, Ke. Terkadang otak kamu encer juga, ya," sahut Zeevana tersenyum seolah menemukan ide brilian.
"Sialan kamu, Zee," sungut Mike tidak suka.
"Aku akan buka lapak di parkiran saja. Di mobilku," sambung Zeevana tersenyum lagi.
"Benar. Kamu nanti infokan saja di grup. Jadi sebelum kita masuk ke ruangan, kita kumpul dulu di parkiran. Bos kulkas itu tidak akan komplain lagi, deh," ujar Vera setuju dan teman Zeevana yang lainnya pun mengangguk setuju.
"Ah, dasar ibu-ibu rempong," sela Onni mendengarkan teman-temannya yang sedang kasak-kusuk itu.
"Diem kamu!!!," teriak mereka serempak menyerbu Onni yang merupakan laki-laki sendirian di divisi keuangan.
Kalau sudah diserbu begitu, Onni pun tidak berkutik lagi jika berada di antara mereka. Dia mengatup mulutnya rapat-rapat daripada disembur lagi oleh gadis-gadis dan satu janda itu. Onni pun melanjutkan aktivitasnya lagi dan mengabaikan teman-teman perempuannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Moelyanach
itu kyk saya jualan dipbrk, bedanya zeva jualan tas brended nah aku, jualan gorengan dan kopi. 😂😂
2022-12-29
0
Mak Aul
itu cowok nyempil sendirian di divisi keuangan kan jadi mati kutu... hahahaa
2021-04-21
0
ïm.ålgå†år~ ✨
ahahahahah jualan kok dikantor jovel nya menarij hahahahahaha😂🤣🤣
2021-04-09
0