Married With Mr Mafia
...***...
Plak!!!
Suara tamparan terdengar nyaring di telinga Gisha, gadis yang sudah berusia 24 tahun itu menerima tamparan dari sang ayah tiri. Seseorang yang harusnya menggantikan tanggung jawab ayah kandungnya, untuk menyayanginya, melindungi dan membahagiakannya. Nyatanya tidak, pria yang mengaku sebagai ayah tiri Gisha baru saja menamparnya dengan sangat keras.
Tak hanya bekas tamparan yang terlukis di wajah putih Gisha, sedikit darah juga keluar karna terkena cincin yang ayah tirinya pakai.
"Kau berani menolak? Setelah segalanya kau berani menolak?! Berani-beraninya kau pulang kesini! Ini bukan lagi rumah mu! Kau sudah menikah Gisha! Maka kembalilah ke rumah suamimu!"
Suara pria itu menggelegar, tak hanya menyakiti telinga Gisha, ia juga menyakiti perasaan gadis itu.
"Nak, kembalilah kesana, disanalah rumah mu. Bukan disini lagi, Nak, pulanglah, kau sudah menikah."
Lantas? Jika perempuan yang mengaku seorang ibu kandung ini berbicara selembut itu pada Gisha, mencoba memberi pengertian? Apa menurutnya sakit hati yang Gisha rasakan akan hilang dan pudar begitu saja?
Padahal Gisha-lah yang menderita disini, padahal Gisha-lah korbannya, padahal Gisha-lah yang terpaksa menikah demi menebus hutang-hutang ayah tirinya. Tapi sang ibu kandung malah berkata begitu?
Gisha terpaksa menikah dengan William Joy Moran, putra orang kaya yang fisiknya lemah, terkadang mentalnya juga terganggu. Ini semua demi menebus hutang-hutang suami ibunya yang tidak memiliki hubungan darah apapun dengan Gisha.
"Rumah? Rumah Kak Gisha itu disini! Mama jangan aneh-aneh deh! Kan yang punya hutang suami mama! Kenapa Kak Gisha yang harus bayar! Makanya jangan ngejudi!"
Rendi menegakkan badannya, berdiri di depan Gisha yang sudah diam dengan segala luka yang coba dia pendam. Rendi memasang badan, sebagai pelindung Kakaknya yang kini rapuh, Rendi yang masih berusia 16 tahun siap menerima segala tamparan untuk kakaknya. Sebagai adik laki-laki, dia merasa bertanggung jawab atas sang kakak setelah kematian sang ayah.
"Rendi, masuk ke kamar! Sekarang!" Suara keras sang ibu keluarkan, membentak sang anak yang sedang berjuang untuk sang kakak.
"Apa menurut mama memang ini tanggung jawab Gisha?" Suaranya parau, dia lemah, Gisha bahkan tidak berani menatap mata sang ibu. Bukan karna takut, Gisha hanya tidak ingin kecewa, kalau tau kejujuran dari mata sang ibu, kalau ternyata sang ibu lebih menyayangi ayah tirinya dibanding dirinya sang putri kandung, memiliki ikatan darah yang kuat, harusnya begitu.
"Tapi cuma kamu yang bisa melunasi hutang-hutang keluarga kita, Nak." Suara lembut, seperti sang ibu yang memberi pengertian pada anak yang meminta mainan.
"Tapi itu bukan hutang keluarga kita Ma, itu hutangnya suami mama! Kenapa malah Gisha yang harus melunasinya? Kenapa malah Gisha yang harus tanggung jawab."
"Karna dia itu papa mu Nak!"
"Dia bukan papa Gisha! Papa Gisha udah gak ada, Ma! Dia bukan Papa Gisha!"
"Gisha!!! Apa sih susahnya kamu tinggal nurut aja! Toh kamu kan juga dinikahin sama orang kaya! Kamu kan juga bisa makan enak, tidur gampang, punya rumah mewah, menantu orang kaya dan keluarga terkenal! Apa sih susahnya tinggal nikah aja! Walau suami mu cacat juga kan hartanya gak cacat! Kamu kan masih bisa menikmati hartanya!"
Gisha menatap sang ibu tidak percaya, rasanya wanita paruh baya yang ada di depannya benar-benar asing. Dia bukan ibu yang Gisha kenal, dia bukan perempuan lemah lembut yang selalu ada di saat Gisha lemah, dia bukan perempuan yang menguatkan disaat Gisha rapuh, dia bukan perempuan yang sama yang membawa obat disaat Gisha terluka. Ibunya benar-benar berubah sejak menikah dengan pria itu.
Luka yang dia rasakan tidak bisa di deskripsikan, sesak di dada yang tak mampu Gisha tahan. Terluka saja tidak cukup menjelaskan kondisi mental Gisha saat ini.
Dia tidak tau bahwa sang ibu ternyata juga memiliki pikiran yang sama dengan pria bajingan yang telah menjualnya dengan kedok pernikahan. Gisha tidak tau bahwa harga dirinya di depan sang ibu, hanya sebagai gadis pelunas hutang. Gisha tidak pernah tau, bahwa ibunya sendiri bisa memandangnya serendah itu.
Lantas bagaimana Gisha harus percaya diri lagi? Sang ibu saja sudah menjelaskan seberapa berharga Gisha untuknya. Hanya sekadar gadis pelunas hutang.
Kekecewaan yang tidak bisa dijelaskan, sakit yang sulit untuk orang lain mengerti.
Luar biasa! Sepertinya bukan hanya suaminya yang cacat mental, sepertinya Gisha juga akan menyusulnya, depresi karna tidak tahan dengan segala hal ini.
"Jadi, dimata mama, Gisha hanya sekedar alat pelunas hutang gitu Ma? Luar biasa!"
Sakit, sesak, seolah jutaan jarum datang langsung menusuk hatinya, semakin lama semakin perih. Benar kata pepatah, kekecewaan hanya datang dari orang yang kita cintai. Kali ini, Gisha benar-benar mengerti akan hal itu.
"Tapi, Ma, Ka--"
"Permisi, sepertinya Nyonya muda Moran yang baru saja menikah dengan Tuan William kembali kesini?" Suara tegas dari pria berseragam hitam yang rapi memotong ucapan Rendi. Dia baru saja masuk dari pintu yang sudah terbuka sejak Gisha masuk.
"Ah? Tuan Fredrin! Maafkan putri saya, dia terlalu manja, dan merindukan kami. Karna rasa rindu itu dia malah membuat kesalahan! Tolong maafkan dia, dan tolong bawa dia kembali! Sampaikan permintaan maaf kami pada tuan muda William dan keluarga Moran! Mau bagaimana lagi, dia begitu menyayangi kami hingga membuatnya lupa kalau dia sudah menikah, dan malah kembali kesini!"
Basa-basi, dan banyak bicara, alasan tidak masuk akal, segalanya Bernad keluarkan. Ayah tiri yang namanya sangat Gisha benci. Ayah tiri yang merusak segala kehidupannya.
"Luka?" Fredrin, tanpa ekspresi menatap Gisha yang berdiri menunduk dengan luka dan darah di wajahnya.
Fredrin adalah tangan kanan William, pria tanpa ekspresi ini sudah menjadi ajudan William sejak lama.
"Ah, dia terjatuh saat berjalan kembali."
"Tapi ada bekas tamparan di wajahnya, anda kira saya buta? Saya bisa melihatnya, bahkan ada darah disekitar wajahnya."
"I-itu ...."
"Bagaimanapun juga, seperti kata anda, sekarang Nyonya muda adalah istri Tuan William, bagian dari keluarga Moran yang terhormat, anda tidak berhak untuk menyakiti beliau."
"Ta-tapi ini semua kar--"
"Akan saya lupakan untuk kali ini, tapi tidak ada selanjutnya lagi, tolong camkan hal itu dengan baik. Tanamkan dalam-dalam di benak anda, bahwa saat ini Nyonya Gisha adalah Istri dari Tuan William Joy Moran. Dan Nyonya muda, ayo segera kembali, Tuan William sudah menunggu anda."
"Ya, tidak ada gunanya lagi tetap disini. Gadis pelunas hutang, harus tetap berada di sisi Tuannya kan?"
Harga diri? Harga diri mana yang mau Gisha pertahankan? Sepertinya tidak ada sisa harga diri yang harus Gisha jaga, semuanya sudah hancur luluh lantah entah bagaimana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Dewi Nurlela
hadir
2023-01-28
0
Rita
menarik💜
2022-12-16
1
Elizabeth Zulfa
semoga seru kek zg lainnya 😊😊
2022-12-15
0