Gaun merah

...***...

"Nah, sudah selesai. Kita bisa berangkat sekarang." Ujar William setelah dia selesai menaikkan resleting baju yang berada di punggung istrinya.

Dua-duanya sama-sama menatap ke arah cermin di depan mereka, saling memandang lewat pantulannya. Meski hanya pantulan, rasa gugup itu tetap kental di dalam diri Gisha.

William menatap Gisha dengan puas, soalnya dia sendiri yang memakaikan istrinya pakaian. Sebuah gaun hitam yang elegan, dan tertutup, bahkan sampai leher-lehernya tertutup semua.

"Berikan tangan mu." William memutar tubuh Gisha sampai berhadapan sempurna dengan dirinya. Pria bersetelan rapi dengan jas hitamnya mengulurkan tangannya di depan Gisha.

"Kenapa?" Meski bertanya Gisha tetap mengulurkan tangannya, soalnya keberaniannya belum cukup untuk membantah perintah Will.

"Pakai sarung tangan oke? Aku benci jika ada orang lain yang melihat mu, bahkan jika hanya jari dan kuku mu. Aku bahkan ingin kau pakai topeng sepenuhnya, tapi kau pasti akan menolak kan? Jadi cukup sampai sini saja." William memakaikan sarung tangan hitam polos di tangan Gisha, dia bahkan sudah mempersiapkan ini sejak sore. Seluruh pakaian dan segala hal yang Gisha kenakan, itu semua adalah pilihan Will. Tidak satupun sesuai keinginan Gisha, tidak satupun.

"Cantik." Jangan percaya, Gisha hanya basa-basi saja, sejujurnya dia enggan memakai sarung tangan itu, gerah soalnya, risih juga, tangannya tidak bisa bebas. Bukan hanya raganya, tapi sepertinya Gisha juga sudah kehilangan haknya untuk memilih sesuatu yang dia suka setelah menikah dengan William.

William tersentak halus, sangat tidak terbaca ekspresinya, sepersekian detik kemudian, dia mengeluarkan senyuman yang manis dan tampan. Meski begitu, tidak membuat Gisha sampai terpesona.

"Sekarang ayo turun, secara perlahan. Jika sulit, mau di gendong?"

"Kaki saya pasti ingin lebih berguna dan mengabdi untuk saya, jadi kesimpulannya saya akan jalan pakai kaki saja."

"Aku tidak akan memaksa."

Gisha turun secara perlahan dengan William yang masih merangkulnya erat. Tangan William tepat berada di pinggang Gisha, menopang tubuh itu, jaga-jaga kalau Gisha kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Ah itu modus, faktanya William hanya tidak ingin lepas dari Gisha, hanya itu saja.

"Selamat malam, Tuan, Nyonya, mobil sudah siap."

Tepat setelah Gisha dan William keluar dari rumah, sudah ada satu pria berkemeja putih yang menunduk menyambut hangat keduanya. Gisha menaikkan sebelah alisnya, dia seperti mengenal pria ini.

'Ah, tamu tadi siang?' celetuknya dalam hati, ya cukup dalam hati saja kalau tidak ingin masalah ini menjadi lebih luas.

Pria berkemeja putih itu adalah orang yang sama, yang mengaku sebagai tamu tadi siang, dan sempat beradu argumen dengan Gisha.

"Siapa?" Gisha sedikit mendongak menatap suaminya yang tinggi ini.

"Supir kita, pria yang tadi siang sedikit tidak sopan padamu."

"Bukan Fredrin lagi?"

"Oh? Kau ingin Fredrin yang menyetir, Istriku?" Tatapan William sudah beda, atmosfer yang ada di sebelahnya juga sudah beda. Bahkan bawahan yang disebut supir itu saja tau, makanya dia sudah memasang ekspresi ketakutan.

"Tidak juga, aku hanya berpikir supirnya Fredrin, hanya dia yang aku kenal sebagai bawahan Anda."

"Tapi mulai saat ini supirnya adalah dia, walau dia tadi sedikit tidak sopan, maafkan dia, dan akan aku pastikan kalau dia akan selalu hormat, dia tidak akan membantah perintah mu apapun yang kau katakan."

"Okee, aku mengerti." Gisha mengangguk paham.

"Dan ya satu lagi, Gisha jangan pernah bertemu Fredrin tanpa izinku, kau mengerti?"

"Dimengerti, aku gak akan ketemu Fredrin tanpa izin anda."

"Bagus, Gisha-ku memang cerdas dan pengertian. Sekarang ayo jalan." William mengeratkan pelukannya, meninggalkan jejak sayang di pucuk kepala sang istri, dia merasa bangga pada istrinya yang penurut ini.

......................

William turun dengan menggandeng tangan Gisha, meski Gisha sudah mengatakan dia bisa sendiri, tapi William tidak mau mengerti.

"Untuk sekarang, apapun yang mereka katakan, tersenyum saja, kita akan membalasnya lain kali, mengerti?" Suara rendah, dengan tatapan penuh rencana William pancarkan dengan jelas.

Sungguh, terkadang Gisha ragu kalau William benar-benar memiliki tubuh yang lemah.

"Bahkan jika mereka menghina kita?"

"Sekalipun mereka berkata kasar tentang ku, cukup diam saja, oke?"

"Oke paham." Gisha mengangguk mengerti, sedikit mengundang senyuman tipis dari Will, tanpa Gisha sendiri sadari.

"Ayo jalan."

William masih terus menggandeng tangan Gisha, erat, tidak ingin dia lepaskan barang sedetikpun.

Gisha berjalan secara perlahan disebelah William, melihat kanan dan kiri, sedikit agak jauh perjalanan ke rumah utama dari parkiran dimana mereka berhenti.

Lampu indah menerangi jalan di tengah gelap malam seperti ini, dekorasi yang nyaman dipandang oleh mata, tempat dan penyusunan bunga-bunga tertata rapi, pohon dan rumput terbentuk dengan indah, masih ada air mancur di taman yang mereka lewati, indah dan bercahaya, Gisha menyukainya. Dia memang suka gelap yang diterangi cahaya, walau hanya setitik.

Will sedikit melirik istrinya, sedikit ide muncul dalam benaknya. Ide yang mungkin bisa membuat Gisha sedikit terkejut.

"Wah lihat, ada siapa ini? Ini kan William Joy Moran, dengan--?" Suara pria itu melengking, diakhiri dengan kalimat tanya, terlihat jelas dari alisnya yang terangkat.

Pria aneh berjas merah yang sama sekali tidak Gisha kenal. Pria itu tidak sendiri, masih ada lagi satu orang perempuan yang cantik membahana bergaun merah juga, yang ada di sebelahnya. Keduanya mungkin asing untuk Gisha, tapi tidak untuk William.

"Istriku." Jawab William singkat, padat dan jelas, tanpa embel-embel nama di belakangnya. Caranya bicara, memandang, dan suaranya jauh berbeda saat bersama dengan Gisha. Kali ini jauh lebih dingin.

"Oh, adik ipar ku ya. Maaf ya aku tidak mengenalimu, pada saat kalian menikah aku tidak hadir, aku ada urusan bisnis di Kanada, tolong jangan marah dan mengerti itu ya adik ipar ku yang manis." Katanya lagi, seraya tersenyum manis dan ramah. Harus Gisha akui, sebagai pandangan salah satu manusia yang di bumi, bahwa pria yang baru saja mengoceh tidak jelas ini termasuk dalam kategori pria tampan.

"Jadi, Anda siapa?" Tanya Gisha dengan polosnya.

Kesal, adalah ekspresi pria itu saat ini, dan itu terlihat sangat jelas. Jangan tanya, bahkan anak-anak juga tau bahwa pria ini sedang kesal, dia sangat buruk dalam menyembunyikan ekspresinya.

"Aku ini Hatson, kakak sepupu dari suami mu, yang artinya juga kakak ipar mu." Akhirnya dia memperkenalkan dirinya juga.

"Oh, halo Tuan Hatson, senang bertemu dengan anda." Gisha sedikit menunduk memberikan salam hormatnya.

"Ya, senang bertemu dengan mu, dan William! Adik sepupu ku yang paling aku sayangi! Bagaimana kabar mu?" Hatson memeluk William erat, dengan senyuman sumringah kebahagian ... yang mungkin palsu?

"Senang juga bertemu dengan mu Kak." Tanpa memudarkan senyumannya, William menerima pelukan hangat kakaknya itu.

"Ayolah, ada beberapa hal yang ingin aku katakan padamu mengenai bisnis kita." Hatson merangkul William, mengajaknya berjalan menjauh dari Gisha, dan wanita bergaun merah tadi. Tidak terlalu jauh, Gisha masih bisa melihat sosok William, hanya saja dia tidak lagi bisa mendengarkan apa yang mereka bincangkan.

"Jangan terlalu dipikirkan, mereka pria, sudah biasa dengan bisnis bukan? Kita para wanita cukup diam, mengamati, dan menikmati hasilnya." Kata gadis bergaun merah tadi, akhirnya dia membuka mulutnya juga. Dia sangat cantik, Gisha akui itu.

"Anda siapa?"

"Oh, maaf aku juga lupa memperkenalkann diri. Aku Kitty, istrinya Hatson. Ehm, mungkin kau tidak suka mendengar ini, tapi agar tidak terjadi kesalahpahaman, aku ini juga mantan tunangannya William."

Gisha diam sebentar, dia tau ada banyak drama di balik hubungan yang rumit ini.

Terpopuler

Comments

May Yadi

May Yadi

moga gisha bs tegar pinter jd biar bs sm2 melawan

2022-12-16

0

Rita

Rita

hadeuh will sdh bucin,posesif,overprotectif itu gishay bkn penurut tp tertekan,hmmm smkn menarik semangat ya kak

2022-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!