Cintaku Terhalang Janji Suci
Disore hari yang cerah, matahari mulai condong kebarat dengan sinarnya yang mulai redup. Seorang gadis duduk dengan gelisah dibawah gazebo disebuah pantai yang terletak sekitar tiga puluh meter dari pusat kota. Berkali-kali dia melirik jam tangannya dan menarik nafas panjang.
Dia adalah Fira Anastasya yang biasa dipanggil Fira yang sedang menunggu Dewanta Saputra yang dipanggil Dewanta kekasihnya yang sudah enam tahun terakhir menjadi tambatan hatinya.
Sudah seminggu Dewanta pamit pulang memenuhi keinginan kedua orang tuanya. Dewanta memang berasal dari desa yang merantau sejak kuliah hingga mendapat pekerjaan dikota ini.
Siang tadi Fira mendapat pesan dari Dewanta yang mengajak bertemu di pantai tempat dimana mereka bertemu enam tahun yang silam.
"Fira kamu sudah lama menunggu, maaf yah membuatmu lama menunggu, tadi jalanan macet," ucap Dewanta yang menyapanya dari belakang, membuat Fira terkejut. Namun yang membuatnya heran wajah Dewanta yang terlihat murung seperti memikul beban berat.
" Ada apa mas tumben ngajak ketemuan disini, biasanya kita kesini kan pas liburan, itu juga aku yang maksa," ucap Fira sekedar ingin mencairkan suasana. Namun wajah Dewanta tetap kaku tanpa senyum.
Ehemm...
Ehemm....
Dewanta mendehem sekedar untuk menetralisir debaran didalam dada yang membuatnya kian sesak.
"Fira sebenarnya aku meminta bertemu disini untuk membicarakan sesuatu yang penting," ucap Dewanta dengan suara parau.
"Apa sih mas yang ingin kamu ucapkan kayanya penting banget. Ayah dan ibu sehat," jawab Fira dengan hati mulai gelisah.
"Iya, ayah dan ibu sehat, kemarin ayah dan ibu memintaku pulang karena ada hal penting yang ingin disampaikan, ayah dan ibu telah menjodohkan aku dengan putri sahabatnya," jawab Dewanta gugup.
"Tapi kamu sudah menolaknya kan, kamu tidak menerima perjodohan itu bukan kan ," ucap Fira dengan muka memerah dan bibirnya menyedot es kelapa yang tadi dipesannya.
"Maafkan aku Fira, aku tidak bisa menentang keinginan kedua orang yang sudah melahirkan dan membesarkanku," ucap Dewanta sembari tertunduk.
Seketika Fira langsung menghentikan aktivitas menikmati es kelapanya, dia terperangah mendengar jawaban Dewanta.
"Maksudnya, bagaimana dengan hubungan kita,"ucap Fira dengan terbata-bata bibirnya bergetar, bulir-bulir kristal mulai mengalir melewati pipinya yang licin bagai boneka manekin.
"Sekali lagi maafkan aku Fira, karena aku tidak bisa meneruskan hubungan kita," suara dewanta semakin pelan, hatinya begitu pedih, sebenarnya dia tidak tega mengucapkan kata-kata yang begitu menyakitkan, andai boleh memilih mungkin dia lebih baik dipukul bertubi-tubi hingga bersimbah darah. Daripada harus mengucapkan kata perpisahan dengan wanita yang begitu dia cintainya.
"Kamu tega sekali mas, apa artinya kata cinta yang selalu kau katakan, apa artinya enam tahun kebersamaan kita, begitu mudah kamu ucapkan kalimat perpisahan, kamu benar-benar tidak punya hati mas. Kemana kalimat cinta yang selalu kamu kumandangkan mas, kamu benar-benar keterlaluan," ucap Fira terus terisak diselingi teriakan yang ditujukan kepada Dewanta.
Untunglah suasana pantai sore itu tampak lengang sehingga apa yang terjadi diantara mereka tidak menjadi pusat perhatian.
Kamu Fikir aku dengan mudah memutuskan itu Fira, kamu yang tidak mengerti perasaanku. Aku berada diantara dua pilihan yang sangat sulit. Memilih bersamamu, mungkin aku akan bahagia tapi bagaimana dengan perasaan kedua orang tuaku. Tidak mematuhi keinginan mereka sama saja aku menyakiti hati mereka. Sementara jika mengikuti keinginan mereka maka aku harus menikah dengan perempuan yang bahkan akupun tidak mengenalnya. Membayangkan saja rasanya sesak dada ini. Dewanta terus saja berbicara sembari terisak.
Dewanta menggenggam tangan Fira, ikhlaskan semuanya, mungkin takdirnya harus seperti ini. Jodoh kita adalah yang terbaik bagi kita, mungkin aku bukan yang terbaik untukmu dan kamu bukan yang terbaik untukku. Allah lebih tahu, mungkin suatu hari kamu akan menemukan jodoh yang lebih baik daripada aku," ucap Dewanta.
Fira terus terisak. Hatinya begitu hancur, harapan hidup bahagia bersama orang terkasih kini hanya tinggal harapan. Dewanta benar mengikhlaskan jauh lebih baik daripada meratapi hanya akan membuat jiwa semakin rapuh. Mengikhlaskan adalah puncak tertinggi dari mencintai, ikhlas jika orang yang kita cintai tidak dapat kita miliki.
Fira mengangkat wajah, dia melepaskan genggaman tangan Dewanta, perlahan dia menghapus air matanya , senyum kembali tersungging dari bibirnya.
Jika memang berpisah adalah keputusanmu, aku akan belajar ikhlas, aku tidak mau kebersamaan kita justru akan membuat kamu durhaka pada kedua orang tuamu. Sudah selayaknya kamu berbakti pada mereka mas, aku doakan semoga kamu bahagia dengan wanita pilihan orang tuamu. Doaku selalu yang terbaik untukmu, doakan aku juga agar bisa ikhlas menerima takdir ini, semoga hari esok lebih indah daripada saat ini, ucap Fira dengan senyum yang dipaksakan.
Terima kasih atas pengertianmu, terima kasih karena kamu telah menerima takdir ini dengan lapang dada, semoga semua doamu didengar dan dikabulkan oleh sang sekenario hidup," ucap Dewanta, untuk terakhir kalinya dia menggenggam tangan Fira dan mengecupnya, kemudian mereka berpelukan. Sebuah pelukan terakhir yang menyisakan rasa yang begitu sakit walau tak berdarah. Tangisan pilu mengiringi perpisahan dua insan yang saling mencintai.
Disebuah pantai dimana pertama kali mereka bertemu hingga berbuah bahagia selama kurun waktu enam tahun terakhir ini. Kini dipantai yang sama mereka harus berpisah untuk selanjutnya menjalani hidup mereka masing-masing membawa luka yang begitu pedih dihati mereka.
Fira melepaskan pelukannya, melangkah gontai meninggalkan mantan kekasihnya, menuju mobil mewahnya. Sementara Dewanta pun melakukan hal yang sama, pulang menuju apartemen yang disewanya mengendarai motor Ninja kesayangannya.
Pagi ini Dewanta berangkat menuju kantornya, malam tadi dia sudah membuat surat pengunduran diri dan hari ini, rencananya akan dia ajukan kebagian personalia.
Beberapa hari ini satu persatu segala urusannya dikota ini diselesaikannya. Dia tidak ingin kepindahannya kedesa menimbulkan masalah baru bagi orang-orang terdekatnya dikota ini.
Sore ini dengan mengendarai kendaraan roda dua dan membawa perlengkapan pribadinya dalam sebuah ransel ukuran besar. Dewanta pulang menuju desa meninggalkan kota yang sudah tujuh tahun ditinggalinya. Meninggalkan segala kenangan indah sekaligus sejuta luka yang tidak tahu kapan sembuh.
Menjelang senja Dewanta memasuki gerbang desa Padang Sawit yang merupakan tempat dimana dia besar dan dilahirkan. Udara sejuk disore ini mengiringi perjalanan Dewanta menuju kekediamannya. Sementara lembayung senja turut serta menambah keindahan disore hari.
"Assalamu allaikum ayah, Dewanta pulang yah," Dewanta mengucapkan salam sembari naik keteras rumah dimana Sukarta ayahnya sedang bersantai menikmati udara senja ditemani secangkir kopi pahit dan beberapa potong ubi rebus kegemarannya. Dewanta meraih tangannya, mencium punggung tangannya kemudian memeluknya.
"Wa allaikum salam nak, syukur alhamdullilah nak, kamu pulang, kamu membawa barang banyak sekali. Apa kamu ingin menetap didesa ini memenuhi keinginan ayah," jawab Sukarta.
"Iya ayah, Dewanta telah memutuskan hubungan dengan Fira dan memilih berbakti kepadamu dengan menerima perjodohan ini.
"Terima kasih nak, semoga apa yang kamu lakukan menjadi ladang pahala bagimu dan semoga Fira menerima keputusanmu dengan hati lapang dan kelak ia mendapat jodoh laki-laki yang baik mampu memberi dia kebahagiaan sampai ke Janah.
"Pak, bapak ngobrol sama siapa, ada tamu," dengan tergopoh-gopoh ibu Wajirah muncul dari balik pintu, tangannya memegang sapu lidi.
"Dewanta, kamu pulang nak, ibu Wajirah mendekati Dewanta putra semata wayangnya. Begitu juga Dewanta langsung menyongsong kedatangan ibunya dan mencium punggung tangannya sembari memeluknya.
Dewanta kemudian mengutarakan kesediaannya untuk dijodohkan dengan wanita bernama Fatimah Azzahra yang biasa dipanggil Zahra kepada ibunya. Sang ibu pun mengucapkan rasa syukur atas keputusan Dewanta. Rencananya sekitar beberapa hari lagi mereka akan sowan kekediaman pak Sasmito guna membicarakan perjodohan putra dan putri mereka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Jesi Jasinah
ok kakak
2022-12-18
0
Nur Mutia
semangat ya kk buat nya
jgn lupa kk mampir di novel ku judulnya :wanita-wanita bejat dan licik
2022-12-18
1