Cintaku Terhalang Janji Suci

Cintaku Terhalang Janji Suci

Bab. 1. Air Mata Perpisahan

Disore hari yang cerah, matahari mulai condong kebarat dengan sinarnya yang mulai redup. Seorang gadis duduk dengan gelisah dibawah gazebo disebuah pantai yang terletak sekitar tiga puluh meter dari pusat kota. Berkali-kali dia melirik jam tangannya dan menarik nafas panjang.

Dia adalah Fira Anastasya yang biasa dipanggil Fira yang sedang menunggu Dewanta Saputra yang dipanggil Dewanta kekasihnya yang sudah enam tahun terakhir menjadi tambatan hatinya.

Sudah seminggu Dewanta pamit pulang memenuhi keinginan kedua orang tuanya. Dewanta memang berasal dari desa yang merantau sejak kuliah hingga mendapat pekerjaan dikota ini.

Siang tadi Fira mendapat pesan dari Dewanta yang mengajak bertemu di pantai tempat dimana mereka bertemu enam tahun yang silam.

"Fira kamu sudah lama menunggu, maaf yah membuatmu lama menunggu, tadi jalanan macet," ucap Dewanta yang menyapanya dari belakang, membuat Fira terkejut. Namun yang membuatnya heran wajah Dewanta yang terlihat murung seperti memikul beban berat.

" Ada apa mas tumben ngajak ketemuan disini, biasanya kita kesini kan pas liburan, itu juga aku yang maksa," ucap Fira sekedar ingin mencairkan suasana. Namun wajah Dewanta tetap kaku tanpa senyum.

Ehemm...

Ehemm....

Dewanta mendehem sekedar untuk menetralisir debaran didalam dada yang membuatnya kian sesak.

"Fira sebenarnya aku meminta bertemu disini untuk membicarakan sesuatu yang penting," ucap Dewanta dengan suara parau.

"Apa sih mas yang ingin kamu ucapkan kayanya penting banget. Ayah dan ibu sehat," jawab Fira dengan hati mulai gelisah.

"Iya, ayah dan ibu sehat, kemarin ayah dan ibu memintaku pulang karena ada hal penting yang ingin disampaikan, ayah dan ibu telah menjodohkan aku dengan putri sahabatnya," jawab Dewanta gugup.

"Tapi kamu sudah menolaknya kan, kamu tidak menerima perjodohan itu bukan kan ," ucap Fira dengan muka memerah dan bibirnya menyedot es kelapa yang tadi dipesannya.

"Maafkan aku Fira, aku tidak bisa menentang keinginan kedua orang yang sudah melahirkan dan membesarkanku," ucap Dewanta sembari tertunduk.

Seketika Fira langsung menghentikan aktivitas menikmati es kelapanya, dia terperangah mendengar jawaban Dewanta.

"Maksudnya, bagaimana dengan hubungan kita,"ucap Fira dengan terbata-bata bibirnya bergetar, bulir-bulir kristal mulai mengalir melewati pipinya yang licin bagai boneka manekin.

"Sekali lagi maafkan aku Fira, karena aku tidak bisa meneruskan hubungan kita," suara dewanta semakin pelan, hatinya begitu pedih, sebenarnya dia tidak tega mengucapkan kata-kata yang begitu menyakitkan, andai boleh memilih mungkin dia lebih baik dipukul bertubi-tubi hingga bersimbah darah. Daripada harus mengucapkan kata perpisahan dengan wanita yang begitu dia cintainya.

"Kamu tega sekali mas, apa artinya kata cinta yang selalu kau katakan, apa artinya enam tahun kebersamaan kita, begitu mudah kamu ucapkan kalimat perpisahan, kamu benar-benar tidak punya hati mas. Kemana kalimat cinta yang selalu kamu kumandangkan mas, kamu benar-benar keterlaluan," ucap Fira terus terisak diselingi teriakan yang ditujukan kepada Dewanta.

Untunglah suasana pantai sore itu tampak lengang sehingga apa yang terjadi diantara mereka tidak menjadi pusat perhatian.

Kamu Fikir aku dengan mudah memutuskan itu Fira, kamu yang tidak mengerti perasaanku. Aku berada diantara dua pilihan yang sangat sulit. Memilih bersamamu, mungkin aku akan bahagia tapi bagaimana dengan perasaan kedua orang tuaku. Tidak mematuhi keinginan mereka sama saja aku menyakiti hati mereka. Sementara jika mengikuti keinginan mereka maka aku harus menikah dengan perempuan yang bahkan akupun tidak mengenalnya. Membayangkan saja rasanya sesak dada ini. Dewanta terus saja berbicara sembari terisak.

Dewanta menggenggam tangan Fira, ikhlaskan semuanya, mungkin takdirnya harus seperti ini. Jodoh kita adalah yang terbaik bagi kita, mungkin aku bukan yang terbaik untukmu dan kamu bukan yang terbaik untukku. Allah lebih tahu, mungkin suatu hari kamu akan menemukan jodoh yang lebih baik daripada aku," ucap Dewanta.

Fira terus terisak. Hatinya begitu hancur, harapan hidup bahagia bersama orang terkasih kini hanya tinggal harapan. Dewanta benar mengikhlaskan jauh lebih baik daripada meratapi hanya akan membuat jiwa semakin rapuh. Mengikhlaskan adalah puncak tertinggi dari mencintai, ikhlas jika orang yang kita cintai tidak dapat kita miliki.

Fira mengangkat wajah, dia melepaskan genggaman tangan Dewanta, perlahan dia menghapus air matanya , senyum kembali tersungging dari bibirnya.

Jika memang berpisah adalah keputusanmu, aku akan belajar ikhlas, aku tidak mau kebersamaan kita justru akan membuat kamu durhaka pada kedua orang tuamu. Sudah selayaknya kamu berbakti pada mereka mas, aku doakan semoga kamu bahagia dengan wanita pilihan orang tuamu. Doaku selalu yang terbaik untukmu, doakan aku juga agar bisa ikhlas menerima takdir ini, semoga hari esok lebih indah daripada saat ini, ucap Fira dengan senyum yang dipaksakan.

Terima kasih atas pengertianmu, terima kasih karena kamu telah menerima takdir ini dengan lapang dada, semoga semua doamu didengar dan dikabulkan oleh sang sekenario hidup," ucap Dewanta, untuk terakhir kalinya dia menggenggam tangan Fira dan mengecupnya, kemudian mereka berpelukan. Sebuah pelukan terakhir yang menyisakan rasa yang begitu sakit walau tak berdarah. Tangisan pilu mengiringi perpisahan dua insan yang saling mencintai.

Disebuah pantai dimana pertama kali mereka bertemu hingga berbuah bahagia selama kurun waktu enam tahun terakhir ini. Kini dipantai yang sama mereka harus berpisah untuk selanjutnya menjalani hidup mereka masing-masing membawa luka yang begitu pedih dihati mereka.

Fira melepaskan pelukannya, melangkah gontai meninggalkan mantan kekasihnya, menuju mobil mewahnya. Sementara Dewanta pun melakukan hal yang sama, pulang menuju apartemen yang disewanya mengendarai motor Ninja kesayangannya.

Pagi ini Dewanta berangkat menuju kantornya, malam tadi dia sudah membuat surat pengunduran diri dan hari ini, rencananya akan dia ajukan kebagian personalia.

Beberapa hari ini satu persatu segala urusannya dikota ini diselesaikannya. Dia tidak ingin kepindahannya kedesa menimbulkan masalah baru bagi orang-orang terdekatnya dikota ini.

Sore ini dengan mengendarai kendaraan roda dua dan membawa perlengkapan pribadinya dalam sebuah ransel ukuran besar. Dewanta pulang menuju desa meninggalkan kota yang sudah tujuh tahun ditinggalinya. Meninggalkan segala kenangan indah sekaligus sejuta luka yang tidak tahu kapan sembuh.

Menjelang senja Dewanta memasuki gerbang desa Padang Sawit yang merupakan tempat dimana dia besar dan dilahirkan. Udara sejuk disore ini mengiringi perjalanan Dewanta menuju kekediamannya. Sementara lembayung senja turut serta menambah keindahan disore hari.

"Assalamu allaikum ayah, Dewanta pulang yah," Dewanta mengucapkan salam sembari naik keteras rumah dimana Sukarta ayahnya sedang bersantai menikmati udara senja ditemani secangkir kopi pahit dan beberapa potong ubi rebus kegemarannya. Dewanta meraih tangannya, mencium punggung tangannya kemudian memeluknya.

"Wa allaikum salam nak, syukur alhamdullilah nak, kamu pulang, kamu membawa barang banyak sekali. Apa kamu ingin menetap didesa ini memenuhi keinginan ayah," jawab Sukarta.

"Iya ayah, Dewanta telah memutuskan hubungan dengan Fira dan memilih berbakti kepadamu dengan menerima perjodohan ini.

"Terima kasih nak, semoga apa yang kamu lakukan menjadi ladang pahala bagimu dan semoga Fira menerima keputusanmu dengan hati lapang dan kelak ia mendapat jodoh laki-laki yang baik mampu memberi dia kebahagiaan sampai ke Janah.

"Pak, bapak ngobrol sama siapa, ada tamu," dengan tergopoh-gopoh ibu Wajirah muncul dari balik pintu, tangannya memegang sapu lidi.

"Dewanta, kamu pulang nak, ibu Wajirah mendekati Dewanta putra semata wayangnya. Begitu juga Dewanta langsung menyongsong kedatangan ibunya dan mencium punggung tangannya sembari memeluknya.

Dewanta kemudian mengutarakan kesediaannya untuk dijodohkan dengan wanita bernama Fatimah Azzahra yang biasa dipanggil Zahra kepada ibunya. Sang ibu pun mengucapkan rasa syukur atas keputusan Dewanta. Rencananya sekitar beberapa hari lagi mereka akan sowan kekediaman pak Sasmito guna membicarakan perjodohan putra dan putri mereka

Terpopuler

Comments

Jesi Jasinah

Jesi Jasinah

ok kakak

2022-12-18

0

Nur Mutia

Nur Mutia

semangat ya kk buat nya
jgn lupa kk mampir di novel ku judulnya :wanita-wanita bejat dan licik

2022-12-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1. Air Mata Perpisahan
2 Bab. 2. Pertemuan Calon Mempelai Tanpa Cinta
3 Bab. 3. Kedatangan Galih
4 Bab. 4. persiapan Pernikahan
5 Bab. 5. Pernikahan
6 Bab. 6. Malam Pertama 1
7 Bab 7. Malam Pertama 2
8 Bab. 8. Berusaha Move on
9 Bab. 9. Mengejar Cinta
10 Bab. 10. Meracik Bahagia
11 Bab. 11. pernikahan Fira Dion
12 Bab. 12. Jarum Besar
13 Bab. 13. Pengakuan Santi
14 Bab. 14. Keputusan Terbaik.
15 Bab. 15. Pertemuan dengan Kiran
16 Bab. 16. Kepergian Abah Untuk Sementara
17 Bab. 17. Ternyata
18 Bab. 18. langkah Fira
19 Bab. 19. Ketemu Mantan
20 Bab. 20. Kecemburuan Fatimah.
21 Bab. 21. Reaksi Dewanta
22 Bab. 22. Meratapi
23 Bab. 23. Zahwa Hilang
24 Bab. 24 . Pencarian Zahwa
25 Bab. 25. Kecurigaan
26 Bab. 26. Berfikir
27 Bab. 27. Bertemu Seseorang
28 Bab. 28. Terpesona
29 Bab. 29. Ternyata
30 Bab. 30. Isi Hati
31 Bab. 31. Bercerita
32 Bab. 32. Menikmati keindahan
33 Bab. 33. Jadian
34 Bab. 34. Bertemu Bude
35 Bab. 35. Keluarga Harmonis.
36 Bab. 36. Mengakui Kesalahan.
37 Bab. 37. Bahagia
38 Bab. 38. Cemburu
39 Bab. 39. Suami Yunian
40 Bab. 40. Pulang
41 Bab. 41. Saling Memaafkan
42 Bab. 42. Kita Adalah Keluarga
43 Bab. 43. Lamaran
44 Bab. 44. kekhawatiran bu Dinda
45 Bab. 45. Sahabat Lama
46 Bab. 46. Pertemuan Dinda dan Tini
47 Bab. 47. Belut
48 Bab. 48. kemarahan Dinda
49 Bab, 49. Semua Lega.
50 Bab. 50. Bersyukur
51 Bab. 51. Salah paham
52 Bab. 52. Pulang kekota
53 Bab. 53. Ke Dokter Kandungan
54 Bab 54. Berkumpul
55 Bab. 55. Nasihat Pernikahan
56 Bab. 56. Hari Yang Ditunggu-tunggu
57 Bab. 57. Nasehat Dari Para Ahli
58 Bab. 58. Rutinitas Baru
59 Bab. 59. Wanita seksi
60 Bab. 60. Juita Ke Rumah
61 Bab. 61. Berbuat baikpun Harus Hati-Hati
62 Bab. 62. Isi Hati Pelakor
63 Bab 63. Di desa Mentereng
64 Bab. 64. Wanita di Resepsi Pernikahan
65 Bab. 65. Rencana Para Pelakor
66 Bab. 66. Profesi Baru
67 Bab. 67. Ke Kota
68 Bab.68. Kopi Susu
69 Bab. 69. Senjata Makan Tuan
70 Bab. 70. Biar Tau Rasa
71 Bab. 71. Meminta Maaf
72 Bab. 72. Menerima Nasihat
73 Bab. 73. Gagal Lagi
74 Bab. 74. shock
75 Bab. 75. Bahagia
76 Bab. 76. Melamar Kerja
77 Bab. 77. Jadi supir
78 Bab. 78. Bertemu Pujaan Hati
79 Bab. 79. Berkenalan Dengan Orangtua
80 Bab. 80. Reaksi Emak
81 Bab. 81. Mengungkapkan
82 Bab. 82. Garis Dua
83 Bab 83. Ingin Berubah
84 Bab. 84. perpisahan
85 Bab. 85. Mencoba Bersabar
86 Bab. 86. Dari Mana Asal Usulku
87 Bab. 87. Bertemu Kakek dan Nenek
88 Bab. 88. Meminta Maaf
89 Bab. 89. Memaafkan Itu Mudah
90 Bab. 90. Menapaki hari yang Indah
91 Bab. 91. Mencari Pekerjaan
92 Bab. 92. Syukuran tujuh bulanan
93 Bab. 93. Tidak Jadi Besan.
94 Bab. 94. Penyesalan
95 Bab. 95. Dirumah Besan
96 Bab. 96. Semuanya Berkumpul
97 Bab. 97. Puncak Acara.
98 Bab. 98. Keluarga Fira
99 Bab. 99. Mertua dan Menantu
100 Bab. 100. Undangan
101 Bab. 101. Menghadiri Pernikahan
102 Bab. 102. Rasa Bahagia
103 Bab. 103. Meminta maaf
104 Bab. 104. Malam Yang Berbeda
105 Bab. 105. Pagi Yang Indah
106 Bab. 106. Perselisihan
107 Bab.107. Bertengkar Hebat
108 Bab. 108. Keputusan
109 Bab. 109. Hunian Baru
110 Bab. 110. Curhat
111 Bab. 111. Menemui istriku
112 Bab. 112. Mendapat Banyak Nasihat
113 Bab. 113. Menikmati Hidup
114 Bab. 114. Berkunjung ke kota
115 Bab. 115. Menuju Rumah Fira
116 Bab. 116. Saling Memaafkan.
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab. 1. Air Mata Perpisahan
2
Bab. 2. Pertemuan Calon Mempelai Tanpa Cinta
3
Bab. 3. Kedatangan Galih
4
Bab. 4. persiapan Pernikahan
5
Bab. 5. Pernikahan
6
Bab. 6. Malam Pertama 1
7
Bab 7. Malam Pertama 2
8
Bab. 8. Berusaha Move on
9
Bab. 9. Mengejar Cinta
10
Bab. 10. Meracik Bahagia
11
Bab. 11. pernikahan Fira Dion
12
Bab. 12. Jarum Besar
13
Bab. 13. Pengakuan Santi
14
Bab. 14. Keputusan Terbaik.
15
Bab. 15. Pertemuan dengan Kiran
16
Bab. 16. Kepergian Abah Untuk Sementara
17
Bab. 17. Ternyata
18
Bab. 18. langkah Fira
19
Bab. 19. Ketemu Mantan
20
Bab. 20. Kecemburuan Fatimah.
21
Bab. 21. Reaksi Dewanta
22
Bab. 22. Meratapi
23
Bab. 23. Zahwa Hilang
24
Bab. 24 . Pencarian Zahwa
25
Bab. 25. Kecurigaan
26
Bab. 26. Berfikir
27
Bab. 27. Bertemu Seseorang
28
Bab. 28. Terpesona
29
Bab. 29. Ternyata
30
Bab. 30. Isi Hati
31
Bab. 31. Bercerita
32
Bab. 32. Menikmati keindahan
33
Bab. 33. Jadian
34
Bab. 34. Bertemu Bude
35
Bab. 35. Keluarga Harmonis.
36
Bab. 36. Mengakui Kesalahan.
37
Bab. 37. Bahagia
38
Bab. 38. Cemburu
39
Bab. 39. Suami Yunian
40
Bab. 40. Pulang
41
Bab. 41. Saling Memaafkan
42
Bab. 42. Kita Adalah Keluarga
43
Bab. 43. Lamaran
44
Bab. 44. kekhawatiran bu Dinda
45
Bab. 45. Sahabat Lama
46
Bab. 46. Pertemuan Dinda dan Tini
47
Bab. 47. Belut
48
Bab. 48. kemarahan Dinda
49
Bab, 49. Semua Lega.
50
Bab. 50. Bersyukur
51
Bab. 51. Salah paham
52
Bab. 52. Pulang kekota
53
Bab. 53. Ke Dokter Kandungan
54
Bab 54. Berkumpul
55
Bab. 55. Nasihat Pernikahan
56
Bab. 56. Hari Yang Ditunggu-tunggu
57
Bab. 57. Nasehat Dari Para Ahli
58
Bab. 58. Rutinitas Baru
59
Bab. 59. Wanita seksi
60
Bab. 60. Juita Ke Rumah
61
Bab. 61. Berbuat baikpun Harus Hati-Hati
62
Bab. 62. Isi Hati Pelakor
63
Bab 63. Di desa Mentereng
64
Bab. 64. Wanita di Resepsi Pernikahan
65
Bab. 65. Rencana Para Pelakor
66
Bab. 66. Profesi Baru
67
Bab. 67. Ke Kota
68
Bab.68. Kopi Susu
69
Bab. 69. Senjata Makan Tuan
70
Bab. 70. Biar Tau Rasa
71
Bab. 71. Meminta Maaf
72
Bab. 72. Menerima Nasihat
73
Bab. 73. Gagal Lagi
74
Bab. 74. shock
75
Bab. 75. Bahagia
76
Bab. 76. Melamar Kerja
77
Bab. 77. Jadi supir
78
Bab. 78. Bertemu Pujaan Hati
79
Bab. 79. Berkenalan Dengan Orangtua
80
Bab. 80. Reaksi Emak
81
Bab. 81. Mengungkapkan
82
Bab. 82. Garis Dua
83
Bab 83. Ingin Berubah
84
Bab. 84. perpisahan
85
Bab. 85. Mencoba Bersabar
86
Bab. 86. Dari Mana Asal Usulku
87
Bab. 87. Bertemu Kakek dan Nenek
88
Bab. 88. Meminta Maaf
89
Bab. 89. Memaafkan Itu Mudah
90
Bab. 90. Menapaki hari yang Indah
91
Bab. 91. Mencari Pekerjaan
92
Bab. 92. Syukuran tujuh bulanan
93
Bab. 93. Tidak Jadi Besan.
94
Bab. 94. Penyesalan
95
Bab. 95. Dirumah Besan
96
Bab. 96. Semuanya Berkumpul
97
Bab. 97. Puncak Acara.
98
Bab. 98. Keluarga Fira
99
Bab. 99. Mertua dan Menantu
100
Bab. 100. Undangan
101
Bab. 101. Menghadiri Pernikahan
102
Bab. 102. Rasa Bahagia
103
Bab. 103. Meminta maaf
104
Bab. 104. Malam Yang Berbeda
105
Bab. 105. Pagi Yang Indah
106
Bab. 106. Perselisihan
107
Bab.107. Bertengkar Hebat
108
Bab. 108. Keputusan
109
Bab. 109. Hunian Baru
110
Bab. 110. Curhat
111
Bab. 111. Menemui istriku
112
Bab. 112. Mendapat Banyak Nasihat
113
Bab. 113. Menikmati Hidup
114
Bab. 114. Berkunjung ke kota
115
Bab. 115. Menuju Rumah Fira
116
Bab. 116. Saling Memaafkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!