Bab. 2. Pertemuan Calon Mempelai Tanpa Cinta

(POV) Dewanta

Pagi ini adalah hari pertama, aku memutuskan untuk menjalani hidup sebagai orang desa. Saat sang mentari menyinari bumi dimana aku berdiri, aku melangkah diatas perbukitan yang membentang perkebunan sawit. Disinilah kelak aku menghabiskan masa tuaku bersama anak-anak dan istriku Zahra seorang wanita yang sama sekali aku belum ketahui raut wajahnya apalagi sifat dan kepribadiannya.

Besok adalah hari pertama kami dipertemukan sebelum terucapnya janji sakral pernikahan. Berbagai macam rasa, berbagai macam tanya terus mengisi relung hatiku.

Saat sang surya mulai menampakkan sinarnya yang semakin menyengat kulit, kulihat jam tanganku menunjukkan jam sebelas siang. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan, melewati perkebunan sawit, melewati perkebunan karet hingga kini sampailah aku diarea persawahan yang membentang luas sejauh mata memandang. Kebetulan panen padi telah usai, lahan persawahan dibiarkan tanpa tanaman, hanya ada rumput liar diantara tanaman kangkung yang tumbuh tanpa ada yang menanamnya.

Serombongan perawan desa berjalan beriringan membawa bakul. Mereka hendak memutik kangkung liar untuk sayur nanti sore. Seorang gadis berjilbab lebar dengan tatapan yang begitu teduh ada diantara mereka. Dia memandangku dan mengangguk dengan senyuman yang begitu manis.

"Kak, awas itu ada ular," dia menunjuk kearah kakiku. Seekor ular tadung sebesar lenganku melingkar dengan kepala terangkat seolah ingin menerkamku. Aku sangat kaget dan seketika aku berlari kearahnya kemudian memegang ujung jilbabnya bersembunyi dibelakangnya. Tawa mereka pun pecah.

Gadis bermata teduh itu pun mengambil ranting pohon dengan memggunakan tangannya yang putih bersih dan berbulu halus.

Perlahan dia mengusir ular tadung itu agar menjauh dan beberapa saat ular tadung itupun menjauh.

"Terima kasih dek, ternyata adek pemberani juga," ucapku pada gadis bermata teduh itu. Namun dia hanya tersenyum dan berlalu pergi diikuti oleh beberapa temannya.

Kembali aku meneruskan perjalanan pulang karena rasanya perutku sudah terasa lapar.

Sampai dirumah ternyata ibu sedang menyiapkan oleh-oleh untuk dibawa kerumah pak Sasmito calon mertuaku yang ada didesa sebelah yaitu desa Padang Gatah.

Pagi ini kami sedang mempersiapkan diri untuk berkunjung kerumah Zahra calon istri yang aku belum tau bagaimana wajahnya.

"Dewanta kamu pakai kemeja dan celana panjang yang ibu beli kemarin, itu sudah ibu siapkan, " kata ibu, aku hanya membalas dengan anggukan.

"Dewa, ayo cepat, kamu ini pakai baju lama sekali seperti perempuan saja, apa kamu pakai mike up juga," ibu terus saja mengomel.

"Ibuuuuu," aku berteriak saat aku buru-buru menaikkan ressletingku tanpa sengaja ternyata aset berhargaku terjepit resleting, rasanya pedih sekali.

Ada apa lagi Dewa, kok malah teriak-teriak," ibu mendatangiku ke kamar, aku menunjukan asetku yang terjepit resleting. Untung kamu sudah pakai CD jadi tidak terluka, lain kali hati-hati, ibu terus mengomel dan mengambil tang kemudian merusak resleting agar jepitannya terlepas.

"Ibu...sakit bu...

Jepitan resleting akhirnya terlepas, namun celana itu tidak bisa dipakai lagi. Buru-buru aku mengganti celanaku, karena ayah diluar sudah memanggil - manggil namaku, beliau sudah tidak sabar menunggu kami. Kami bertiga pun naik kemobil menuju desa Padang Gatah.

"Kalian ini kalau mau kemana-mana kok selalu lama, pakai ribut-ribut segala didalam kamar," ayah terus saja mengomel sambil menyetir mobil.

"Gimana engga ribut yah, anakmu pakai celana aja itunya sampai kejepit resleting. Gara-gara dia tidak hati-hati celana yang ibu belikan kemarin rusak tidak dapat dipakai lagi," ucap ibu dengan bibir dimonyong-monyongkan. Ayah tertawa terpingkal-pingkal.

"Mungkin juniornya gugup karena sebentar lagi akan menjalankan kewajibannya," sepanjang jalan ayah terus mengolokku.

Hanya sekitar dua puluh menit kami sudah sampai di kediaman pak Sasmito. Pak Sasmito dan bu Markonah menyambut kedatangan kami dengan sangat ramah. Setelah kami semua duduk, ayah menyampaikan maksud kedatangannya yaitu ingin memperkenalkan aku dengan Fatimah putri mereka.

Bu Markonah segera berdiri dan masuk kedalam, selang beberapa saat kemudian beliau kembali dengan seorang wanita muda berpakaian muslimah. Dia menyalami ibuku dan mencium punggung tangannya, sementara pada ayah dan aku dia hanya menangkupkan kedua tangannya didada seraya mengangguk. Saat netra kami saling menatap aku sangat terkejut ternyata dia adalah gadis bermata teduh yang kemarin aku temui diarea persawahan. Ada rasa bahagia karena ternyata dialah calon pendamping hidupku.

"Sekarang kalian sudah saling kenal, Dewanta, setelah kamu mengenal Zahra, apakah kamu tetap bersedia menikah dengan Zahra, " ucap ayah sambil memandang kearahku dan mengharap jawabanku.

"Aku bersedia ayah," jawabku singkat.

"Kalau kamu bagaimana Zahra," ucap ayah dan kali ini ayah bertanya kepada Zahra .

"Namun jawaban Zahra hanya mengangguk sembari tersenyum. Semua yang hadir diruang tamu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan dibarengi dengan senyum bahagia.

"Karena Dewanta dan Zahra sudah bersedia menerima perjodohan ini, bagaimana kalau kalian ngobrol berdua agar bisa saling mengenal lebih dekat.

Mungkin diteras samping atau ditaman belakang," ucap pak Sasmito dan disetujui oleh semua anggota keluarga yang hadir.

"Oh iya, silakan dicicipi ini tadi saya membuat kue awug-awug kesukaan ibu Wajirah, kamu juga Zahra bawa awug-awug ini buat teman mengobrol," ucap ibu Markonah sambil menunjuk kearah kue awug-awug.

"Hampir saja saya lupa, saya juga tadi membawa oleh-oleh buat ibu Markonah, itu masih dimobil, mandai cimpedak sama iwak samu makanan khas daerah kita, buatan sendiri. Kebetulan kemarin ayah Dewanta mancing disawah," ujar ibuku.

Kemudian ayah pun berdiri dan menuju kemobil untuk mengambil oleh-oleh tersebut.

Zahra kemudian mengambil beberapa potong awug-awug dengan menggunakan piring dan beberapa gelas air mineral. Kami melangkah menuju ke taman belakang.

Disana ternyata tempatnya sejuk dan nyaman. Ada dua kursi dan meja, tampaknya tempat ini biasa digunakan untuk bersantai. Zahra lalu meletakkan piring berisi kue awug-awug dan beberapa gelas air mineral diatas meja kemudian dia duduk disalah satu kursi dan aku pun mengikutinya.

Sesaat kami saling diam, hingga aku berinisiatif untuk bicara lebih dulu.

"Fatimah Azzahra, oh iya, biasanya kamu dipanggil apa," ucapku memulai pembicaraan.

"Kalau disekolah tempatku mengajar aku dipanggil Zahra tapi kalau dirumah abah sama mama memanggilku zahra juga," ujarnya seraya tersenyum.

"Terus kalau sama aku kamu mau dipanggil apa?," ucapku mencoba bertanya.

"Terserah aja kak," jawab Zahra.

"Kalau dirumah dipanggil Zahra. Bagaimana kalau aku memanggil Izah," ucapku sambil menarik ujung bibirku untuk membentuk senyuman yang teramat manis. Lagi-lagi Zahra hanya tersenyum.

"Terima kasih ya Izah, untuk yang kemarin. By the way, kamu berani juga sama ular he...he...," ucapku sembari tertawa.

"Bukan akunya kak, yang pemberani tapi kakaknya yang penakut, ucap Fatimah santai dan aku pun membalas dengan tersenyum kecut.

"Ini anak dari tadi diam aja, sekali bicara gitu amat," batinku.

"Zah boleh aku tahu, apa alasanmu menerima perjodohan ini, kita belum saling kenal, kamu tidak takut kalau aku jahat sama kamu atau karena aku ganteng," ucapku sambil nyengir kuda.

"Aku menerima perjodohan ini karena aku ingin berbakti kepada kedua orang tuaku. Aku percaya dengan lelaki pilihan orang tuaku.

Hidup ini singkat kak, jadi kita harus mengisinya dengan berbuat baik sebanyak-banyaknya untuk bekal kita setelah kematian.

Memang diantara kita tidak ada rasa saling cinta, tapi hidup bukan sekedar untuk cinta-cintaan saja kak, hidup untuk mencari ridho Allah dan menjalankan ujiannya. Tidak adanya cinta dalam pernikahan kita itu adalah salah satu ujian dalam pernikahan yang akan kita jalani. Kak, bahagia itu kita yang ciptakan dengan cara mensyukuri apa yang kita miliki.

Kalau kita mengetahui hak dan kewajiban kita sebagai suami istri maka cepat atau lambat cinta akan datang, insyaallah," ucap Zahra panjang lebar. Sungguh aku merasa kagum dengan pemikirannya. Semoga kelak rumah tanggaku samawa sepanjang usiaku. Semoga kelak kami diberi keturunan yang bisa meningkatkan derajat kami di mata Allah SWT.

Terpopuler

Comments

Jesi Jasinah

Jesi Jasinah

okey

2023-06-23

0

Nenieedesu

Nenieedesu

jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel aq kak dear Handana BTW sudah aq favoritkan

2023-06-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1. Air Mata Perpisahan
2 Bab. 2. Pertemuan Calon Mempelai Tanpa Cinta
3 Bab. 3. Kedatangan Galih
4 Bab. 4. persiapan Pernikahan
5 Bab. 5. Pernikahan
6 Bab. 6. Malam Pertama 1
7 Bab 7. Malam Pertama 2
8 Bab. 8. Berusaha Move on
9 Bab. 9. Mengejar Cinta
10 Bab. 10. Meracik Bahagia
11 Bab. 11. pernikahan Fira Dion
12 Bab. 12. Jarum Besar
13 Bab. 13. Pengakuan Santi
14 Bab. 14. Keputusan Terbaik.
15 Bab. 15. Pertemuan dengan Kiran
16 Bab. 16. Kepergian Abah Untuk Sementara
17 Bab. 17. Ternyata
18 Bab. 18. langkah Fira
19 Bab. 19. Ketemu Mantan
20 Bab. 20. Kecemburuan Fatimah.
21 Bab. 21. Reaksi Dewanta
22 Bab. 22. Meratapi
23 Bab. 23. Zahwa Hilang
24 Bab. 24 . Pencarian Zahwa
25 Bab. 25. Kecurigaan
26 Bab. 26. Berfikir
27 Bab. 27. Bertemu Seseorang
28 Bab. 28. Terpesona
29 Bab. 29. Ternyata
30 Bab. 30. Isi Hati
31 Bab. 31. Bercerita
32 Bab. 32. Menikmati keindahan
33 Bab. 33. Jadian
34 Bab. 34. Bertemu Bude
35 Bab. 35. Keluarga Harmonis.
36 Bab. 36. Mengakui Kesalahan.
37 Bab. 37. Bahagia
38 Bab. 38. Cemburu
39 Bab. 39. Suami Yunian
40 Bab. 40. Pulang
41 Bab. 41. Saling Memaafkan
42 Bab. 42. Kita Adalah Keluarga
43 Bab. 43. Lamaran
44 Bab. 44. kekhawatiran bu Dinda
45 Bab. 45. Sahabat Lama
46 Bab. 46. Pertemuan Dinda dan Tini
47 Bab. 47. Belut
48 Bab. 48. kemarahan Dinda
49 Bab, 49. Semua Lega.
50 Bab. 50. Bersyukur
51 Bab. 51. Salah paham
52 Bab. 52. Pulang kekota
53 Bab. 53. Ke Dokter Kandungan
54 Bab 54. Berkumpul
55 Bab. 55. Nasihat Pernikahan
56 Bab. 56. Hari Yang Ditunggu-tunggu
57 Bab. 57. Nasehat Dari Para Ahli
58 Bab. 58. Rutinitas Baru
59 Bab. 59. Wanita seksi
60 Bab. 60. Juita Ke Rumah
61 Bab. 61. Berbuat baikpun Harus Hati-Hati
62 Bab. 62. Isi Hati Pelakor
63 Bab 63. Di desa Mentereng
64 Bab. 64. Wanita di Resepsi Pernikahan
65 Bab. 65. Rencana Para Pelakor
66 Bab. 66. Profesi Baru
67 Bab. 67. Ke Kota
68 Bab.68. Kopi Susu
69 Bab. 69. Senjata Makan Tuan
70 Bab. 70. Biar Tau Rasa
71 Bab. 71. Meminta Maaf
72 Bab. 72. Menerima Nasihat
73 Bab. 73. Gagal Lagi
74 Bab. 74. shock
75 Bab. 75. Bahagia
76 Bab. 76. Melamar Kerja
77 Bab. 77. Jadi supir
78 Bab. 78. Bertemu Pujaan Hati
79 Bab. 79. Berkenalan Dengan Orangtua
80 Bab. 80. Reaksi Emak
81 Bab. 81. Mengungkapkan
82 Bab. 82. Garis Dua
83 Bab 83. Ingin Berubah
84 Bab. 84. perpisahan
85 Bab. 85. Mencoba Bersabar
86 Bab. 86. Dari Mana Asal Usulku
87 Bab. 87. Bertemu Kakek dan Nenek
88 Bab. 88. Meminta Maaf
89 Bab. 89. Memaafkan Itu Mudah
90 Bab. 90. Menapaki hari yang Indah
91 Bab. 91. Mencari Pekerjaan
92 Bab. 92. Syukuran tujuh bulanan
93 Bab. 93. Tidak Jadi Besan.
94 Bab. 94. Penyesalan
95 Bab. 95. Dirumah Besan
96 Bab. 96. Semuanya Berkumpul
97 Bab. 97. Puncak Acara.
98 Bab. 98. Keluarga Fira
99 Bab. 99. Mertua dan Menantu
100 Bab. 100. Undangan
101 Bab. 101. Menghadiri Pernikahan
102 Bab. 102. Rasa Bahagia
103 Bab. 103. Meminta maaf
104 Bab. 104. Malam Yang Berbeda
105 Bab. 105. Pagi Yang Indah
106 Bab. 106. Perselisihan
107 Bab.107. Bertengkar Hebat
108 Bab. 108. Keputusan
109 Bab. 109. Hunian Baru
110 Bab. 110. Curhat
111 Bab. 111. Menemui istriku
112 Bab. 112. Mendapat Banyak Nasihat
113 Bab. 113. Menikmati Hidup
114 Bab. 114. Berkunjung ke kota
115 Bab. 115. Menuju Rumah Fira
116 Bab. 116. Saling Memaafkan.
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab. 1. Air Mata Perpisahan
2
Bab. 2. Pertemuan Calon Mempelai Tanpa Cinta
3
Bab. 3. Kedatangan Galih
4
Bab. 4. persiapan Pernikahan
5
Bab. 5. Pernikahan
6
Bab. 6. Malam Pertama 1
7
Bab 7. Malam Pertama 2
8
Bab. 8. Berusaha Move on
9
Bab. 9. Mengejar Cinta
10
Bab. 10. Meracik Bahagia
11
Bab. 11. pernikahan Fira Dion
12
Bab. 12. Jarum Besar
13
Bab. 13. Pengakuan Santi
14
Bab. 14. Keputusan Terbaik.
15
Bab. 15. Pertemuan dengan Kiran
16
Bab. 16. Kepergian Abah Untuk Sementara
17
Bab. 17. Ternyata
18
Bab. 18. langkah Fira
19
Bab. 19. Ketemu Mantan
20
Bab. 20. Kecemburuan Fatimah.
21
Bab. 21. Reaksi Dewanta
22
Bab. 22. Meratapi
23
Bab. 23. Zahwa Hilang
24
Bab. 24 . Pencarian Zahwa
25
Bab. 25. Kecurigaan
26
Bab. 26. Berfikir
27
Bab. 27. Bertemu Seseorang
28
Bab. 28. Terpesona
29
Bab. 29. Ternyata
30
Bab. 30. Isi Hati
31
Bab. 31. Bercerita
32
Bab. 32. Menikmati keindahan
33
Bab. 33. Jadian
34
Bab. 34. Bertemu Bude
35
Bab. 35. Keluarga Harmonis.
36
Bab. 36. Mengakui Kesalahan.
37
Bab. 37. Bahagia
38
Bab. 38. Cemburu
39
Bab. 39. Suami Yunian
40
Bab. 40. Pulang
41
Bab. 41. Saling Memaafkan
42
Bab. 42. Kita Adalah Keluarga
43
Bab. 43. Lamaran
44
Bab. 44. kekhawatiran bu Dinda
45
Bab. 45. Sahabat Lama
46
Bab. 46. Pertemuan Dinda dan Tini
47
Bab. 47. Belut
48
Bab. 48. kemarahan Dinda
49
Bab, 49. Semua Lega.
50
Bab. 50. Bersyukur
51
Bab. 51. Salah paham
52
Bab. 52. Pulang kekota
53
Bab. 53. Ke Dokter Kandungan
54
Bab 54. Berkumpul
55
Bab. 55. Nasihat Pernikahan
56
Bab. 56. Hari Yang Ditunggu-tunggu
57
Bab. 57. Nasehat Dari Para Ahli
58
Bab. 58. Rutinitas Baru
59
Bab. 59. Wanita seksi
60
Bab. 60. Juita Ke Rumah
61
Bab. 61. Berbuat baikpun Harus Hati-Hati
62
Bab. 62. Isi Hati Pelakor
63
Bab 63. Di desa Mentereng
64
Bab. 64. Wanita di Resepsi Pernikahan
65
Bab. 65. Rencana Para Pelakor
66
Bab. 66. Profesi Baru
67
Bab. 67. Ke Kota
68
Bab.68. Kopi Susu
69
Bab. 69. Senjata Makan Tuan
70
Bab. 70. Biar Tau Rasa
71
Bab. 71. Meminta Maaf
72
Bab. 72. Menerima Nasihat
73
Bab. 73. Gagal Lagi
74
Bab. 74. shock
75
Bab. 75. Bahagia
76
Bab. 76. Melamar Kerja
77
Bab. 77. Jadi supir
78
Bab. 78. Bertemu Pujaan Hati
79
Bab. 79. Berkenalan Dengan Orangtua
80
Bab. 80. Reaksi Emak
81
Bab. 81. Mengungkapkan
82
Bab. 82. Garis Dua
83
Bab 83. Ingin Berubah
84
Bab. 84. perpisahan
85
Bab. 85. Mencoba Bersabar
86
Bab. 86. Dari Mana Asal Usulku
87
Bab. 87. Bertemu Kakek dan Nenek
88
Bab. 88. Meminta Maaf
89
Bab. 89. Memaafkan Itu Mudah
90
Bab. 90. Menapaki hari yang Indah
91
Bab. 91. Mencari Pekerjaan
92
Bab. 92. Syukuran tujuh bulanan
93
Bab. 93. Tidak Jadi Besan.
94
Bab. 94. Penyesalan
95
Bab. 95. Dirumah Besan
96
Bab. 96. Semuanya Berkumpul
97
Bab. 97. Puncak Acara.
98
Bab. 98. Keluarga Fira
99
Bab. 99. Mertua dan Menantu
100
Bab. 100. Undangan
101
Bab. 101. Menghadiri Pernikahan
102
Bab. 102. Rasa Bahagia
103
Bab. 103. Meminta maaf
104
Bab. 104. Malam Yang Berbeda
105
Bab. 105. Pagi Yang Indah
106
Bab. 106. Perselisihan
107
Bab.107. Bertengkar Hebat
108
Bab. 108. Keputusan
109
Bab. 109. Hunian Baru
110
Bab. 110. Curhat
111
Bab. 111. Menemui istriku
112
Bab. 112. Mendapat Banyak Nasihat
113
Bab. 113. Menikmati Hidup
114
Bab. 114. Berkunjung ke kota
115
Bab. 115. Menuju Rumah Fira
116
Bab. 116. Saling Memaafkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!