Bab. 3. Kedatangan Galih

(POV) Fatimah Azzahra

Namaku adalah Fatimah azzahra dirumah mama dan abahku memanggil Zahra. Setelah menyelesaikan kuliah aku melanjutkan PGPAUD hingga selesai. Saat itu didesaku didirikan Sekolah Anak Usia Dini (PAUD) yang diberi nama PAUD Buah Hati Bunda. Aku mencoba peruntungan dengan mendaftar sebagai peserta didik disekolah tersebut. Ternyata nasib baik berpihak kepadaku.

Tepatnya dua tahun yang silam aku memulai karirku sebagai guru PAUD. Sebuah profesi yang selama ini aku impikan.

Namun diusiaku yang tak muda lagi untuk ukuran gadis desa, aku belum juga menemukan pendamping hidup. Bukan berarti aku tak laku bukan pula aku yang terlalu memilih. Entah sudah berapa banyak pemuda dari daerah ini yang datang kerumah untuk meminangku. Namun semuanya ditolak oleh abah dengan alasan aku telah dijodohkan dengan seorang pemuda putra sahabatnya dari desa Padang Sawit.

Diantara mereka adalah Galih teman kuliahku seorang pemuda tampan putra juragan sayur tersohor di daerah ini. Sebenarnya aku jatuh cinta sekaligus kagum dengan Galih karena dia pemuda yang cerdas dan pekerja keras. Kami kerap berjumpa saat menjalani kuliah dikampus yang sama.

Walau di sela-sela kuliah dia merintis usaha dibidang kuliner, namun nilainya tetap bagus. Bahkan dia lulus dengan nilai coumloud. Kini beberapa cabang restoran pun telah dibukanya.

Sudah tiga kali Galih datang kerumah untuk melamarku, namun tiga kali juga abah menolaknya. Tapi rasanya tak ada faedahnya aku meratapi cintaku yang kandas sebelum berlabuh.

Disekolah tempaku mengajar sering kali aku diolok sebagai perawan yang tak laku-laku. Karena diantara semua guru PAUD hanya aku saja yang belum menikah.

Hari ini tidak biasanya mama sibuk didapur.

"Mama lagi ngapain, dari tadi Zahra lihat mama sibuk didapur," aku mencoba bertanya pada mama.

"Mama sedang membuat awug-awug kesukaan bu Wajirah. Hari ini rencananya mereka akan datang untuk mengenalkan anak lelakinya yang baru datang dari kota denganmu. Tolong bantu mama memarut kelapa tapi hati-hati jangan sampai jarimu ikut keparut," ucap mama sambil menyerahkan baskom berisi kelapa lengkap dengan parutannya.

Sebenarnya aku sudah tahu siapa Dewanta putra pak Sukarta pengusaha sawit dari kampung sebelah. Kemarin aku baru saja ketemu dia diarea persawahan saat mencari kangkung-kangkung liar untuk sayur. Namun aku belum mengenal dia secara pribadi.

Setelah beberapa saat mengobrol dengan dia ternyata orangnya santai dan humoris.

Namun sayang sepertinya dia penakut. Tadinya aku merasa sangat gugup waktu baru mengenalnya. Tapi setelah beberapa saat kami mengobrol. Aku merasa nyaman, ada rasa bahagia, terkadang hatiku bergetar saat kami saling menatap.

"Zah, kamu yakin mau menikah denganku yang penakut ini, apa sebelumnya kamu sudah punya kekasih atau laki-laki yang menarik perhatianmu.

Bagaimana kalau kita saling terbuka agar tidak ada rahasia yang kita sembunyikan sehingga kita bisa berjuang bersama untuk menumbuhkan rasa cinta dan kasih. Aku akan senantiasa menjagamu dan menyayangimu karena itu adalah bagian dari kewajibanku sebagai seorang suami. Pokoknya tanamkan dihatimu kalau aku lebih ganteng dari pada dia katanya," yang aku balas dengan menunjukan kedua jempol tanganku tanda setuju.

Sekarang gantian aku yang akan menceritakan masa laluku. Sebenarnya sudah enam tahun aku menjalin hubungan dengan Fira, aku dan dia saling mencintai," ucap kak Dewanta, netranya menatap kedepan entah apa yang sedang dilihatnya, ada rasa perih di dada saat mendengar apa yang dipaparkannya. Namun aku tetap diam menunggu kalimat demi kalimat yang keluar dari bibirnya.

"Tapi ayah ingin aku menikah denganmu, dengan berat hati aku memutuskan hubungan dengan Fira. Karena bagiku, aku tidak mungkin bahagia tanpa restu ayah dan ibu. Bagiku kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku juga. Aku tidak ingin menyakiti hati mereka dengan menolak perjodohan ini. Kemarin saat aku bertemu kamu diarea persawahan perlahan lukaku yang begitu pedih atas kandasnya jalinan cintaku dengan Fira perlahan menghilang.

Dan hari ini, kala aku tahu kalau wanita yang menarik perhatianku adalah kamu, hatiku sudah mantap aku ingin menikah denganmu," kak Dewanta tersenyum dengan senyuman yang begitu manis menurutku.

"Dewanta, Zahra ayo masuk ayah dan abah sudah menunggu kalian diruang tamu," mama tiba-tiba sudah ada dibelakangku membuat aku terkejut. Aku dan kak Dewanta pun berdiri dan melangkah menuju ruang tamu. Segera aku mendekati abah untuk duduk disampingnya, tapi aku merasa ada yang menarik ujung jilbabku. Saat aku menoleh kebelakang ternyata tangan kak Dewanta yang menarik ujung jilbabku. Kulihat mimik mukanya mengisyaratkan agar aku duduk disampingnya. Aku segera mengurungkan niatku untuk duduk disamping abah dan berpindah duduk disamping kak Dewanta. Semua yang hadir disitu seketika saling senyum.

"Dewanta, Zahra, selaku orang tua kami tadi sudah melakukan musyawarah dan sudah memutuskan kalau seminggu lagi kita akan diadakan lamaran dan sebulan kemudian baru ijab kabul dan acara resepsi. Untuk semua acara biar orang tua ini yang akan menghandle. Tugas kalian hanya siapkan diri kalian dan catat siapa teman kalian yang akan diundang. Catatannya serahkan kepada mama atau ibu kalian," ucap ayah kak Dewanta.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kak Dewanta dan kedua orang tuanya pun pamit pulang.

Berita tentang akan dilangsungkan pernikahan antara aku dan kak Dewanta telah menyebar keseluruh antero kampung. Acara lamaran telah berlangsung, kini kita tinggal menunggu hari H.

"Bu, bu Zahra katanya ibu mau menikah, selamat ya bu, tidak sia-sia menunggu begitu lama dapatnya horang kayah," ujar salah satu ibu wali murid yang bernama ibu Watinem.

"Ibu bisa aja, saya lambat menikah bukan karena mencari orang kaya tapi karena belum ketemu jodoh," aku tidak ingin meladeni ucapan ibu Watinem.

"Kalau boleh tau berapa maharnya, siapa tau saya bisa ngutang," bu Lastri menimpali.

"Bu Lastri ini bagaimana, masa mahar mau diutang, yang benar aja bu," ucap bu Watinem.

"Ya tidak apa-apa bu Watinem, kalau tidak bisa ngutang siapa tahu saya dapat jatah untuk beli kouta, lumayan buat baca novel online," bu Lastri tetap ngeyel. Sedangkan aku hanya terperangah mendengar perdebatan ibu-ibu wali murid PAUD Buah Hati Bunda.

"Bu adanya uang mahar itu ditujukan untuk menghargai seorang wanita, jadi bukan untuk diutangkan," ucapku menjelaskan kepada bu Lastri.

"Oh begitu, jadi tidak bisa diutang ya bu Zahral," aku hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum.

Sepulang dari mengajar PAUD Buah Hati Bunda aku mampir ke warung nasi bu Narsih. Aku memang kerap makan disini karena selain rasanya yang enak harganya pun terjangkau.

Dengan berjalan tergopoh-gopoh bu Narsih menyongsong kedatanganku.

"Waduh-waduh calon penganten mau makan apa?," ujar bu Narsih.

"Seperti biasa bu lalapan paha ayam, sambal petai sama oseng-oseng mandai.

"Sebentar ya, saya siapkan," jawab bu Narsih. Tidak berapa lama pesananku pun sudah terhidang di atas meja.

Aku segara menyuap makanan tersebut dan tepat pada suapan ketiga seorang laki-laki tampan yang selama ini mengejar cintaku duduk dikursi tepat dihadapanku.

"Mas Galih, mas apa kabar," sapaku amat gugup.

"Kabarku kurang baik. Aku baru saja datang dari kota karena mendengar kabar tentang kamu yang akan menikah dengan pemuda dari kampung Padang Sawit," ucap mas Galih dengan muka datar.

"Kenapa kamu menerima dia menjadi suamimu Zahra sedangkan kamu tidak pernah mencintainya. Aku tahu kamu hanya mencintaiku iya kan, lebih baik kamu menikah denganku tidak perlu meminta restu orang tuamu," kata mas Galih berapi-api.

"Aku memang mencintamu mas Galih, tapi pantang bagiku menikah tanpa restu orang tuaku. Orang yang menyebabkan aku ada di dunia ini, orang yang sudah melahirkan dan membesarkanku. Aku dan kak Dewanta, diantara kami memang belum ada rasa cinta, tapi kami sama-sama mempunyai niat baik untuk berbakti kepada kedua orang tua demi untuk mencari ridho Allah SWT.

kami akan sama saling berjuang untuk saling mencintai, jadi berhentilah mengejarku. Kalau memang mas Galih benar-benar mencintaiku ikhlaskan aku menikah dengan laki-laki pilihan orang tuaku," ucapku mulai terisak.

"kalau memang itu kehendakmu, baiklah!!, semoga pernikahanmu bahagia walau belum ada cinta saat ini, aku pamit," mas Galih berlalu meninggalkanku.

"Mas Galih...mas...

Bagaimana kalau mas Galih makan dulu," aku berteriak memanggil mas Galih, namun mas Galih sudah keburu pergi.

Tiba-tiba

meoooong.....

meooopng....

Aku terkejut, seluruh nasi pesananku yang baru tiga suap aku makan ternyata telah habis tak tersisa. Kulihat disekitarku sepi tak ada pengunjung. Pandanganku beralih kemeja kasir, ternyata bu Narsih sedang mendengkur, dia tertidur. Sementara dikursi dekat etalase dimana ditempat berbagai menu jualan bu Narsih, suami bu Narsih tengah asik tertidur dengan air liur mengalir dibibirnya. Aku segera bangkit meletakkan uang seharga makanan yang kupesan dan dimakan kucing dimeja kasir, kemudian berlalu pergi meninggalkan warung bu Narsih

Episodes
1 Bab. 1. Air Mata Perpisahan
2 Bab. 2. Pertemuan Calon Mempelai Tanpa Cinta
3 Bab. 3. Kedatangan Galih
4 Bab. 4. persiapan Pernikahan
5 Bab. 5. Pernikahan
6 Bab. 6. Malam Pertama 1
7 Bab 7. Malam Pertama 2
8 Bab. 8. Berusaha Move on
9 Bab. 9. Mengejar Cinta
10 Bab. 10. Meracik Bahagia
11 Bab. 11. pernikahan Fira Dion
12 Bab. 12. Jarum Besar
13 Bab. 13. Pengakuan Santi
14 Bab. 14. Keputusan Terbaik.
15 Bab. 15. Pertemuan dengan Kiran
16 Bab. 16. Kepergian Abah Untuk Sementara
17 Bab. 17. Ternyata
18 Bab. 18. langkah Fira
19 Bab. 19. Ketemu Mantan
20 Bab. 20. Kecemburuan Fatimah.
21 Bab. 21. Reaksi Dewanta
22 Bab. 22. Meratapi
23 Bab. 23. Zahwa Hilang
24 Bab. 24 . Pencarian Zahwa
25 Bab. 25. Kecurigaan
26 Bab. 26. Berfikir
27 Bab. 27. Bertemu Seseorang
28 Bab. 28. Terpesona
29 Bab. 29. Ternyata
30 Bab. 30. Isi Hati
31 Bab. 31. Bercerita
32 Bab. 32. Menikmati keindahan
33 Bab. 33. Jadian
34 Bab. 34. Bertemu Bude
35 Bab. 35. Keluarga Harmonis.
36 Bab. 36. Mengakui Kesalahan.
37 Bab. 37. Bahagia
38 Bab. 38. Cemburu
39 Bab. 39. Suami Yunian
40 Bab. 40. Pulang
41 Bab. 41. Saling Memaafkan
42 Bab. 42. Kita Adalah Keluarga
43 Bab. 43. Lamaran
44 Bab. 44. kekhawatiran bu Dinda
45 Bab. 45. Sahabat Lama
46 Bab. 46. Pertemuan Dinda dan Tini
47 Bab. 47. Belut
48 Bab. 48. kemarahan Dinda
49 Bab, 49. Semua Lega.
50 Bab. 50. Bersyukur
51 Bab. 51. Salah paham
52 Bab. 52. Pulang kekota
53 Bab. 53. Ke Dokter Kandungan
54 Bab 54. Berkumpul
55 Bab. 55. Nasihat Pernikahan
56 Bab. 56. Hari Yang Ditunggu-tunggu
57 Bab. 57. Nasehat Dari Para Ahli
58 Bab. 58. Rutinitas Baru
59 Bab. 59. Wanita seksi
60 Bab. 60. Juita Ke Rumah
61 Bab. 61. Berbuat baikpun Harus Hati-Hati
62 Bab. 62. Isi Hati Pelakor
63 Bab 63. Di desa Mentereng
64 Bab. 64. Wanita di Resepsi Pernikahan
65 Bab. 65. Rencana Para Pelakor
66 Bab. 66. Profesi Baru
67 Bab. 67. Ke Kota
68 Bab.68. Kopi Susu
69 Bab. 69. Senjata Makan Tuan
70 Bab. 70. Biar Tau Rasa
71 Bab. 71. Meminta Maaf
72 Bab. 72. Menerima Nasihat
73 Bab. 73. Gagal Lagi
74 Bab. 74. shock
75 Bab. 75. Bahagia
76 Bab. 76. Melamar Kerja
77 Bab. 77. Jadi supir
78 Bab. 78. Bertemu Pujaan Hati
79 Bab. 79. Berkenalan Dengan Orangtua
80 Bab. 80. Reaksi Emak
81 Bab. 81. Mengungkapkan
82 Bab. 82. Garis Dua
83 Bab 83. Ingin Berubah
84 Bab. 84. perpisahan
85 Bab. 85. Mencoba Bersabar
86 Bab. 86. Dari Mana Asal Usulku
87 Bab. 87. Bertemu Kakek dan Nenek
88 Bab. 88. Meminta Maaf
89 Bab. 89. Memaafkan Itu Mudah
90 Bab. 90. Menapaki hari yang Indah
91 Bab. 91. Mencari Pekerjaan
92 Bab. 92. Syukuran tujuh bulanan
93 Bab. 93. Tidak Jadi Besan.
94 Bab. 94. Penyesalan
95 Bab. 95. Dirumah Besan
96 Bab. 96. Semuanya Berkumpul
97 Bab. 97. Puncak Acara.
98 Bab. 98. Keluarga Fira
99 Bab. 99. Mertua dan Menantu
100 Bab. 100. Undangan
101 Bab. 101. Menghadiri Pernikahan
102 Bab. 102. Rasa Bahagia
103 Bab. 103. Meminta maaf
104 Bab. 104. Malam Yang Berbeda
105 Bab. 105. Pagi Yang Indah
106 Bab. 106. Perselisihan
107 Bab.107. Bertengkar Hebat
108 Bab. 108. Keputusan
109 Bab. 109. Hunian Baru
110 Bab. 110. Curhat
111 Bab. 111. Menemui istriku
112 Bab. 112. Mendapat Banyak Nasihat
113 Bab. 113. Menikmati Hidup
114 Bab. 114. Berkunjung ke kota
115 Bab. 115. Menuju Rumah Fira
116 Bab. 116. Saling Memaafkan.
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab. 1. Air Mata Perpisahan
2
Bab. 2. Pertemuan Calon Mempelai Tanpa Cinta
3
Bab. 3. Kedatangan Galih
4
Bab. 4. persiapan Pernikahan
5
Bab. 5. Pernikahan
6
Bab. 6. Malam Pertama 1
7
Bab 7. Malam Pertama 2
8
Bab. 8. Berusaha Move on
9
Bab. 9. Mengejar Cinta
10
Bab. 10. Meracik Bahagia
11
Bab. 11. pernikahan Fira Dion
12
Bab. 12. Jarum Besar
13
Bab. 13. Pengakuan Santi
14
Bab. 14. Keputusan Terbaik.
15
Bab. 15. Pertemuan dengan Kiran
16
Bab. 16. Kepergian Abah Untuk Sementara
17
Bab. 17. Ternyata
18
Bab. 18. langkah Fira
19
Bab. 19. Ketemu Mantan
20
Bab. 20. Kecemburuan Fatimah.
21
Bab. 21. Reaksi Dewanta
22
Bab. 22. Meratapi
23
Bab. 23. Zahwa Hilang
24
Bab. 24 . Pencarian Zahwa
25
Bab. 25. Kecurigaan
26
Bab. 26. Berfikir
27
Bab. 27. Bertemu Seseorang
28
Bab. 28. Terpesona
29
Bab. 29. Ternyata
30
Bab. 30. Isi Hati
31
Bab. 31. Bercerita
32
Bab. 32. Menikmati keindahan
33
Bab. 33. Jadian
34
Bab. 34. Bertemu Bude
35
Bab. 35. Keluarga Harmonis.
36
Bab. 36. Mengakui Kesalahan.
37
Bab. 37. Bahagia
38
Bab. 38. Cemburu
39
Bab. 39. Suami Yunian
40
Bab. 40. Pulang
41
Bab. 41. Saling Memaafkan
42
Bab. 42. Kita Adalah Keluarga
43
Bab. 43. Lamaran
44
Bab. 44. kekhawatiran bu Dinda
45
Bab. 45. Sahabat Lama
46
Bab. 46. Pertemuan Dinda dan Tini
47
Bab. 47. Belut
48
Bab. 48. kemarahan Dinda
49
Bab, 49. Semua Lega.
50
Bab. 50. Bersyukur
51
Bab. 51. Salah paham
52
Bab. 52. Pulang kekota
53
Bab. 53. Ke Dokter Kandungan
54
Bab 54. Berkumpul
55
Bab. 55. Nasihat Pernikahan
56
Bab. 56. Hari Yang Ditunggu-tunggu
57
Bab. 57. Nasehat Dari Para Ahli
58
Bab. 58. Rutinitas Baru
59
Bab. 59. Wanita seksi
60
Bab. 60. Juita Ke Rumah
61
Bab. 61. Berbuat baikpun Harus Hati-Hati
62
Bab. 62. Isi Hati Pelakor
63
Bab 63. Di desa Mentereng
64
Bab. 64. Wanita di Resepsi Pernikahan
65
Bab. 65. Rencana Para Pelakor
66
Bab. 66. Profesi Baru
67
Bab. 67. Ke Kota
68
Bab.68. Kopi Susu
69
Bab. 69. Senjata Makan Tuan
70
Bab. 70. Biar Tau Rasa
71
Bab. 71. Meminta Maaf
72
Bab. 72. Menerima Nasihat
73
Bab. 73. Gagal Lagi
74
Bab. 74. shock
75
Bab. 75. Bahagia
76
Bab. 76. Melamar Kerja
77
Bab. 77. Jadi supir
78
Bab. 78. Bertemu Pujaan Hati
79
Bab. 79. Berkenalan Dengan Orangtua
80
Bab. 80. Reaksi Emak
81
Bab. 81. Mengungkapkan
82
Bab. 82. Garis Dua
83
Bab 83. Ingin Berubah
84
Bab. 84. perpisahan
85
Bab. 85. Mencoba Bersabar
86
Bab. 86. Dari Mana Asal Usulku
87
Bab. 87. Bertemu Kakek dan Nenek
88
Bab. 88. Meminta Maaf
89
Bab. 89. Memaafkan Itu Mudah
90
Bab. 90. Menapaki hari yang Indah
91
Bab. 91. Mencari Pekerjaan
92
Bab. 92. Syukuran tujuh bulanan
93
Bab. 93. Tidak Jadi Besan.
94
Bab. 94. Penyesalan
95
Bab. 95. Dirumah Besan
96
Bab. 96. Semuanya Berkumpul
97
Bab. 97. Puncak Acara.
98
Bab. 98. Keluarga Fira
99
Bab. 99. Mertua dan Menantu
100
Bab. 100. Undangan
101
Bab. 101. Menghadiri Pernikahan
102
Bab. 102. Rasa Bahagia
103
Bab. 103. Meminta maaf
104
Bab. 104. Malam Yang Berbeda
105
Bab. 105. Pagi Yang Indah
106
Bab. 106. Perselisihan
107
Bab.107. Bertengkar Hebat
108
Bab. 108. Keputusan
109
Bab. 109. Hunian Baru
110
Bab. 110. Curhat
111
Bab. 111. Menemui istriku
112
Bab. 112. Mendapat Banyak Nasihat
113
Bab. 113. Menikmati Hidup
114
Bab. 114. Berkunjung ke kota
115
Bab. 115. Menuju Rumah Fira
116
Bab. 116. Saling Memaafkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!