Aku Bukan Jembatanmu

Aku Bukan Jembatanmu

Bab 1

Brukk....

"Ini dia orangnya,Tuan. Kami berhasil menangkapnya saat ia mencoba kabur di Bandara tadi."

Seorang pria dengan kondisi kedua mata tertutup oleh kain hitam serta kedua tangan terikat kebelakang tengah mengerang kesakitan setelah tubuhnya dilempar keatas lantai. Sekujur tubuhnya terlihat penuh luka dan lebam setelah dipukuli habis-habisan oleh lima orang berbadan kekar yang membawanya tadi. Mulutnya yang tertutup oleh lakban membuat suaranya tenggelam di tenggorokan. Bahkan pakaian yang dikenakannya pun sudah tak berbentuk.

Pria itu adalah Aaron. Dia dibawa paksa oleh kelima orang yang memukulinya tadi saat hendak pergi ke bandara. Dan kini ia tak tahu dimana dirinya dibawa.

"Bagus! sekarang buka penutup kepalanya. Saya ingin tahu, dia mau mencari alasan apa lagi sekarang!" ucap pria yang dipanggil dengan sebutan tuan oleh kelima orang tadi.

Duduk diatas kursi di hadapan Aaron dengan posisi kaki saling menumpuk satu sama lain. Sesekali terlihat menghisap sebatang rokok yang dipegangnya. Wajahnya terlihat dingin dengan senyum bengis terukir dibibir. Dia adalah Albert, pemilik raksasa bisnis di kota ini.

Seorang pria suruhannya maju ke depan dan membuka penutup kepala Aaron beserta lakban yang menutupi mulutnya dengan kasar.

"Hoah, siapa kalian? Kenapa kalian membawaku kesini?" teriak Aaron begitu mulutnya terbuka. Disisirnya satu persatu orang yang berada di ruangan tersebut. Namun minimnya cahaya disana membuatnya tak bisa melihat wajah mereka dengan jelas. Apalagi tadi matanya di tutup dalam waktu yang lama.

Albert menurunkan kaki dan mendekatkan wajah ke arah Aaron. Ia menghembuskan asap rokok yang dihisapnya ke wajah Aaron hingga membuatnya terbatuk-batuk sebelum mulai bicara. "Apa kau tak bisa mengenali wajahku lagi? Atau kau memang pura-pura tak mengingatnya?" ucapnya dingin.

Mata Aaron terbelalak lebar begitu melihat dengan jelas wajah dari pemilik suara tersebut. Mengertilah kini dalang dibalik penculikannya tadi. Seketika itu tubuhnya bergetar hebat karena rasa takut. "Tu....tuan Albert" ucapnya terbata.

"Ya, saya Albert. The most and one only. Kau kira bisa lari dariku setelah membawa kabur uangku. Cuih, jangan mimpi!" ucapnya sinis lalu meludah ke samping.

Seketika itu Aaron langsung bersujud di kaki Albert memohon pengampunan atas nyawanya. "Maafkan saya, tuan! Jangan habisi nyawa saya. Tolong beri saya satu kesempatan lagi. Saya janji, akan segera mengembalikan uang tuan."

Albert mensejajarkan diri dengan Aaron. Jari telunjuknya mengangkat dagu Aaron keatas. Senyum sinis tersungging di wajah mendengar permintaannya. "Aku sudah memberimu kesempatan untuk mengembalikan uangku, tapi kau malah mencoba untuk melarikan diri. Dan sekarang, kau ingin aku memberimu satu kesempatan lagi?"

Aaron tertunduk takut, tak berani menatap wajah Albert. "Saya mohon, tuan, satu kali kesempatan lagi. Saya akan melakukan apapun yang tuan perintahkan asal tuan tidak menghabisi nyawa saya."

"Apa saja?" tanya Albert memastikan. Sebelah mata memicing keatas.

"Ya, tuan. Apa saja!" jawabnya memastikan.

"Apa kau yakin?" kembali Albert meminta penegasan.

"Sangat yakin!." Aaron mengangguk penuh pasti. Terserah nanti Albert mau melakukan apa, yang penting sekarang ia tak kehilangan nyawa.

"Baiklah kalau begitu!" ucap Albert. Bangkit berdiri dan mengitari tubuh Aaron. Di bibirnya tersungging senyuman licik. "Aku akan membebaskanmu tapi dengan satu syarat."

"Apa itu, tuan?" tanya Aaron. Wajahnya berseri penuh harapan saat mendengar Albert akan melepaskannya.

"Aku dengar istrimu masih muda dan sangat cantik. Aku ingin kau memberikan istrimu itu padaku, dan aku akan menganggap semua hutangmu lunas."

Jlebb....

Aaron serasa di tikam oleh ribuan pisau tajam. Tak mengira bahwa Albert akan meminta istrinya sebagai jaminan. "I...itu tidak mungkin, tuan. Mana mungkin saya memberikan istri saya sendiri pada anda" ucapnya.

"Bukankah tadi kau sangat yakin akan melakukan apapun yang aku perintahkan?" tanya Albert cepat, mengingatkan Aaron akan ucapannya sendiri tadi. Berbalik lalu menatap tajam Aaron.

"I...iya, tuan, itu memang benar. Tapi bukan ini maksud saya tadi. Saya rela melakukan apa saja yang tuan minta tapi bukan dengan menyerahkan istri saya."

"Jadi kau tak mau menuruti perintahku?" berang Albert marah.

Melihat kemarahan Albert, Aaron semakin gemetar ketakutan. "Saya mohon, tuan, minta lah hal lain. Jangan meminta saya menyerahkan istri saya sendiri. Itu halnyang mustahil saya lakukan karena saya sangat mencintainya."

"Mmh, begitu rupanya. Kalau begitu, bagaimana kalau saya memberimu sebuah penawaran yang sangat menarik?."

Wajah Aaron kembali mendongak. Matanya menatap Albert dengan penuh kebingungan. "Maksud tuan?."

Albert tersenyum tipis. "Saya akan memberikan satu perusahaanku padamu dan juga menganggap semua hutangmu lunas jika kau bersedia menyerahkan istrimu padaku. Kau bebas memilih manapun dari perusahaanku yang kau suka."

Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan dan amat sayang untuk di lewatkan. Namun Aaron tetap kukuh menolak tawaran itu karena begitu besarnya rasa cintanya pada sang istri. "Maafkan saya, tuan! tapi saya tidak bisa menyerahkan istri saya pada anda," ucapnya lirih sambil menundukkan kepala.

"Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan," ucap Albert tersenyum tipis. Duduk kembali di atas kursinya tadi dan menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Kedua tangan terlipat di depan dada dengan kedua kaki saling menumpuk satu sama lain.

"Saya akan memberikanmu waktu untuk memikirkan tawaranku tadi. Dan jika kau berubah pikiran, maka kau tahu harus menghubungiku di mana."

Aaron diam, tak menolak atau mengiyakan tawaran Albert.

Albert beralih menatap orang suruhannya. "Lepaskan semua ikatan di tubuhnya dan berikan dia pakaian baru. Setelah itu biarkan dia bebas."

Seorang mengangguk lalu melepas semua ikatan di tubuh Aaron. Tak lupa ia berikan pula satu stel pakaian baru.

Aaron menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku akibat terlalu lama terikat. Kemudian ia bergegas mengganti pakaiannya.

"Sekarang kau boleh pulang. Tapi ingat, jangan coba-coba untuk lari atau bersembunyi. Saya akan selalu mengawasimu dan mencarimu sampai ketemu," ucap Albert kembali dengan sikap dinginnya tadi.

Aaron mengangguk pelan. "Baik, tuan, saya mengerti! Saya janji tidak akan kabur lagi."

"Mmh, bagus! Sekarang pergilah!" mengibaskan tangan menyuruh Aaron pergi.

"Alex, antarkan dia pulang ke rumahnya."

Pria bernama Alex mengangguk. "Baik, tuan!."

Dengan mengendarai sebuah mobil semi jeep, Alex membawa Aaron pulang. Namun ia tak mengantarkannya sampai dirumah seperti perintah Albert tadi dan malah menurunkannya di pinggir jalan. "Heh, turun sekarang! Cari saja jalan pulang sendiri," ucapnya kasar. ditariknya tubuh Aaron dengan kasar hingga ia jatuh terjerembab ke tanah.

Aaron menoleh sekikas, tak membuang-buang kesempatan itu dan langsung bangkit berdiri lalu bergegas lari menjauh dari mobil jeep itu.

Dengan langkah tertatih-tatih akibat luka di sekujur tubuh, Aaron kembali pulang kerumah menemui sang istri tercinta.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Mampir ya akak...
sudah di favorit...
semangatt💪🤗

2022-12-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!