Bab 4

Semakin hari Aaron semakin pusing lantaran makin banyak orang yang menagih hutang padanya. Sementara usaha yang digelutinya sekarang tak menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan.

Beberapa diantara orang yang dihutanginya itu bahkan mengancam akan melaporkannya ke polisi jika ia tak segera membayar. Sementara ia sendiri tak tahu lagi harus berbuat apa untuk melunasi semua hutang-hutangnya tersebut. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya pasrah andai hal itu memang harus terjadi.

Di tengah-tengah kebingungan, tiba-tiba ia teringat akan tawaran Albert tempo hari yang menjanjikan akan menganggap lunas semua hutangnya serta memberinya satu perusahaan miliknya sesuai dengan yang ia inginkan andai ia mau memberikan Nayyara padanya.

Terbersit niat jahat dalam hatinya untuk mengambil jalan pintas dengan menerima tawaran yang sangat menggiurkan tersebut agar semua masalah yang membelitnya segera teratasi. Namun hati kecinya mengingatkan akan kebaikan hati sang istri kepadanya selama ini. Hingga akhirnya ia pun segera menepis pikiran jahat yang sempat singgah di hatinya tadi.

Namun ternyata setan tak berhenti sampai disitu, melihat mangsa mulai jatuh dalam perangkapnya, ia terus meracuni pikiran Aaron dengan membisikkan hal-hal yang mungkin terjadi andai ia tak segera melunasi hutangnya. Serta membisikkan apa saja yang akan ia dapatkan andai mau menerima tawaran tersebut.

Timbul pertentangan dalam batinnya antara menerima tawaran tersebut atau menolaknya. Namun ternyata setan lebih dominan ketimbang malaikat baik di hatinya dalam menguasai pikirannya. Hingga akhirnya ia menerima tawaran tersebut.

Aaron pun mengambil ponsel diatas nakas dan segera menghubungi nomor Albert untuk mengatakan kesediaannya. "Halo, tuan Albert. Apa kita bisa bertemu sekarang? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan anda" ucapnya saat panggilan sudah tersambung.

Terdengar suara dari seberang yang bisa dipastikan bahwa itu adalah Albert. Mengatakan bahwa menerima ajakannya itu serta menyebutkan tempat pertemuan. Aaron mengangguk setuju dan mematikan ponselnya kembali. Tanpa membuang waktu, ia segera meluncur ke tempat yang disepakati tadi.

Setibanya di alamat yang di sebutkan, suasana sekitar nampak begitu sunyi. Ia pun segera masuk ke dalam karena tahu Albert pasti sudah ada di dalamenunggunya.

Selangkah demi selangkah mendekati bangunan. Aaron ingat betul tempat apa ini. Ini adalah tempat dimana ia dibawa oleh orang suruhan Albert setelah dipukuli habis-habisan beberapa waktu lalu.

Tak berselang lama ia pun tiba di ruangan gelap itu. Nampak di depannya Albert tengah duduk menunggu di atas kursi kebesarannya dengan angkuhnya. Wajahnya terlihat sangat dingin dan tanpa ekspresi. Di tangannya ada sebatang rokok yang masih menyala.

Tap tap tap....

Suara hentakan pentofel menggema di udara seiring dengan langkahnya yang semakin mendekat.

"Maaf, tuan, mangsa sudah datang," ucap salah seorang bawahannya membuyarkannya dari asyiknya menghisap puntung rokok saat melihat Aaron datang mendekat.

Sontak Albert mematikan rokok yang dihisapnya tadi lalu berdiri menyambut kedatangan Aaron. "Selamat datang kembali ke ruang rahasiaku, Aaron. Bagaimana, apa sekarang kau mau menerima tawaranku kemarin?" tanyanya dingin.

Aaron terlihat sedikit takut melihat ekspresi sang bos besar tersebut. Namun mengingat akan tujuannya kesini, ia pun memberanikan diri.

"Maaf, tuan, sebelumnya saya mau tanya, apakah tuan benar-benar akan menganggap lunas semua hutang-hutang saya, serta memberikan salah satu perusahaan anda pada saya andai saya bersedia menyerahkan istri saya?."

"Apa kau meragukan kata-kataku kemarin?" tanya balik Albert. Wajahnya terlihat tak suka mendengar kebenaran kata-katanya dipertanyakan oleh orang yang dianggapnya sebagai sampah yang patut untuk dibuang.

Aaron kembali menunduk takut. "Maafkan saya, tuan. Saya tak bermaksud meragukan anda. Saya hanya ingin memastikannya saja."

"Itu artinya sama saja bahwa kau telah meragukan kata-kataku, bodoh!" umpat Albert marah. "Sudahlah, sekarang katakan apa keputusanmu! Kalau kau kesini hanya untuk membuang-buang waktuku, maka aku akan menghabisimu sekarang."

Aaron gemetar ketakutan mendengar ancaman Albert. "Maafkan saya, tuan. saya kesini karena sekarang saya sudah mengambil keputusan dengan bersedia menerima tawaran dari anda kemarin."

Mata Albert terlihat berbinar bahagia. "Bagus! Sebuah keputusan yang sangat tepat," ucapnya. Sudut bibirnya tertarik kesamping membentuk senyuman licik.

Aaron terlihat lega melihat hal itu. Namun kemudian timbul pertanyaan besar di benaknya. "Tapi bagaimana cara untuk membawa Nayyara kesini, tuan?" tanyanya.

"Jadi istrimu itu bernama Nayyara?" tanya Albert yang kemudian dijawab dengan sebuah anggukan oleh Aaron. "Sebuah nama yang sangat cantik, sesuai dengan orangnya. Saya sangat suka."

"Mmh maaf, tuan, pertanyaan saya tadi belum di jawab," ucap Aaron kembali mengingatkan Albert pada pembicaraan semula.

"Oh ya maaf, lupa! Sekarang coba kau katakan lagi pertanyaanmu tadi." Albert kembali menghempaskan tubuh diatas kursi kebesarannya lalu menyilangkan kedua kaki dengan angkuhnya.

Kembali Aaron mengatakan pertanyaannya tadi. "Maaf, tuan, tadi saya bertanya bagaimana cara kita untuk membawa Nayyara kehadapan tuan? Karena saya sangat yakin dia pasti tidak akan mau."

"Kau ini bodoh atau dungu," umpat Albert emosi. Sontak berdiri dari kursinya saking emosinya. Kedua alis terlihat saling bertaut. "Tentu saja ia tak kan mau melakukannya dengan suka rela."

Aaron gemetar ketakutan dengan kepala tertunduk. "Ma...maafkan saya, tuan."

Albert menghela nafas berat melihat kebodohan orang di hadapannya. "Selain lelaki yang tak berguna, ternyata kau sangat bodoh juga.

"Tapi tenang saja. Aku punya rencana bagus untuk membawa Nayyara ke sini." Senyum licik tersungging di bibirnya.

"Maksud tuan?" tanya Aaron tak mengerti.

"Besok malam aku akan mengadakan pesta besar di sebuah hotel milikku untuk merayakan hari ulangtahunku. Datanglah kesana bersama dengan istrimu. Aku yakin dia tidak akan curiga. Setelah itu, aku akan mengurus sisanya."

Aaron manggut-manggut paham. "Baik, tuan, besok saya akan membawa istri saya ke pesta anda."

"Bagus!" ucap Albert puas. Namun kemudian ia teringat akan sesuatu. "Oh ya satu lagi, aku ingin besok malam istrimu berdandan dengan sangat cantik. Aku ingin dia tampil spesial. Kalau perlu, suruh dia melakukan perawatan tubuh dulu, biar nanti aku yang membayar tagihannya."

"Besok pagi aku akan mengirimkan gaun khusus yang harus ia kenakan untuk ke pesta ke rumahmu."

Kembali Aaron menganggukkan kepala. "Baik, tuan, saya mengerti. Saya akan melakukan semua sesuai dengan yang anda perintahkan."

"Bagus! Sekarang kau boleh pergi" ucapnya sambil mengibaskan tangan menyuruh untuk pergi.

Aaron mengangguk, lalu berlalu meninggalkan tempat itu.

Sepeninggal Aaron, Albert menyunggingkan senyum culas. "Dasar laki-laki bodoh! Bisa-bisanya menyerahkan istrinya sendiri demi sebuah harta."

"Tapi tidak apa. Justru aku senang melihatnya. Itu artinya semua rencanaku selama ini berjalan dengan baik. Karena sebenarnya, ini memang adalah perangkapku untuk merebut istrinya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!