Pagi itu, saat Aaron baru membuka pintu untuk pertama kali, ia benar-benar menemukan sebuah kotak berisikan gaun pesta yang sangat cantik di halaman depan rumahnya. Di dalamnya juga terdapat beberapa perhiasan pelengkap yang sesuai dengan gaun tersebut serta secarik kertas bertuliskan alamat sebuah salon kecantikan yang cukup ternama di kota ini.
Aaron pun mengambil kotak tersebut dan segera membawanya ke dalam. Namun begitu ia masuk, ponselnya berdering dengan nama Albert teetera di layarnya. Ia pun langsung memencet tombol hijau untuk menerima panggilan itu. "Iya, tuan," ucapnya.
"Apa kau sudah menerima paket dariku?," tanya suara di seberang.
"Sudah, tuan. Ini barangnya ada di tangan saya."
"Bagus! Sekarang bawa Nayyara ke salon yang tertera di kertas tadi. Aku sudah memboking seluruh tempat itu hari ini hanya untuknya."
"Baik, tuan. Akan segera saya lakukan." Dan sambungan telepon pun terputus.
"Siapa barusan yang telepon, Mas?."
Aaron sangat terkejut mendengar suara itu. Sontak ia memutar tubuh untuk melihat siapa yang bertanya. " Na....Nayyara," ucapnya gugup. Tak menyangka bahwa istrinya telah berada di belakangnya. "Aduh, bagaimana ini? Apa Nayyara mendengar semua pembicaraanku tadi di telepon?" gumamnya dalam hati ketakutan.
Melihat suaminya yang mendadak menjadi gugup setelah mengetahui bahwa dirinyalah yang bertanya, Nayyara langsung curiga. "Ada apa, Mas? Kenapa kamu kelihatan ketakutan begitu?" tanyanya dengan kedua alis mata saling bertaut.
"Ti....tidak, aku hanya terkejut melihatmu tiba-tiba ada di belakangku," jawabnya berbohong. "Mmh... tadi kamu mendengar pembicaraanku di telepon, nggak?" kembali bertanya dwngan sedikit takut.
"Enggak! Makanya tadi aku nanya, siapa yang menelponmu pagi-pagi begini?."
Aaron bernafas lega mendengar pengakuan istrinya bahwa ia tak mendengar pembicaraannya tadi.
"Kenapa sekarang malah bengong, mas?" ucap Nayyara kembali sambil menggoyang-goyangkan telapak tangan di depan wajah suaminya.
Aaron tersentak, kembali tersadar dari lamunan. "Nggak, tadi aku sedang mikirin sesuatu," jawabnya."
"Mikirin apa?" tanya Nayyara kembali.
"Bukan apa-apa. Bukan sesuatu yang penting juga kok!."
"Oh gitu!," Nayyara manggut-manggut mendengar jawaban suaminya. "Tapi ngomong-ngomong kamu belum menjawab pertanyaanku tadi lho, Mas."
Nayyara yang memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi, kembali meminta jawaban pada suaminya atas pertanyaannya tadi. Sementara Aaron yang memang sengaja menghindar dari pertanyaan istrinya pun pura-pura lupa dengan pertanyaannya itu. "Pertanyaan yang mana ya? Kok aku nggak ingat."
"Ish, kok malah nggak ingat sih?" cebik Nayyara kesal. "Tadi tuh aku nanya, siapa yang nelpon kamu pagi-pagi?."
Aaron manggut-manggut berpura-pura ingat dengan pertanyaan istrinya tadi. "Oh itu, cuma rekan bisnis aja yang nawarin kerja sama," jawabnya sedikit berbohong.
Nayyara manggut-manggut, percaya begitu saja dengan jawaban suaminya. Tapi kemudian pandangannya tertuju pada kotak besar yang di bawa suaminya. "Kotak apa itu, Mas yang kamu bawa?" tanyanya.
Aaron menepuk jidatnya sendiri. "Ya ampun sampai lupa. Ini aku belikan kamu gaun baru. Nanti malam aku mau mengajakmu ke sebuah pesta di hotel untuk menghadiri pesta ulangtahun rekan bisnisku. Makanya aku sengaja membelikan gaun ini untukmu," ujarnya sambil menyodorkan kotak itu pada istrinya.
Nayyara menerima kotak tersebut sambil tertawa kecil. "Aku rasa belakangan ini kamu jadi sering lupa ya," ucapnya. Lalu ia pun membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya.
"Wah, bagus sekali gaunnya, Mas," ucapnya penuh dengan kekaguman.
"Apa kamu suka?."
"Suka banget, Mas!" ucapnya tersenyum lebar. "Ini beneran buat aku kan?." Nayyara langsung mencoba gaun itu dengan cara menempelkannya di tubuhnya.
"Tentu saja buat kamu. Memangnya buat siapa lagi." Melihat senyum di wajah sang istri, Aaron pun ikut senang. "Kalau gitu ntar malem di pakai ya!."
Mendengar ucapan sang suami, mendadak wajah Nayyara berubah sendu. "Maaf, Mas, tapi ntar malem aku nggak bisa menemanimu ke pesta."
Mendengar ucapan istrinya, Aaron sangat terkejut. "Lho, emangnya kenapa? Apa gaunnya kurang bagus?."
"Bu...bukan begitu, Mas" jawab Nayyara cepat, menepis anggapan suaminya.
"Kalau begitu kenapa?" tanya Aaron kembali. Ia takut semua rencananya gagal jika Nayyara benar-benar tak ikut.
Nayyara menundukkan kepala. "Sebenarnya nanti malam aku ada pertunjukan tari. Aku juga sudah memberitahukan hal ini jauh-jauh hari padamu. Apa kamu nggak ingat?."
Aaron tersentak mendengar jawaban istrinya. Ia baru ingat jika Nayyara memang sudah memberikahukan hal itu padanya.
Beberapa bulan terakhir Nayyara mengikuti kelas seni tari, sebab menari adalah hobinya. Dan malam nanti adalah pertunjukan perdananya.
Aaron menghela nafas berat. "Maaf, Nay, aku lupa. Tapi aku mohon, kau mau menemaniku nanti malam. Pertemuan nanti itu sangat berarti bagiku."
"Pertunjukanku nanti malam juga sangat penting bagiku, Mas," sentak Nayyara emosional. "Kau bahkan sudah berjanji akan menemaniku disana."
Aaron. terdiam mendengar ucapan istrinya. Sejenak berpikir bagaimana cara untuk membujuk istrinya agar bersedia untuk ikut.
"Tapi nanti malam memang benar-benar malam yang sangat penting bagiku, Nay. Pertemuan nanti bukan hanya sebuah pesta biasa. karena saat pertemuan nanti, semua kerja kerasku selama ini akan di pertaruhkan. Tidak bisakah kau sedikit berkorban untuk kemajuan karirku?," ucapnya lirih, matanya menatap Nayyara sendu.
Melihat kesedihan di mata sang suami, hati Nayyara pun iba. "Baiklah, Mas. Aku akan menemanimu pergi ke pesta nanti malam."
Mendadak wajah Aaron berubah ceria seketika begitu mendengar persetujuan dari istrinya. "Apa kau yakin dengan keputusanmu tadi?" tanyanya memastikan.
"Iya, Mas, aku yakin!" jawab Nayyara sambil menganggukkan kepala.
Sebuah keputusan yang sangat sulit. Sebab itu artinya ia harus mengubur impiannya selama ini. Namun semua itu ia lakukan demi menunjang karir sang suami.
Sontak Aaron memeluk istrinya dan menghujaninya dengan kecupan bertubi-tubi. "Terimakasih banyak, Nay, kau memang istri yang sangat pengertian. "
"Sekarang kamu cepat bersiap ya!" ucapnya kemudian setelah mengurai pelukan.
Nayyara mengernyitkan dahi bingung. "Siap-siap? Sekarang? Apa tidak kecepetan, Mas? Bukankah pestanya masih ntar malem?."
Aaron tersenyum melihat istrinya yang memberondongnya dengan banyak pertanyaan. "Sebab sekarang kita akan pergi ke salon kecantikan agar kau bisa melakukan perawatan wajah dan tubuh sebelum kita pergi ke pesta. Aku ingin nanti malam kau tampil memukau dan menjadi pusat perhatian."
"Nggak ah, Mas, Aku malu," tolak Nayyara.
"Kenapa harus malu? Kau itu sangat cantik. Aku ingin menunjukkan pada semua orang bahwa aku adalah lelaki yang paling beruntung karena telah berhasil memilikimu. Apa kau tidak ingin orang-orang mengenalmu sebagai istriku?."
Nayyara kembali menghela nafas berat. Dan meski sedikit ragu, namun akhirnya ia setuju. "Baiklah, Mas, aku mau!."
Aaron Semakin bahagia melihat istrinya menuruti keinginanya. "Makasih banyak, Nay. Aku mencintaimu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments