Sejak sore hati Nayyara merasa tak tenang. Hatinya diliputi oleh perasaan was-was, seakan terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya.
Insting seorang istri memang sangat kuat. Mereka bisa merasakan apa yang terjadi pada suaminya walau ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Berulangkali ia mencoba menghubungi suaminya, namun panggilannya selalu berakhir dengan tak diangkat. Bahkan saat terakhir kali mencoba, ponsel suaminya sudah tak aktif lagi.
"Ya Allah, Mas, kamu lagi ada dimana sih? Kenapa kamu susah sekali untuk dihubungi?" gumamnya dengan wajah penuh keresahan.
Nayyara berjalan mondar-mandir seperti setrikaan menanti kepulangan suaminya. Namun hingga tengah malam, suaminya itu belum juga tiba hingga membuat hati Nayyara semakin resah tak karuan.
"Kenapa kamu belum juga pulang sih, Mas? Memangnya kamu lagi ngapain?."
Lelah berjalan Nayyara memutuskan untuk duduk menunggu di atas kursi di ruang tamu. Hingga kemudian serangan kantuk datang dan tanpa sadar matanya sudah terpejam lantaran lama menunggu.
Belum juga lama Nayyara memejamkan mata, ia sudah dikejutkan oleh suara ketukan pintu. Ia tergeragap, menguap lebar dan mengusap wajah yang masih setengah mengantuk. "Ini udah jam berapa, ya?" tanyanya bermonolog sambil melihat kerah jam di dinding.
Terlihat arah jarum jam menunjuk ke angka lima. Ia pun terkejut sstengah mati. "Astaga, ternyata hari sudah pagi."
Kembali terdengar suara pintu di ketuk. Nayyara pun bangkit dan segera membuka pintu untuk mengetahui siapa yang datang.
Cekrek.....
Kriet.....
Begitu pintu terbuka, tubuh Aaron ambruk seketika menimpa Nayyara karena kakinya tak sanggup lagi untuk berdiri. Sontak Nayyara pun memegangi tubuh suaminya agar tak jatuh ke tanah.
"Astaga, Mas Aaron! Kau kenapa?" tanya Nayyara terkejut. Semakin terkejut lagi saat melihat sekujur tubuh suaminya dipenuhi oleh luka dan lebam.
Aaron tak menjawab pertanyaan istrinya dan hanya berucap lirih meminta tolong. "Tolong bantu aku masuk kedalam, Nay."
"Baik, Mas!" Tanpa banyak tanya, Nayyara membantu memapah tubuh tinggi tegap suaminya dan mendudukkannya di atas kursi di ruang tamu.
"Tunggu disini sebentar, Mas. Biar aku ambil kotak obat dan air bersih untuk bersihkan luka-lukamu."
Tanpa menunggu persetujuan dari suaminya, ia pun berlalu menuju dapur untuk mengambil kotak obat dan baskom berisi air bersih untuk membersihkan luka-luka suaminya lalu menghampirinya kembali.
"Tolong buka pakaianmu, Mas. Biar aku bisa membersihkan tubuhmu," ucapnya sambil berjongkok di depan suaminya.
Aaron segera melepas pakaiannya dan membiarkan istrinya membersihkan luka-lukanya.
Nayyara mencelupkan kain bersih ke dalam baskom yang dibawanya tadi lalu mulai membersihkan luka di tubuh suaminya.
"Argk... " erang Aaron kesakitan saat secara tak sengaja tangan Nayyara menyentuh bagian kulitnya yang terkelupas.
Sontak Nayyara mengangkat tangannya kembali. "Sakit ya? Maaf ya, Mas, aku tak sengaja. Aku akan lebih berhati-hati lagi" raut wajahnya terlihat sangat bersalah hingga membuat Aaron tak tega melihatnya. "Tidak apa. Tadi hanya perih sedikit."
Nayyara kembali membersihkan bagian tubuh suaminya yang lain namun kali ini lebih lembut dan berhati-hati.
Usai membersihkan tubuh, ia membalurkan obat di atas luka dan menutupnya dengan plester. "Udah, Mas. Sudah selesai. Sekarang katakan padaku, kenapa tubuhmu bisa penuh luka begini? Dan kenapa kau baru pulang sekarang."
"Tidak apa. Tidak ada yang perlu di khawatirkan" jawab Aaron datar.
"Gimana aku nggak khawatir? Kau pulang dalam keadaan penuh luka begini" ucap Nayyara dengan nada meninggi. "Kau tahu, semalaman aku tak bisa tidur karena mengkhawatirkanmu."
"Sudahlah, Nay, tidak perlu di besar-besarkan. Yang penting sekarang aku sudah pulang kan."
"Aku tidak bermaksud membesar-besarkan, Mas, hanya saja.....ah sudahlah. Sekarang katakan, kenapa ponselmu tidak bisa aku hubungi?."
"Aku sibuk, dan ponselku mati."
"Kau pasti bohong. Selama ini kau tak pernah mengabaikan panggilanku seperti ini." Nayyara tak percaya dengan alasan yang dikatakan suaminya karena ia tahu betul bagaiamana karakter suaminya itu. Sesibuk apapun, ia tak pernah mengabaikan panggilan darinya.
"Bukankah sudah aku bilang, aku sibuk! Kenapa kau masih tak mau mengerti?" bentak Aaron keras. Tubuhnya langsung bangkit karena luapan emosi.
Nayyara terperangah melihat kemarahan suaminya. Mulutnya menganga lebar, tak menyangka bahwa Aaron akan semarah itu hanya sebuah pertanyaan sederhana. Dan bila diingat kembali, ini adalah kali pertama Aaron membentaknya. "Ka....kau membentakku?" ucapnya terbata.
Aaron tersadar dengan kesalahan yang telah diperbuatnya. Ia langsung meredam emosinya kembali dan langsung meminta maaf pada istrinya. "Maafkan aku, Nay. Aku tidak bermaksud untuk membentakmu. Hanya saja kepalaku agak pusing karena lagi banyak masalah."
Nayyara menundukkan kepala. "Tidak, Mas. Harusnya aku yang meminta maaf karena memberondongmu dengan banyak pertanyaan. Aku memang bukan seorang istri yang baik. Kau pantas untuk memarahiku," ucapnya lirih, air mata terlihat merebak di kedua kelopak mata.
Melihat air mata di mata istrinya, Aaron semakin merasa bersalah. "Tidak, Nay, akulah yang salah. Kau bertanya karena mengkhawatirkanku, tapi aku malah membentakmu dengan sangat keras. Maaf karena sudah membuatmu khawatir. Dan maafkan aku juga karena sudah membentakmu tadi."
Nayyara menghambur kedalam pelukan suaminya. Air matanya tumpah ruah membasahi dada bidang suaminya. "Tolong jangan bersuara keras padaku lagi, Mas. A....aku tidak bisa...." ucapnya terbata-bata.
Aaron menghela nafas berat. Di dekapnya tubuh ringkih sang istri erat. Lalu ia membelai surai panjang yang menghiasi kepalanya. "Maafkan aku! Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
Untuk sesaat Aaron gelap mata dan melampiaskan kemarahan pada sang istri tercinta. Tapi sebenarnya ia bukan seorang lelaki yang kasar. Ia hanya tak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan semua permasalahan yang membelitnya saat ini, dan kebetulan saat itu Nayyara terus memberondongnya dengan berbagai macam pertanyaan.
Semua ini bermula sejak kejadian beberapa bulan lalu. Saat itu usahanya yang baru saja berkembang harus mengalami banyak kerugian lantaran ada orang yang dengan sengaja mensabotase produk usahanya itu hingga membuatnya terpaksa harus mencari pinjaman untuk menutupi semua kerugian itu.
Saat itulah Albert datang bak dewa penolong dan menawarinya pinjaman dalam jumlah yang cukup besar. Dan tanpa berpikir panjang, ia menerima tawaran itu tanpa tahu apa yang akan terjadi nantinya.
Kini ia bingung harus bagaimana untuk mengembalikan uang Albert lagi. Karena saat ini ia tak memiliki uang sepeserpun untuk di berikan.
Aaron sengaja menyembunyikan semua masalah yang menimpanya dari Nayyara. Ia tak ingin wanita yang dinikahinya setahun yang lalu itu menjadi khawatir.
Aaron menghela nafas berat. Dalam hati ia berkata, "Maafkan aku, Nay, terpaksa harus membohongimu seperti ini. Tapi bagaimana mungkin aku bisa memberitahumu semua masalah yang menimpaku. Apalagi memberitahukan kalau aku harus menyerahkanmu pada tuan Albert sebagai jaminan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Syabil_aw
Bun, aku mampir lagi. semangat terus bun!!!
2023-06-26
0