Pura Pura Istri
Hujan badai di kota Perth Australia tidak mengurungkan niat Arlene untuk kembali melarikan diri. Setelah mantan suaminya yang kejam kembali menemukan apartemen kecil tempat Arlene tinggal bersama buah hati mereka. Alleyah.
Malam itu juga Arlene pergi membawa Alleyah, derasnya hujan disertai petir membuat keduanya basah kuyup serta mengigil.
Mereka masuk begitu saja kedalam taksi yang terparkir dibadan jalan, melempar tas yang sudah basah dengan Alleyah yang menangis.
"Hei ... Siapa kau? Aku masuk kedalam taksi ini terlebih dahulu!"
Arlene menoleh, dia sama sekali tidak menyadari jika ada seseorang didalam taksi saat dia masuk tadi.
"Maaf, tapi bisakah kau mengalah untukku? Bayiku kedinginan dan juga pakaiannya basah." Jawab Arlene yang memohon dengan Alleyah yang terus menangis.
"Tidak bisa! Diluar sedang hujan badai, dan aku harus segera pulang!"
"Tuan aku mohon!"
"Tidak mau, enak saja."
"Tuan! Aku mohon." pintanya dengan bibir yang sudah bergetar kedinginan. "Atau begini saja, bagaimana kalau kita berbagi taksi ini?"
Alleyah terus menangis, dengan cekatan Arlene membuka semua pakaian Alleyah yang basah, mengabaikan pria disampingnya yang terus mengoceh karena tidak ingin berbagi taksi sebab pria itu merasa dia lebih dulu masuk kedalam taksi tersebut sebelum Arlene. Dean Mcdermott
Sementara supir menoleh ke arah belakang, "Maaf, kemana aku harus mengantarkan kalian tuan dan nyonya?"
Keduanya saling menoleh, lalu dengan cepat menjawab pertanyaan supir.
"Antar ke hotel xxxx,"
"Tidak, antarkan aku terlebih dahulu ke mansion McDermott." Sela Dean, dia ingin cepat pulang karena kelelahan, ditambah ibunya terus menelepon agar dia tidak pulang terlambat.
Supir taksi terlihat menghela nafas, "Jadi siapa yang pertama harus diantarkan? Diluar hujan badai, kita tidak bisa terus diam disini. Tuan ... Nyonya?"
Keduanya saling menoleh lagi.
"Aku dulu ..."
"Tidak nyonya, aku yang pertama masuk kedalam mobil ini! Dan aku tidak ingin terkena masalah oleh ibuku karena terlambat di pesta."
"Tidakkah kau lihat Tuan, kami berdua kedinginan. Kami harus cepat menemukan hotel untuk menghangatkan tubuh, kau hanya akan terlambat berpesta, tapi kami mempertaruhkan nyawa!" tukas Arlene dengan menyibak rambutnya yang basah, hingga air itu sedikit menciprat tepat di wajah Dean.
Tanpa menghiraukan keduanya yang terus ribut, sang supir taksi melajukan mobilnya terlebih dahulu, jarak hotel xxx sama jauhnya dengan mansion McDermott.
"Silahkan putuskan siapa yang pertama kali diantar, atau kalian berdua turun saja dari taksiku! Aku tidak ada waktu untuk keributan ini." Tegas sang supir membuat keduanya terdiam.
Arlene menoleh lagi kearah Dean, membuat Dean akhirnya menghela nafas berat, "Ya baiklah ... Kita akan berbagi dan kau boleh duluan."
Dengan kedua mata berbinar, Arlene menganggukkan kepalanya, "Terima kasih tuan."
Tangisan Alleyah terus melengking, membuat Arlene dengan cepat membuka pakaian yang dikenakan putrinya itu, mengambil minyak eucalyptus dari dalam tasnya untuk membalur tubuhnya yang dingin.
"Sabar sayang, tunggu sebentar lagi ya! Kita akan segera sampai." gumam Arlene dengan tangan membalur punggung balita berumur dua tahun itu.
"Bisa kau ambilkan popok bayi didalam tas itu?" tukas Arlene membuat Dean yang sedari tadi terus memperhatikan jalanan dan tidak peduli dengan wanita yang tengah sibuk disampingnya terhenyak.
"Berani sekali kau menyuruhku!"
Arlene yang juga basah kuyup menoleh ke arah Dean yang diam tidak peduli.
"Tuan. Bisakah? Kalau tidak, kau geserlah sedikit."
Dean mendengus pelan, "Ya ... Baiklah, aku akan membantu mengambil popok, agar anakmu berhenti menangis!"
Dean mengambil tas perlengkapan bayi setengah basah yang terletak dekat di kakinya itu, dia membuka dan mencari popok sesuai permintaan Arlene.
Tas sekecil ini memuat banyak barang, seperti orang yang tengah melarikan diri. Batin Dean saat menemukan popok dan menyerahkannya pada Arlene
Setelah menyerahkan popok itu pada Arlene, Dean kembali diam namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya, dia memperhatikan tangan Arlene yang cekatan mengganti pakaian basah dan membuat anaknya tenang dan akhirnya berhenti menangis.
Terlebih menarik dari Arlene, paras cantik dengan rambut basahnya, bibir yang menggigil mulai kebiruan namun tetap berusaha membuat bayi dalam pangkuannya hangat, menggulung kain yang Dean sendiri belum pernah melihatnya, lalu digulungkan pada balita yang kini menatapnya.
Dean terus memperhatikan tangan Arlene hingga dia selesai mengganti semua pakaian Alleyah dan bayi berusia dua tahun itu tenang.
"Tuan bisakah kau menolongku satu hal lagi? Aku harus mengganti pakaian ku yang basah, bisakah kau pegang anakku terlebih dahulu?"
Belum sempat menjawab, Arlene meletakkan putrinya di pangkuan Dean, mau tidak mau dia pun harus memegangi anak balita dengan wangi eucalyptus itu sementara Arlene sendiri mengganti pakaian nya yang basah.
Dean menelan saliva, saat melihat sekilas punggung seputih susu saat Arlene dengan konyolnya membuka atasannya. Namun itu tak berselang lama, karena wanita berambut coklat itu menggunakan mantel, membuka sepatu berwarna hitam dan menggantinya dengan flatshoes dengan warna yang sama. Dean diam diam meliriknya.
"Tidak usah mengintip bisa kan?"
Dean mendengus, lalu membuang wajahnya ke arah lain. Setelah selesai, dia kembali mengambil Alleyah dari tangannya.
"Terima kasih Tuan!"
"Panggil aku Dean ... Dean Mcdermott." Dean mengulurkan tangan ke arahnya, namun Arlene hanya mengangguk tanpa menyebutkan namanya sendiri. Sampai Dean berdecak lalu menggosokkan tangan yang tetap menggantung itu pada pahanya sendiri.
Perjalanan terhambat karena kemacetan, hujan badai yang kerap terjadi di musim dingin di Perth memang sering membuat daerah daerah tertentu mengalami kerusakan, bahkan tidak jarang rumah rumah rusak terkena badai.
Ponsel Dean berdering, dia merogoh ponsel dari balik saku celananya, melihat nomor ibunya lagi lagi menghubunginya. Entah keseberapa kali hari ini ibunya menghubungi dan memperingatkannya agar tidak terlambat. Dean mengabaikan panggilan itu, tidak mau mendengar ocehan ibu yang melahirkannya.
"Ibu pasti hanya akan mengatakan jangan sampai terlambat!" gumamnya pelan.
Ting
Sebuah nada pesan masuk kedalam ponselnya selang bebepa detik saat sambungan telepon itu berhenti.
'Dean ... kau masih dimana? Selena sudah hampir bosan menunggumu, jangan mencari alasan untuk menghindar darinya lagi. Ibu tunggu segera.'
Dean mendengus kasar, lalu memasukkan kembali ponsel itu tanpa membalas pesannya, dia sudah bisa mengira Selena akan hadir disana.
Seketika ide konyol melintas didepannya, saat melihat Arlene yang tengah memeluk putrinya yang kini terlelap.
"Nyonya ... Apa kau butuh pekerjaan?"
Arlene menoleh, "Hah?"
Tatapan mereka beradu, cukup beberapa detik hingga akhirnya tangisan Alleyah terdengar.
"Ku fikir kau sedang dalam masalah dan pasti butuh pekerjaan! Aku akan membayarmu dengan gaji tinggi kalau kau mau."
"Kau serius? Aku memang butuh pekerjaan, tapi aku tidak bisa meninggalkan putriku."
"Tidak masalah! Itu justru akan jadi poin terpenting."
"Kau serius. pekerjaan apa itu?"
"Apa kau mau menikah denganku?"
Arlene kembali menoleh, dia tersentak dengan ucapan pria yang bahkan belum satu jam dia kenal.
"Apa kau gila?"
"Maksudku pura pura jadi istriku!" Ujarnya dengan meyakinkan, "Dengan harga tinggi, atau berapapun yang kau mau!" ujarnya lagi.
Mendengar kata harga, berarti bernilai uang, kehidupan, sekaligus tempat bersembunyi yang aman, tidak perlu berpindah pindah dan yang penting kehidupan yang layak untuk putrinya. Arlene terdiam, kesempatan ini mungkinkah datang kepadanya disaat yang tepat.
Suara kecil dari Alleyah membuyarkan fikiran Arlene, dengan tangan menggapai gapai ke arah Dean.
"Papa ... Papaaaa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rose_Ni
apa kabar supir didepan?dibelakang lagi nego,denger gak sih?
2023-03-10
0
um 7098355
horay cerita dapat janda kabur 😁😁😁.
2023-01-11
2
Yayuk Yayuk
lanjut sini🤭
2022-12-26
0