Keduanya berjalan masuk kedalam ruangan luas yang dipenuhi orang orang kalangan atas. Saling menatap dengan kedua alis berkerut bahkan ada yang berbisik bisik kearahnya walau dengan elegan.
Apa orang kaya terlihat elegan bahkan saat membicarakan orang lain secara terang terangan? tanya Arlene dalam hati.
Mereka berdua memasuki ruangan yang besar, tirai berwarna gold dan silver dengan penuh bunga. Ditambah meja panjang berisi banyak makanan juga minuman.
"Mama benar benar membuat pesta yang mewah." Gumam Dean, langkahnya tetap diikuti oleh Arlene dari samping, sikap Dean memang tidak terlihat canggung, sesekali dia tersenyum ke arahnya dan justru membuat Arlene semakin resah saja.
Hingga berada di ruangan ujung, semua menyambut pria berwajah tampan dengan lesung pipi itu, satu keluarga besar Mcdermott, tanpa terkecuali sang Nenek.
"Dean ... akhirnya kau pulang juga!"
"Hai mama ... maafkan aku, penerbanganku sedikit delay karena adanya badai di kota ini, ditambah mobilku mogok, sampai aku harus naik taksi untuk kemari." Dean memeluk sang ibu.
Wanita elegan dengan rambut sebahu, wajahnya tajam dan penuh karisma, walau tersenyum sangat datar. Sementara Arlene hanya berdiri melihat mereka yang sibuk berbincang dengan Alleyah yang tetap pulas dalam gendongannya, kedua matanya menyisir seluruh ruangan besar nan megah. Sesudah sang ibu menyapa, sosok perempuan cantik pun terlihat berjalan kearahnya dan langsung memeluknya, mendaratkan ciuman pada kedua pipi Dean.
"Dean aku sudah menunggumu dari tadi!"
Dean mendorongnya sedikit, dengan raut wajah yang berubah datar.
"Hai Selena. Aku bahkan tidak tahu kau ada disini?"
Lebih tepatnya Dean pura pura tidak tahu, dia mundur dua langkah namun gadis bernama Selena itu masih mengikutinya. Selena melingkarkan tangannya pada lengan Dean dengan manja lalu menyenderkan kepalanya dibahu pria yang disinyalir tunangannya itu.
"Kau hanya berpura pura tidak tahu kan Dean sayang? Aku juga tahu kau pasti merindukan aku." ujarnya dengan sedikit berbisik dengan suara yang mendayu dayu.
"Tidak juga!" Dean melepaskan tangan Selena dari dengan berpura pura berjalan menghampiri kakak perempuannya yang duduk disofa.
"Sorra? Kau tidak ingin menyambutku?" Dean merengkuh bahunya, mendaratkan kecupan di rambut sang kakak yang tengah santai meresap wine ditangannya.
"Hentikan Dean! Kau merusak riasan rambutku!" ketusnya dengan mendorong bahu sang adik, membenarkan rambutnya yang bahkan tidak berubah sama sekali.
Dean berdecih, dari semua saudara kandungnya, hanya Sorra yang selalu bersikap bengis padanya, dia seakan tidak peduli pada adiknya itu.
"Kau pelit sekali, pantas saja kau tidak laku karena sikapmu yang judes itu."
Sorra mendelik ke arahnya, dengan mengepalkan tangan seperti hendak memukul, namun tatapannya beralih pada sang ibu yang menggelengkan kepalanya sampai akhirnya Sorra hanya mendengus saja.
Sementara Arlene masih terpaku ditempatnya tanpa ada orang yang menyadari keberadaannya, termasuk Dean yang seolah lupa bahwa dia datang bersamanya juga Alleyah.
"Apa dia lupa kalau dia telah mengajakku ke mansion ini, atau aku di beri pekerjaan layaknya sepeeti patung yang hanya mengawasi mereka saja?" gumam Arlene yang merasa dirinya mulai lapar, kedua matanya menyisir kudapan kudapan mewah di meja sepanjang lorong.
Suasana pesta yang meriah itu sebenarnya membuat Arlene merasa tidak nyaman, ditambah sudut ruangan yang terletak terpisah dan tanpa berbaur dengan tamu tamu yang lain membuatnya tegang. Berhadapan dengan orang orang yang terlihat tidak peduli satu sama lain. Namun Arlene berusaha bersikap tenang, terlebih sejumlah uang sudah masuk dalam rekeningnya.
Tidak pernah terpikirkan olehnya, dia akan mendapatkan pekerjaan yang tidak biasa dari kebanyakan orang, mungkin hanya bisa dia temukan dalam cerita novel saja. Seorang pria yang memberikan pekerjaan untuk pura pura jadi Istrinya, bahkan rasanya dia baru saja mengenal istilah itu, lebih tepatnya menyewa seorang istri.
Selena melirik Arlene yang tengah menenangkan Alleyah yang mulai menangis, dia melihat sosok wanita itu dari ujung kepala hingga ujung kakinya dengan mata malas.
"Siapa dia?" gumamnya dengan nada menghina, matanya terus memperhatikan Arlene yang menggunakan mantel tebal serta sepatu tipis berwarna hitam yang telah usang.
Begitu pun dengan semua anggota keluarga yang lain, mereka menoleh ke arah Arlene dengan tatapan yang berbeda beda.
Debora, sang ibu bahkan setengah terbelalak, karena orang orang yang dia undang hanya orang penting di kota Perth dan juga kalangan jetset saja, seakan baru sadar ada orang yang sedikit berbeda diantara mereka.
Arlene merasa semakin tidak nyaman, namun dia tidak bisa mundur lagi karena Dean sudah memberinya uang, lagi lagi uang yang membuatnya terjerat dalam situasi mencanggungkan dan mencekamkan ini.
Dean baru menoleh ke belakang, saat kakak dan ibunya terus menatap Arlene dengan penampilan yang jauh berbeda dibandingkan dengan mereka, dia mengulas senyuman saat Arlene menatapnya bak minta pertolongan.
"Dean?"
Alleyah yang terbangun mulai menangis lagi, dan tangisannya semakin kencang saat suara musik bergema diseluruh ruangan.
"Cup sayang, jangan menangis lagi."
Tatapan ketiganya semakin menajam, saat Dean menghampiri Arlene.
"Dean?" teriak Debora.
Namun Dean tetap melangkah maju, dia juga harus bekerja sama dengan baik agar semua rencananya berjalan dengan mulus.
"Sayang ... Dia kenapa? Dia pasti lelah, kau juga ya?" tanya Dean dengan mengelus kepala Alleyah.
Bodoh, tentu saja dia lelah setelah kehujanan tadi, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak ditambah musik yang tiba tiba menggema, dan juga tatapan tidak menyenangkan dari orang orang itu. Batin Arlene.
"Sepertinya aku harus mengganti popoknya terlebih dahulu." Arlene dengan acuh, melangkah menuju sebuah meja yang terletak di sudut ruangan, membaringkan putrinya yang berumur dua tahun itu disana, lalu mengambil tas berisi perlengkapan Alleyah, dia mulai bersikap masa bodoh, sudah terlanjur terjun dalam permainan, ya sudah mainkan sekalian. Fikirkan.
"Hei siapa dia?" Sentak Sorra lalu bangkit dari duduknya.
Begitupun dengan Debora, wanita paruh baya yang elegan itu menajamkan kedua matanya, saat Arlene membuka celana Alleyah, dan mengganti popoknya.
Arlene semakin tidak perduli melihat tatapan keluarga yang bahkan belum Dean kenalkan padanya itu, dia tetap mengganti popok Alleyah dengan cekatan.
Dean melihatnya dengan terkekeh, terlebih melihat kekesalan yang mulai diperlihatkan ibu dan saudari nya.
"Biar aku ambilkan popoknya!" Dean menawarkan diri membantu, sebenarnya sih dia hanya iseng saja karena ingin mengerjai keluarganya belaka.
"Maaf ... aku terpaksa menggantinya disini! Kami kehujanan dan kemungkinan besar Alleyah masuk angin." Jelas Arlene, saat kembali menggendong putrinya.
"Siapa kamu?" tanya Sorra yang semakin penasaran.
"Hey ... Itu bukan tempat untuk mengganti ...iiiwwhhh ... Jorok sekali!" Timpal Selena. ingin tahu bagaimana Arlene bekerja.
"Mungkin dia salah satu pekerja, dan pasti dia tersesat di rumah ini!" Debora bangkit dari duduknya dan berdiri disamping Sorra.
"Pa...,papa!" bibir kecil Alleyah tiba tiba saja kembali memanggil Dean dengan sebutan papa, membuat semua orang yang menatapnya tercengang.
"Papa?"
Semua saling pandang, tidak hanya Debora dan juga Sorra, namun Selena dan ayahnya yang hadir disana. Sementara Dean mengangkat satu bibirnya ke atas.
"Dean? Apa maksudnya?" Debora berbalik kearah anak keduanya yang berada tidak jauh dari nya. "Apa yang kau lakukan ini. Kau sengaja ingin membuatku marah?"
Kini giliran Dean yang tidak bisa menjawabnya, dia dan Arlene memang belum berdiskusi tentang pertanyaan apa saja yang akan dijawabnya. Dan untuk kedua kalinya Alleyah memanggilnya kembali, membuat rencana Dean semakin sukses.
"Papapapaa!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rose_Ni
beda ya ama emak emak nyinyir yg full ekspresi
2023-03-10
0
lina
alleyah jenius
2022-12-17
2
lina
cewe g tau malu, maen nyosor aja
2022-12-17
1