“Ma! Reyhan pulang.”
Reyhan berteriak memanggil Mama dengan hati berbunga-bunga. Bagaimana tidak ? Gadis yang selama ini dalam pencariannya kini telah ia temukan. Tuhan selalu punya kejutan untuk hamba-Nya.
“Kak, nggak usah gitu ih. Teriak-teriak aja. Nggak baik, Nak.”
“Iya deh maaf.”
“Kok kayak ada yang beda, ya ?”
Mama melihat jelas perbedaan Reyhan hari ini setelah pulang menemui Bara.
“Apanya yang beda, Ma ?”
“Kakak yang beda. Bahagia banget rupanya hari ini. Tuh kan. Curiga Mama nih.”
“Apa sih Mama ih ? Orang biasa aja juga.”
Mama melihat Reyhan dari ujung rambut sampai ujung kaki berulang kali. Hingga entah kali ke berapa mata Mama akhirnya berhenti tepat dibagian lengan anaknya. Mama menarik lengan Reyhan yang terlihat berdarah. Ada luka cengkeraman.
“Kak, lengannya kok bisa luka begini ? Abis kelahi ?” Mama menatap anaknya curiga.
Reyhan langsung memegang lengan yang dimaksud mamanya. Memang ada luka disana. Tapi, Reyhan tidak menyadari dan bahkan tidak merasakan sakit sedikit pun.
“Oh iya ya. Reyhan nggak tau kalau lengan Reyhan luka, Ma. Nggak kerasa sakitnya.”
“Abis kelahi sama siapa, kak ?”
“Mama ih ngarang deh. Sejak kapan Reyhan suka kelahi. Dari dulu sampe sekarang mana pernah. Paling sama Farhan atau nggak Raina kan.”
“Tapi kok bisa luka gitu ? Ini luka kayak luka cengkeraman lho, kak.”
“Astaga. Reyhan baru inget, Ma.” Reyhan menepuk jidatnya mengingat sesuatu.
“Apa, kak ? Ceritanya sambil Mama obatin yuk. Nanti infeksi lukanya.”
Reyhan mengikuti langkah Mama menuju ruang tamu. Mengambil posisi duduk sembari menunggu Mama mengambil kotak obat.
“Ma, tadi kan Reyhan ke rumahnya Bara. Nah, pas baru nyampe Reyhan ketemunya sama Tante Sandra. Si Bara masih dikamar. Terus Reyhan duduk nungguin diruang tamu. Ruang tamunya bagus, Ma. Lukisannya banyak. Unik-unik lagi. Setelah itu, Reyhan denger ada yang ketuk pintu utama. Tapi orangnya langsung masuk. Langkahnya gontai. Dia pegang dadanya terus. Tapi Reyhan nggak berani samperin. Bukan gimana-gimana sih. Cuman kan itu bukan rumah kita. Jadi jaga adab lah. Mama tau nggak orang itu siapa ?”
“Siapa emang ?” Tanya Mama tanpa melihat Reyhan karena masih sibuk mengobati luka dilengannya.
Reyhan memejamkan mata. Mengulas senyum.
“Dia gadis yang bayangnya selalu nemenin Reyhan dimanapun. Dia gadis yang namanya Reyhan tak pernah lupa sebut dalam do’a. Dia gadis yang selalu Reyhan ceritakan pada Tuhan. Aleea. Nadhira Aleeana Prayudha. "
“Kayak nggak asing ya namanya ?”
“Iya lah, Ma. Adiknya Bara. Nadhiea. Mama tau lah.”
“Oh jadi selama ini gadis yang kakak ceritain ke Mama itu Nadhira toh. Kakak kakak. Mama kira siapa. Kalo Mama tau yang kamu sebut Aleea itu Nadhira. Udah Mama ajakin kesana.”
“Reyhan juga baru tau, Ma. Baru hari ini. Selama ini meskipun Reyhan sama Bara, Reyhan nggak pernah denger atau ketemu Aleea dirumahnya.”
Mama selesai mengobati lengan Reyhan dan hendak beranjak pergi.
“Ma, tunggu dulu deh. Reyhan mau cerita ke Mama. Reyhan mau ngomong serius.”
“Ngomong serius ? Ya udah ayok.”
“Ma, Reyhan udah cerita semuanya ke Mama, kan ? Tentang perasaan Reyhan juga. Tentang harapan Reyhan ke depan. Dan sekarang Mama juga tau siapa gadis yang bernama Aleea itu. Bahkan Mama sudah sangat mengenalnya. Begitu juga dengan keluarganya. Ini luka karena cengkeramannya tadi, Ma.”
“Kakak kelahi sama Nadhira ? Kok bisa ? Kelahi kok sama cewek ?”
“Ma dengerin dulu. Belum aja selesai ih.”
“Terus apa kalo nggak kelahi ?”
“Ya Allah, Ma. Tadi Aleea sepulang dari kampus tiba-tiba sesak nafas. Terus kebetulan aja Reyhan yang duluan liat. Awalnya Reyhan nggak tau kalo itu dia. Tapi karena Reyhan liat dia lemes dan mau jatuh ya Reyhan tolongin. Pas udah didepannya Reyhan kaget. Ternyata itu Aleea. Ada rasa nggak percaya bisa bertemu lagi. Tapi Reyhan bahagia. Nah, masalah luka ini. aleea pegangan dilengan Reyhan. Tapi mungkin karena dadanya terlalu sesak. Jadinya dia nggak sengaja sampai mencengkeram lengan Reyha sampai luka gini. Tapi Reyhan ikhlas, ma. Setidaknya Reyhan bisa menjadi pelampiasan sedikit rasa sakitnya.”
“Itu cerita kan ? Sekarang mau ngomong seriusnya apa ?”
“Mama mau liat Reyhan menikah ?”
“Tentu saja, sayang. Umurmu sudah cukup untuk ke jenjang itu. Mama akan dukung keputusan kamu.”
“Reyhan mau nikahin Aleea, Ma. Secepatnya. Reyhan takut jika suatu saat Aleea pergi lagi. Cukup sekali saja Reyhan kehilangan dia. Menurut Mama gimana ?”
“Mama selalu dukung keputusanmu, nak. Selama itu baik dan kamu bahagia. Tapi kamu perlu meyakinkan diri sebelum bertindak. Menikah itu bukan perkara mudah. Kamu akan menjalani bukan setahun dua tahun. Tapi selamanya. Kamu yakin dengan keputusanmu ?”
“Reyhan yakin, Ma. Reyhan sudah memikirkan matang-matang masalah ini. Setelah ini coba ngomong sama papa. Jika papa mengizinkan. Reyhan langsung kerumah Aleea.”
“Baiklah. Udah sore, nak. Bersih-bersih dulu sana. Mama mau mandiin Raina juga.”
___
Bulan menggantung indah. Berteman kerlap kerlip ribuan bintang. Malam semakin beranjak. Sepi memikat. Suara-suara jangkrik bersahutan. Disebuah kamar bernuansa biru langit. Seorang gadis memanja mesra otaknya dengan kenangan-kenangan silam. Rindu mendera. Rasa membara.
“Reyhan Akbar Oktara. Kau tau ? Tuhan sudah sangat baik padaku. Mempertemukan aku dulu denganmu. Menghadirkanmu untuk mengubah jalan pikir kekanakanku. Hingga pada akhirnya, menitipkan rasa yang tak pernah ada ubahnya hingga saat ini. Detik ini. Dan entah sampai kapan. Dan hari ini juga, Tuhan memberiku kejutan yang sudah sejak lama kuimpikan. Aku dipertemukan kembali denganmu. Berharap pertemuan kali ini bukan untuk berpisah lagi. Reyhan Akbar Oktara, aku rindu. Rindu menikmati senja bersamamu.”
Aleea berbicara seolah sedang berhadapan dengan Reyhan. Menumpahkan segala apa yang ia pikirkan. Menyalurkan rindu yang tak tersampaikan. Mengungkap rasa dan harap yang terpendam. Berharap semesta mengizinkan menjadi sebuah kenyataan.
___
Ditempat berbeda. Reyhan sedang berhadapan dengan papanya. Berdua saja. Sudah sangat jarang sekali Abraham duduk berdua dengan sang papa. Sejak dimana ia mengenal dunia kerja.
“Pa, Reyhan mau ngomong.”
“Iya, nak. Katakan.”
“Mmm..Reyhan mau nikah, pa.”
Reyhan mengatakan langsung apa yang diinginkan tanpa berbasa-basi. Papa menoleh ke arah Reyhan dan membenarkan kacamatanya yang sedikit melorot.
“Kamu yakin ? Setau Papa selama ini kamu belum pernah kenalin satu orang perempuan pun sama Papa. Jangankan ngenalin, nyebut nama perempuan pun kamu nggak pernah.”
“Iya, Pa. Reyhan yakin. Betul apa yang papa katakan. Tapi, Reyhan sudah punya pilihan, Pa. Sejak beberapa tahun lalu. Dia satu-satunya alasan kenapa Reyhan tidak membuka hati untuk perempuan lain. Karena sejak mengenalnya Reyhan sudah memantapkan hati padanya. Cukup dia saja.”
“Papa kenal siapa perempuan itu ?”
“Iya. Papa kenal. Keluarganya pun Papa sudah kenal. Dia, Aleea. Nadhira Aleeana Prayudha. Anaknya Om Yudha dan Tante Sandra. Adiknya temen Reyhan, Pa. Bara.”
“Masyaallah, nak. Kenapa nggak pernah cerita sama Papa ?”
“Maaf, Pa. Bukannya Reyhan nggak mau cerita. Hanya saja Reyhan nunggu waktu yang tepat. Lagipula Reyhan baru bertemu lagi dengan Aleea. Setelah beberapa tahun lamanya. Bahkan saling kontak pun kami tak pernah. Tapi, Tuhan baik sama Reyhan, Pa. Hari ini Reyhan dipertemukan lagi meski tanpa sengaja dan dalam keadaan yang kurang baik. Aleea sakit. Jadi menurut papa, gimana ?”
“Papa dukung keputusanmu, nak. Selama kamu yakin dan mampu menjalaninya. Kenapa tidak ?”
“Makasih, Pa.”
Reyhan sedikit lega setelah mengutarakan keinginannya pada sang Papa. Berharap keinginan ini segera tercapai. Aleea, tunggu aku. Dalam waktu dekat aku akan memenuhi janjiku padamu.
“Jadi rencananya kapan mau kamu ngomong sama Om Yudha ?”
“Secepatnya, Pa. Kalo tidak ada halangan. insyaAllah besok malam. Kalo pagi Om Yudha ke kantor.”
“Baiklah. Papa do’akan yang terbaik untukmu, nak.”
“Iya, Pa. Makasih.”
___
“Dik, turun yuk. Makan dulu. Abis itu minum obat.”
Lamunan Nadhira buyar seketika mendengar suara teduh dan menenangkan menyapanya. Ia menoleh ke arah pemilik suara itu dan tersenyum.
“Iya, Yah.”
Nadhira menuruni satu persatu anak tangga dengan dirangkul ayahnya. Nyaman. Damai. Itu yang selalu dirasakan Nadhira saat tangan kekar Ayah merangkul atau mendekap tubuh kecilnya. Ingin sekali berlama-lama dengan posisi seperti itu.
“Wah wah wah. Ada yang lagi manja-manjaan nih ceritanya. Bunda liat tuh. Yakin nggak cemburu liat ayah kayak gitu ?”
Nadhira dan arah memandang bersamaan ke arah Bara.
“Kayak adegan film ya, Bang.” Sambung bunda.
Sontak semuanya tertawa lepas malam itu. Bahagia rasanya.
___TBC___
Thanks for reading, Guys.
Please please please.
Tinggalkan kritik dan sarannya yah.
Biar aku juga bisa memperbaiki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Nadia Az-Zahra
saya suka ceritanya thor, perfect
2020-09-17
0