Bab 2

"Assalamu'alaikum!"

"Lah, kok sepi ya ? Pada kemana orang-orang ?" Reyhan berbicara sendiri sambil berjalan memasuki rumah besar yang ia tempati bersama keluarganya.

Diruang depan ditemui adik perempuannya sedang bermain boneka. Raina namanya. Gadis kecil berusia 4 tahun yang cantik dengan pipi gembulnya yang menggemaskan.

"Hei, Princess. Lagi ngapain, Sayang ?" tanya Reyhan lalu mencium pipi gembul adiknya.

"Kakak. Adik 'kan kaget. Kenapa kakak tiba-tiba saja muncul enggak ada suaranya ?" Raina mengerucutkan bibirnya.

"Ih tadi kakak salam enggak ada yang jawab. Adik keasyikan main sih. Sampai-sampai kakak datang pun enggak adik tahu."

"Iya maaf deh."

"Kakak temani main. Mau enggak ?" Reyhan menawarkan diri. Sudah lama sekali ia tak main bersama adik kecilnya itu.

"Mau. Mau. Horee adik ada teman main." Soraknya kegirangan.

"Mama mana, Dik ?" Reyhan mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan mencari keberadaan Mama.

"Didapur, Kak. Lagi masak untuk makan malam. Nanti Papa makan malamnya dirumah." Jawab seseorang dari belakang Reyhan.

Abraham menoleh ke belakang dan mendapati Farhan. Adik laki-lakinya yang baru pulang tengah berjalan ke arahnya. Lalu menyalaminya, mencium tangannya penuh hormat.

Reyhan asyik bermain bersama adik-adiknya. Suasana yang sudah jarang ia rasakan sejak mengenal dunia kerja.

Ditengah keasyikannya bermain. Reyhan merasa tidak nyaman. Ia merasa dadanya mulai sakit. Lantas mengelus-elus dadanya pelan. Napasnya bahkan terasa tak teratur. Ia keringat dingin dan sesekali membuang napasnya kasar. Farhan yang sedari tadi memperhatikan gelagat kakaknya lantas bertanya.

"Kak, kenapa ? Kok kayak enggak nyaman gitu kelihatannya ? Pucat pula."

"Enggak apa-apa, Dik." Jawabnya mencoba tersenyum.

"Bilangin Mam, ya, kakak sudah pulang." Masih dengan mengelus dadanya yang semakin terasa sakit.

"Kakak kenapa sih ?" Tanya Farhan dengan cemas.

Reyhan hanya menggelengkan kepala dan sesekali membuang napas.

"Kakak... kakak ke kamar dulu. Habis bilangin Mama temenin Raina main, Dik." Ujar Reyhan menepuk bahu Farhan sembari beranjak dari tempat main Raina. Reyhan terlihat gontai saat berjalan. Bahkan ia hampir terjatuh jika tak ada Farhan yang dengan sigap memegang tangannya.

"Kak, Farhan temenin ke kamar, ya. Habis itu Farhan bilang Mama kalau kakak sudah pulang."

"Kakak enggak apa-apa. Kamu ke dapur saja."

Tanpa berpikir panjang Farhan bergegas ke dapur menemui Mama. Baru saja berlari beberapa langkah Farhan mendengar suara seperti ada benda berat yang terjatuh. Ibram berhenti. Menoleh ke belakang dan melihat kakaknya terjatuh namun masih berusaha berdiri. Tapi, gagal. Reyhan terjatuh kembali dan memegang dada sebelah kirinya yang semakin sakit karena jantungnya yang kambuh lagi. Dengan spontan Ibram berteriak memanggil Mamanya sambil berlari ke arah kakaknya yang sudah tergeletak dilantai dekat tangga.

"Ma. Mama!" Farhan berteriak.

"Adik panggil Mama." Latisha berlari ke dapur memanggil Mamanya.

Farhan kalang kabut melihat kondisi kakaknya.

Mendengar suara teriakan anaknya. Mama bergegas kearah suara dan melihat Reyhan dilantai yang berusaha bangun dibantu adiknya, Farhan.

"Astagfirullah. Kakak kenapa kok bisa begini ? Farhan ambil mobil kita bawa kakak ke rumah sakit sekarang."

"Iya, Ma."

Farhan hendak berdiri namun tangannya dicekal kakaknya dan menggelengkan kepala. Memberi kode untuk tidak membawanya ke Rumah Sakit. Farhan menoleh kearah Mama.

"Tunggu apalagi, Farhan ? Cepat!" Bentak sang Mama.

"Ii..iya, Ma. Iya."

Farhan berdiri dan tak mempedulikan larangan kakaknya.

"Ya Allah, Kak. Kenapa bisa begini, sih ? Udah ngapain coba ?" Tanya Mama diiringi isak tangis karena khawatir dengan keadaan anak bungsunya.

Reyhan ingin menjawab namun ia tak mampu. Dadanya terlalu sakit sehingga ia tak bisa hanya untuk sekedar berbicara. Dengan napas yang memburu tak beraturan dan keringat dingin yang semakin membanjiri seluruh tubuhnya. Reyhan hanya bisa beristigfar dalam hati dan berurai air mata.

"Ya Allah, hamba tau Kau tak akan memberikan penyakit ini jika hanya tak mampu melaluinya. Tapi, tolong jangan biarkan air mata wanita yang di hadapan hamba ini terus menetes hanya karena keadaan hamba yang seperti ini." Reyhan bergumam dalam hati.

"Mm.. ma, Rey...han enggak apa-apa, Ma." Semakin ia berbicara semakin dadanya sakit apalagi melihat Mamanya tak berhenti menangisi keadaannya. Sedetik kemudian Reyhan sudah tak sadarkan diri.

___

"Ayah, Abang, adik gimana keadaannya, ya ?" Rengek Bunda seperti anak kecil dalam pelukan suaminya.

"Bunda, kita berdo'a saja. Adik enggak apa-apa kok." Jawab Ayah dengan tenang. Tapi tidak dengan hatinya yang juga sangat mengkhawatirkan keadaan anak bungsunya.

"Abang sudah dibilangin jangan bawa adil keluar malah ngeyel. Ini yang Bunda takutkan, Nak."

"Iya, Bun. Abang minta maaf. Tapi tadi adik kelihatan baik-baik saja. Makanya Abang ajakin."

"Abang tahu kondisi adik gimana." Bunda terus menyalahkan Bara. Seakan penyakit Nadhira kambuh karenanya. Namun, Bara tak pernah menyalahkan bundanya ataupun membantah. Karena ia sadar, ia tau bagaimana khawatir Bundanya terhadap adiknya.

"Bunda, udah. Jangan nyalahin Abang terus dong."

Bara hanya menunduk. Mengusap wajahnya dengan kasar. Bara bangkit dari kursi tunggu didepan ruangan dimana Nadhira diperiksa. Berniat untuk ke toilet.

Tapi tunggu dulu. Bara seperti melihat orang yang tak asing baginya. Dia mempertajam penglihatannya. Seorang wanita paruh baya seumuran Sang Bunda. Dan benar saja. Adalah mamanya Reyhan yang sedikit berlari mengikuti brankar didepannya.

"Ayah, Bunda. Disana kayaknya ada Tante Mia. Tapi kelihatannya dia nangis. Abang samperin sebentar, ya ?"

"Iya. Jangan lama-lama, Bang."

"Iya, Yah."

Bara berlari mengejar Mama Reyhan. Ia melihat Mama sudah duduk dikursi tunggu dengan dipeluk seorang pemuda. Farhan.

"Tante. Farhan. Kenapa ? Siapa yang sakit ?"

"Kak Reyhan, Kak. Balik kerja jantungnya kambuh sampai enggak sadarkan diri gitu. Kak Bara disini ngapain ? Ada yang sakit juga ?" Tanya Farhan balik.

"Iya, Farhan. Nadhira juga asmanya kumat. Padahal udah lama banget enggak pernah kambuh-kambuh gitu."

"Kok bisa barengan gini ya, Kak ? Jangan-jangan jodoh." Sontak Farhan dan Bara tertawa membuat Mama bengong.

"Aamiin." Bara bersemangat dan senyum-senyum sendiri.

"Ya sudah saya balik dulu, Farhan. Tante, Bara balik, ya. Bunda sama Ayah sudah nungguin."

"Iya, Bara."

"Salam sama Reyhan, Tante. Maaf nggak bisa nungguin."

"Iya, Nak. Nanti tante bilangin Reyhan. Salam sama Ayah dan Bunda. Semoga adikmu lekas sembuh."

"Iya, Tante. Terimakasih."

Bara meninggalkan Mama dan Farhan. Menemui kembali Ayah dan Bundanya. Tapi dia tidak menemukan orang tuanya. Bara mengedarkan pandangan ke segala arah. Namun hasilnya nihil. Bara merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Baru saja hendak menelpon. Ayah terlebih dulu keluar dari ruangan yang ditempati Nadhira.

"Yah, adik sudah siuman ?"

"Udah, Bang. Masuk gih! Ada Bunda didalam."

"Iya, Yah." Bara langsung memasuki ruangan Nadhira.

"Dik, maafin Abang ya. Gara-gara Abang kamu kayak gini. Abang nyesel, Dik."

"Abang udah ih. Aku nggak apa-apa. Nih liat."

Nadhira tersenyum memperlihatkan gigi putih dan gingsul miliknya.

"Ya udah Bunda susulin Ayah dulu. Abang jaga adik ya."

"Siap, Komandan." Bara mengangkat tangannya layaknya orang sedang hormat.

Sepeninggal Bunda. Bara memandang adiknya yang tengah melamun menatap kearah jendela.

"Dik ?"

"Iya, Bang." Nadhira menoleh kearah Bara sebentar. Lalu kembali menatap kearah jendela.

"Lain kali jangan kayak gini, Dik. Abang takut."

"Maafin aku, Bang. Maaf udahan nyusahin Abang, Ayah dan Bunda." Nadhira berkata lirih tanpa menatap kakaknya. Dan dalam sepersekian detik air matanya lolos melewati pipinya.

"Huushh. Ngomong apa sih, Dik. Kami sayang sama kamu. Jangan bilang gitu lagi, ya." Bara menenangkan adiknya dan mengelus lembut puncak kepalanya.

___

Dikamar berbeda. Mama dan Farhan duduk didekat Reyhan yang baru selesai diperiksa dokter. Dengan mulut dan hidung yang tertutup selang oksigen. Mama menggenggam erat tangan anak sulungnya sambil beristigfar.

Beberapa menit kemudian Reyhan membuka mata pelan. Pelan sekali. Dan orang pertama yang dia lihat adalah mamanya yang masih berlinang air mata.

"Alhamdulillah, Kak. Akhirnya siuman juga."

"Ma, Reyhan enggak apa-apa. Adik mana, Ma ?"

"Adik Mama titip Bi Inah. Nanti dijemput Papa balik kerja terus langsung kesini."

"Ya Allah, Ma." Reyhan menutup matanya dengan tangan yang tak dipasangkan selang infus. Seperti terlihat menyesal.

"Kak, kenapa sampai begini ?"

"Kecapekan mungkin, Ma."

"Tumben lho kakak sampai sedrop ini."

Reyhan diam tak menjawab pertanyaan Mama.

"Iya sudah kakak istirahat gih!"

"Ma, maafin Reyhan udah buat Mama nangis. Reyhan janji nggak bakal bikin Mama nangis lagi kayak tadi."

"Iya, Sayang. Istirahat ya. Mama tinggal mau telpon papa dulu."

"Iya, Ma."

"Oh iya, Kak. Tadi Bara nyamperin Mama diluar. Katanya salam nggak bisa nungguin sampai kamu siuman. Adiknya juga masuk rumah sakit."

"Astaga. Besok kita jengukin ya, Ma."

"Iya. Iya. Yang penting kamu istirahat dulu. Biar besok bisa sembuh." Mama membelai lembut puncak keala anak sulungnya itu. Reyhan membalas dengan mengelus punggung tangan Mamanya.

"Ma, makasih udah jagain Reyhan. Maafin Reyhan juga belum bisa buat Mama, Papa, Farhan dan Raina bahagia. Maaf udah buat khawatir. Reyhan janji, suatu saat Reyhan akan ciptakan kebahagiaan untuk keluarga kita. Sekali lagi, makasih ya, Ma." Reyhan berkata lirih dan tanpa disadari air matanya mengalir melewati pipinya.

"Iya, Nak. Jangan kayak gini lagi ya, Sayang. Mama khawatir. Mama takut kakak kenapa-napa." Mama kembali menangis dihadapan Reyhan.

"Ma, udah. Jangan nangis lagi. Reyhan enggak apa-apa. Reyhan nggak mau air mata Mama terbuang sia-sia. Biarkan ia keluar hanya untuk kebahagiaan. Abraham mohon, Ma." Reyhan melepas selang oksigen yang ia gunakan dan mencium tangan Mama penuh kasih sayang. Tak lama Reyhan merasa sesak dan refleks memegang dadanya. Napasnya kembali tak beraturan. Melihat hal itu Mama langsung meraih selang oksigen dan measangnya kembali.

"Ya Allah, Nak. Jangan maksain diri dulu. Pokoknya Mama nggak mau tau. Kakak harus istirahat. Titik!" Reyhan hanya mengangguk. Mama meninggalkan Reyhan dan membiarkannya istirahat.

Sepeninggal Mama. Reyhan memandang keluar jendela yang menjurus ke taman Rumah Sakit. Remang-remang lampu taman yang terlihat sepi membuat Reyhan menghembuskan napas kasar. Otaknya memutar kembali memori-memori lama yamg belum bisa ia musnahkan sampai detik ini. Reyhan memejamkan mata. Berkata lirih. Menyebutkan sebuah nama. Nama yang selalu tersimpan rapi disudut ruang hatinya.

"Alea."

___

Diatap yang sama. Diruang yang berbeda. Nadhira melakukan hal yang sama seperti Reyhan. Memandang keluar jendela kamar Rumah Sakit yang ia tempati. Mengajak kenangan-kenangan lama bermain dengan malam.

"Reyhan Oktara." Lirihnya lalu memejamkan mata dan tertidur.

___To Be Continued___

Terpopuler

Comments

Ratna

Ratna

semangat y Thor

2021-02-24

0

Windi Asih

Windi Asih

masih bingung deh sama nama"nya, suka berubah" antara Reyhan dan Abraham

2021-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 34
34 Bab 35
35 Bab 36
36 Bab 37
37 Bab 38
38 Bab 39
39 Bab 40
40 Bab 41
41 Bab 42
42 Bab 43
43 Bab 44
44 Bab 45
45 Bab 46
46 Bab 47
47 Bab 48
48 Bab 49
49 Bab 50
50 Bab 51
51 Bab 52
52 Bab 53
53 Bab 54
54 Bab 55
55 Bab 56
56 Bab 57
57 Bab 58
58 Bab 59
59 Bab 60
60 Bab 61
61 Bab 62
62 Bab 63
63 Bab 64
64 Bab 65
65 Bab 66
66 Bab 67
67 Bab 68
68 Bab 69
69 Bab 70
70 Bab 71
71 Bab 72
72 Bab 73
73 Bab 74
74 Bab 75
75 Bab 76
76 Bab 77
77 Bab 78
78 Bab 79
79 Bab 80
80 Bab 81
81 Bab 82
82 Bab 83
83 Bab 84
84 Bab 85
85 Bab 86
86 Bab 87
87 Bab 88
88 Bab 89
89 Bab 90
90 Bab 91
91 Bab 92
92 Bab 93
93 Bab 94
94 Bab 95
95 Bab 96
96 Bab 97
97 Bab 98
98 Bab 99
99 Bab 100
100 Bab 101
101 Bab 102
102 Bab 103
103 Bab 104
104 Bab 105
105 Bab 106
106 Bab 107
107 Bab 108
108 Bab 109
109 Bab 110
110 Bab 111
111 Bab 112
112 Bab 113
113 Bab 114
114 Bab 115
115 Bab 116
116 Bab 117
117 Bab 118
118 Bab 119
119 Bab 120
120 Bab 121
121 Bab 122
122 Bab 123
123 Bab 124
124 Bab 125
125 Bab 126
126 Bab 127
127 Bab 128
128 Bab 129
129 Bab 130
130 Bab 131
131 Bab 132
132 Bab 133
133 Bab 134
134 Bab 135
135 Bab 136
136 Bab 137
137 Bab 138
138 Bab 139
139 Bab 140
140 Bab 141
141 Bab 142
142 Bab 143
143 Bab 144
144 Bab 145
145 Bab 146
146 Bab 147
147 Bab 148
148 Bab 149
149 Bab 150
150 Bab 151
151 Dear, My beloved readers
152 QnA
153 Kabar Gembira
154 Maaf
155 Cuap-cuap Author
156 Hai, Lovely Readers!
157 Tentang Kelangsungan Cerita Reyhan dan Aleeana
158 Pemberitahuan
159 Anyeong! Othor Comeback.
Episodes

Updated 159 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 34
34
Bab 35
35
Bab 36
36
Bab 37
37
Bab 38
38
Bab 39
39
Bab 40
40
Bab 41
41
Bab 42
42
Bab 43
43
Bab 44
44
Bab 45
45
Bab 46
46
Bab 47
47
Bab 48
48
Bab 49
49
Bab 50
50
Bab 51
51
Bab 52
52
Bab 53
53
Bab 54
54
Bab 55
55
Bab 56
56
Bab 57
57
Bab 58
58
Bab 59
59
Bab 60
60
Bab 61
61
Bab 62
62
Bab 63
63
Bab 64
64
Bab 65
65
Bab 66
66
Bab 67
67
Bab 68
68
Bab 69
69
Bab 70
70
Bab 71
71
Bab 72
72
Bab 73
73
Bab 74
74
Bab 75
75
Bab 76
76
Bab 77
77
Bab 78
78
Bab 79
79
Bab 80
80
Bab 81
81
Bab 82
82
Bab 83
83
Bab 84
84
Bab 85
85
Bab 86
86
Bab 87
87
Bab 88
88
Bab 89
89
Bab 90
90
Bab 91
91
Bab 92
92
Bab 93
93
Bab 94
94
Bab 95
95
Bab 96
96
Bab 97
97
Bab 98
98
Bab 99
99
Bab 100
100
Bab 101
101
Bab 102
102
Bab 103
103
Bab 104
104
Bab 105
105
Bab 106
106
Bab 107
107
Bab 108
108
Bab 109
109
Bab 110
110
Bab 111
111
Bab 112
112
Bab 113
113
Bab 114
114
Bab 115
115
Bab 116
116
Bab 117
117
Bab 118
118
Bab 119
119
Bab 120
120
Bab 121
121
Bab 122
122
Bab 123
123
Bab 124
124
Bab 125
125
Bab 126
126
Bab 127
127
Bab 128
128
Bab 129
129
Bab 130
130
Bab 131
131
Bab 132
132
Bab 133
133
Bab 134
134
Bab 135
135
Bab 136
136
Bab 137
137
Bab 138
138
Bab 139
139
Bab 140
140
Bab 141
141
Bab 142
142
Bab 143
143
Bab 144
144
Bab 145
145
Bab 146
146
Bab 147
147
Bab 148
148
Bab 149
149
Bab 150
150
Bab 151
151
Dear, My beloved readers
152
QnA
153
Kabar Gembira
154
Maaf
155
Cuap-cuap Author
156
Hai, Lovely Readers!
157
Tentang Kelangsungan Cerita Reyhan dan Aleeana
158
Pemberitahuan
159
Anyeong! Othor Comeback.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!