Bab 3

Tiga bulan berlalu setelah kejadian dimana Reyhan dan Nadhira masuk rumah sakit. Kini mereka kembali dengan aktifitas masing-masing. Nadhira yang sibuk dengan kuliahnya. Dan Reyhan yang sibuk dengan perusahaan yang dikelolanya bersama Sang papa.

“Dimana lo ?” tanyanya.

“...”

“Oke-oke. Gue kesana ya. Mumpung senggang.”

“...”

“Siap, komandan. Hahaha.”

“Ma! Reyhan pergi dulu, ya.” Reyhan mendekati Mama untuk berpamitan.

“Kemana ? Kan libur, kak.”

“Mau ke tempat Bara, Ma. Udah lama nggak kesana. Lagian saat adiknya di rumah sakit Reyhan belum sempat jengukin. Padahal satu rumah sakit.”

“Iya udah. Hati-hati, Nak. Jangan sampe kecapean lho.”

“Iya, Ma. Khawatiran banget deh. Reyhan bukan anak kecil lagi kan.”

“Iya iya. Sana gih.”

Reyhan meninggalkan Mama yang sedang menyulam.

___

Reyhan melajukan mobilnya memasuki sebuah rumah besar dengan cat yang dominan berwarna biru. Ia memarkir mobilnya.

Reyhan mengetuk pintu berulang kali. Namun, nihil. Pintu belum terbuka. Sampai beberapa menit kemudian Reyhan mengetuk pintu lagi. Dan kali ini tidak menunggu waktu lama pintu terbuka. Ia mendapati seorang perempuan paruh baya seumuran Mamanya. Ia Bunda. Bundanya Bara dan Nadhira. Tapi, Reyhan bukan ingin bertemu Nadhira, ya. Karena, Reyhan belum tau itu rumah Aleea. Eh Nadhira maksudnya.

“Assalamu’alaikum, Tante,” sapa Reyhan sembari meraih tangan Bunda dan menciumnya seperti yang sering ia lakukan pada Mama.

“Wa’alaikumussalam. Nak Reyhan, ya ?”

“Iya, Tante.”

“Subhanallah. Makin ganteng aja, ya.”

“Tante bisa saja. Bara ada, Tante ?”

“Ada dikamar, Nak. Ayo masuk. Tante panggilin dulu.”

“Iya, tante. Terimakasih.”

Reyhan mengikuti langkah wanita yang ada didepannya tersebut. Hingga pada akhirnya mereka sampai disebuah ruang tamu besar lengkap dengan berbagai lukisan indah.

“Duduk dulu, Nak. Tante panggilin Bara sebentar.”

“Iya, Tante.”

Reyhan mengedarkan pandangan ke seluruh ruang yang ia tempati saat itu. Rasa kagum dan takjub hadir dibenaknya. Namun sedetik kemudian kegiatannya menikmati lukisan-lukisan yang terpajang di sekitarnya buyar diganggu suara ketukan dan tak berselang lama masuk seorang gadis dengan gamis dan hijab instan berwarna senada berjalan gontai sambil memegangi dadanya. Abraham memperhatikan gadis itu yang terlihat semakin lemah dari ruang tamu.

“Bunda. Abang.” panggilnya dengan suara lemah hampir tak terdengar.

“Bang.” Semakin lirih.

Reyhan bangkit dan berjalan mendekati gadis itu. Semakin dekat. Dekat. Dan sampailah ia didepan gadis itu. Reyhan kaget dan ada rasa tak percaya hinggap pada dirinya.

“Aleea ?”

Nadhira mencoba mengangkat kepalanya sedikit sambil menahan sesak yang teramat sangat didadanya. Ia memandang kedua bola mata yang tengah memandangnya tak percaya.

“Aleea, kamu kenapa ?”

“Reyhan ?”

“Iya aku Reyhan. Reyhan Akbar Oktara. Kamu kenapa, Aleea ? Dada kamu kenapa ? Kamu kok pucat gitu ?” Reyhan melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.

Nadhira goyah. Hampir terjatuh. Dan Reyhan dengan sigap memegangnya. Nadhira mencengkram dadanya dan lengan Reyhan karena sesak yang dirasakan.

“Bang.. Bang Bara.. ma..mana ?” tanyanya terbata-bata.

“Agghhh.” Nadhira mengaduh dan semakin kuat mencengkram dadanya. Reyhan yang tak kuat melihat gadis yang namanya masih ia simpan rapi itu seperti ingin meneteskan air mata. Namun, ia tahan.

“Ayo aku bantu. Kita duduk dulu. Kamu bisa kan, Aleea ?”

Nadhira hanya mengangguk dan mengikuti Reyhan. Sesak semakin menyerang dadanya. Nadhira mencengkram kuat lengan Reyhan.

“Duduk dulu.”

“Bunda mana ? Panggilin sebentar. Aku nggak kuat.” Pintanya lemah dengan suara semakin tak terdengar.

“Iya, Alee. iya.”

Baru saja Reyhan membalik badan untuk memanggil pemilik rumah. Tiba-tiba...

“Adik! ” teriaknya dan berlari menuruni anak tangga secepat mungkin. Meninggalkan Bunda yang juga kaget melihat anak gadisnya duduk lemah memegang dan masih mencengkeram lengan Reyhan.

“Kenapa bisa begini lagi sih, Dik ? Obat kamu mana ?”

“Ya Allah, Dik. Kamu kenapa, Nak ?”

Reyhan hanya berdiam menyaksikan kepanikan sekaligus bentuk perhatian seorang Ibu dan Kakak pada gadisnya.

“Di...dika..mar, Bang.”

“Tunggu Abang ambilin dulu. Yang kuat, ya, Dik.”

Bara berlari menuju kamar Nadhira.

“Bunda, adik nggak kuat. Sesak banget.” Nadhira merintih dan menangis.

Reyhan yang menyaksikan kejadian itu merasa dadanya sesak seketika. Ia tak kuat melihat Nadhira dengan kondisi seperti itu. Dan tanpa ragu ia duduk disamping Nadhira. Menggenggam tangan Nadhira seperti yang dilakukan Bara pada adiknya.

“Aleea, kamu yang kuat, ya. Ada Bunda, Ayah, Abang dan aku untuk kamu.” Reyhan mencoba menguatkan Nadhira. Sandra Bunda nampak kaget melihat aksi Reyhan yang bersikap seperti orang yang sangat dekat dengan anaknya. Namun Bunda berpikir ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu.

Bara yang dari kejauhan melihat perlakuan Reyhan pada Nadhira tersenyum.

“Ini obatnya, Dik. Minum dulu.”

“Ayo aku bantu, Al.” Tawar Reyhan. Bunda masih berdiam diri melihat perhatian Reyhan pada Nadhira. Sedang Nadhira mengikuti arahan Reyhan. Bagaimana dengan Bara ? Ia hanya berperan sebagai penonton setia bagaimana perhatian temannya itu pada adiknya.

“Al, istirahat, ya. Biar mendingan dikit.” Reyhan menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman. Nadhira mengangguk dan membalas senyuman yang sangat dirindukannya itu.

“Adik udah mau istirahat. Bunda bikin minum dulu ya, Bang. Jagain adik.”

“Iya, Bunda.”

Bunda meninggalkan ruang tamu menyisakan Nadhira yang masih berusaha memejamkan mata dibalik sesak yang dirasakannya, Bara dan Reyhan. Ruang tamu sepi. Tidak ada yang membuka suara. Reyhan sibuk dengan pikirannya yang masih belum percaya sepenuhnya bahwa saat ini ia sedang bersama gadis yang selama ini menghuni hatinya. Begitupun dengan Bara yang menatap adiknya iba. Adik satu-satunya yang ia miliki. Ia mengelus lembut rambut adiknya yang tertutup hijab. Mengecup sayang kening adiknya yang kini mulai terlelap.

“Istirahatlah, Dik. Jangan sakit lagi. Abang tidak bisa melihatmu begini.” Bara berbicara sendiri. Menggenggam tangan adiknya.

Reyhan tersenyum melihat perhatian manis yang diberikan Bara pada adiknya. Bara yang sadar sedang diperhatikan lantas nyengir-nyengir.

“Kenapa lo liat-liat ?”

“Sayang banget ya lo sama Aleea. Eh Nadhira maksud gue.” Reyhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah. Menyebut nama Nadhira dengan sebutan Aleea. Panggilan yang ia sematkan sendiri untuk Nadhira.

“Aleea ? Oh Nadhira Aleeana Prayudha yah ? hahaha”

“Apaan sih lo, Bar?”

“Gue udah tau semuanya, Han. Nadhira udah cerita ke gue. Dia cerita beberapa jam sebelum dia masuk rumah sakit. Barengan sama lo.”

“Cerita apa, Bar ?” Reyhan begitu antusias ingin tau apa yang diceritakan Nadhira tentangnya.

“Mau dijujurin atau bohong ? hahaha”

“Mulai deh. Orang bego’ aja mana mau dibohongin, Bodoh.”

“Hahaha iya iya. Tapi tunggu dulu. Gue ambil minuman yang dibuat Bunda. Kasian bolak balik dapur. Lagi masak pula.” Tanpa menunggu Bara meninggalkan Reyhan berdua dengan Nadhira diruang tamu.

“Awas jangan apa-apain adik gue!” teriaknya sambil tertawa. Reyhan tidak merespon tingkah konyol temannya yang satu itu.

“Al, lama nggak ketemu, ya. Giliran ketemu, kamu malah sakit. Aku rindu, Al. Rindu sekali. Andai aja aku tau kamu disini. Barangkali udah dari dulu aku kesini nemuin kamu. Sayang, waktu baru berpihak padaku.” Reyhan berbicara sendiri.

Bara kembali dengan membawa nampan berisi dua gelas jus dan beberapa toples kecil berisi camilan buatan Bunda.

“Ini Bunda buatin jus strawberry sama jeruk. Lo yang strawberry yah ? Hahaha”

“Lo mau liat gue mati lebih cepat ? Dasar lo ya sama temen sendiri gitu amet.” Reyhan memperlihatkan muka cemberut.

“Iya deh kakak iya. Hahaha. Gini-gini gue nggak sejahat itu kali, Han. Gue tau banget lo kalo soal menyoal strawberry paling anti. Haram banget dihidup lo.” Bara banyak tahu tentang Reyhan karena memang mereka berteman sangat dekat. Mulai dari Reyhan yang alergi buah strawberry. Bahkan hobynya yang suka menata taman seperti ibu-ibu. Tapi satu hal yang belum ia ketahui. Apakah Reyhan membalas perasaan yang adiknya pendam padanya.

“Uunnncchh pengertian banget deh. Hahaha” Reyhan mengelus lengan Bara.

“Ih jijik gue.” Bara menepis tangan Reyhan yang mengelusnya layaknya seorang banci.

“Lah ayo ceritain gue Aleea eh Nadhira bilang apa aja sama lo.”

“Dia cerita ke gue. Semuanya. Dari awal kalian bertemu dan pada akhirnya kalian berpisah. Memilih hidup dan membawa perasaan masing-masing. Berjalan sendiri-sendiri. Hingga dia berjuang sendirian juga dengan perasaan yang masih kuat sama elo. Sampai detik ini. Dia bertahan dan menutup rapat-rapat hatinya untuk orang lain. Berharap suatu hari nanti elo kembali datang dengan perasaan yang sama juga dengannya. Gue mau nanya sama lo. Tapi harus jujur sama gue. Gue nanya bukan sebagai Abangnya Nadhira. Tapi sebagai seorang teman yang udah lama kenal elo.”

Reyhan hanya menjawab dengan anggukan.

“Lo masih punya perasaan sama Nadhira ?”

“Iya, Bar. Gue sama seperti Aleea. Bertahan sendiri dan tidak membuka hati untuk wanita lain. Buat gue cukup Aleea. Sejak hari itu. Hari dimana kami memilih jalan masing-masing. Gue janji sama diri gue sendiri kalo suatu hari nanti gue datang nemuin Maira untuk menepati janji gue ke dia. Menjadi tempat berkeluh kesahnya, memberikan pundak untuknya bersandar. Ngebahagiain dia. Andai aja dari dulu gue tau dia adek lo. Mungkin tiap hari juga gue kesini nyariin dia. Atau setidaknya nanya ke elo buat mastiin dia baik-baik aja tanpa ada gue. Gue sayang banget sama Aleea, Bar. Hanya dia. Nggak ada yang lain. Elo percaya 'kan sama gue ? Lagian sejauh ini pernah nggak lo liat gue deket-deket sama cewek. Nggak 'kan ?”

“Iya gue percaya. Gue kenal elo udah lama. Hampir semua tentang elo gue tau.”

Ruang tamu kembali sepi. Bara dan Reyhan memandang wajah pucat gadis yang tertidur pulas disofa seberang mereka.

“Han ?” Bara membuka suara.

“Hmmm?”

“Nadhira itu saudara kandung gue satu-satunya. Gue sayang banget sama dia. Dan elo tau kan gimana gue kalo udah sayang banget sama orang itu kayak gimana ? Nadhira itu perempuan kedua yang sangat berharga dalam hidup gue setelah Bunda. Gue bakal ngelakuin apapun untuk dia. Memberikan hidup gue aja gue rela, Han. Elo tau nggak ? Ngeliat dia nggak berdaya seperti ini aja gue nggak bisa. Apalagi tiap kali dia menjerit dan mencengkeram kuat dadanya kayak tadi. Ngeliat dia kesakitan. Gue pengen gantiin posisinya, Han.” Butiran-butiran bening tanpa permisi lolos melewati pipinya. Bara menangis melihat adiknya kesakitan.

“Maaf, Bar. Gue tumben banget liat Aleea kayak gini. Kalo boleh gue tau. Aleea sakit apa ?”

“Sejak kecil Nadhira sering mengeluh dadanya sesak. Setelah ke dokter ternyata emang dia asma. Sejak saat itu dia sering jatuh sakit. Tapi dia selalu berusaha kuat. Tidak ingin membuat orang-orang disekitarnya khawatir dan merasa direpotkan.”

Tanpa Bara dan Reyhan sadari. Sepasang telinga tengah sibuk mendengarkan percakapan mereka. Ia adalah Yuda. Ayah Nadhira yang pulang dari kantor. Ayah tak ingin mengganggu percakapan dua pemuda yang dilihatnya berbicara penuh perasaan dan bahkan melihat putranya menangis hanya karena adiknya sakit.

“Ya Allah, terimakasih telah memberikan Bara yang sayang pada keluarganya.” Lirih sang Ayah.

“Assalamu’alaikum,” Ayah mengucapkan salam dan mendekat ke ruang tamu. Bara dan Reyhan menjawab salam serempak.

“Eh, Reyba . Udah lama ya nggak kesini ?”

“Hee iya, Om. Baru sempat.”

“Adik sakit lagi, Bang ?”

“Iya, Yah. Nggak tau kenapa sampe rumah langsung kayak gitu. Untung aja ada Reyhan tadi yang bantuin. Abang sama Bunda diatas.”

“Ya udah. Biarin istirahat. Ayah mau bersih-bersih dulu. Reyhan, om tinggal, ya.”

“Iya, Om.”

Bara dan Reyhan melanjutkan pembicaraanya kembali. Bercanda mengenang masa-masa sekolah. Berbagi pengalaman kerja.

“Bang, aku mau minum.” Nadhira memanggil Bara tanpa membuka mata.

Bara dan Reyhan sontak memandang bersamaan gadis yang berbicara tadi.

“Bangun dulu, Dik. Minumnya jangan sambil tidur.”

“Aku nggak bisa bangun, Bang. Dadaku masih sesak.” Nadhira berbicara dengan suara lemah.

Baru saja hendak beranjak memberikan minum adiknya. Tangan Bara dicegat oleh tangan kekar milik orang yang duduk disebelahnya. Reyhan.

“Biar gue aja, Bar.” Bara tidak menolak.

Reyhan mendekati sofa yang ditempati Nadhira. Mengambil gelas air putih diatas meja.

“Al, mau minum 'kan ? Ini airnya. Tapi bangun dulu, ya. Nggak baik minum sambil tidur. Nanti dada kamu makin sakit,” kata Reyhan dengan lembut, penuh perhatian.

“Suara ini ? Seperti aku mengenalnya. Panggilan ini ? Yang memanggilku dengan panggilan itu hanya dia. Reyhan Oktara.” Nadhira membatin.

“Aleea ? Bangun yuk!”

Nadhira membuka matanya pelan dan yang pertama dilihat adalah wajah yang selalu dirindukannya tanpa mengenal waktu.

"Ternyata yang tadi bukan mimpi,” batinnya.

“Kak Reyhan ?” katanya lemah. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

“Iya. Ini aku. Bangun, ya ? Kan haus.” Reyhan mengulas senyum pada Nadhira.

Nadhira berusaha bangun meski keadaannya masih sangat lemah. Ia berusaha kuat. Tidak ingin terlihat rapuh dan diketahui penyakitnya oleh Reyhan.

“Aaaggh.” Kali ini Nadhira merasakan sesak didadanya.

“Jangan dipaksa, Dik. Tidur aja.”

“Nggak apa-apa, Bang.”

“Abang bantu sini.”

“Nggak usah, Bar. Biar gue aja.”

“Ya udah. Abang tinggal nggak apa-apa kan, Dik ? Kan ada Reyhan.”

Bara meninggalkan Reyhan dan Nadhira berdua. Memberikan wkatu mereka untuk melepas rindu yang sudah lama menjerat keduanya.

“Akhirnya, Dik. Bahagia itu datang. Hari ini adalah awal untukmu memulai hal yang baru dengan dia yang sudah lama kamu inginkan. Bahagia selalu, Nadhira Aleeana Prayudha. Karena kebahagiaanmu hal yang selalu Abang utamakan.” Bara membatin dan kembali meneteskan air mata. Entah ini sudah kali ke berapa ia menangis untuk adiknya.

___To Be Continued___

Terpopuler

Comments

Ratna

Ratna

semangat y thor

2021-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 34
34 Bab 35
35 Bab 36
36 Bab 37
37 Bab 38
38 Bab 39
39 Bab 40
40 Bab 41
41 Bab 42
42 Bab 43
43 Bab 44
44 Bab 45
45 Bab 46
46 Bab 47
47 Bab 48
48 Bab 49
49 Bab 50
50 Bab 51
51 Bab 52
52 Bab 53
53 Bab 54
54 Bab 55
55 Bab 56
56 Bab 57
57 Bab 58
58 Bab 59
59 Bab 60
60 Bab 61
61 Bab 62
62 Bab 63
63 Bab 64
64 Bab 65
65 Bab 66
66 Bab 67
67 Bab 68
68 Bab 69
69 Bab 70
70 Bab 71
71 Bab 72
72 Bab 73
73 Bab 74
74 Bab 75
75 Bab 76
76 Bab 77
77 Bab 78
78 Bab 79
79 Bab 80
80 Bab 81
81 Bab 82
82 Bab 83
83 Bab 84
84 Bab 85
85 Bab 86
86 Bab 87
87 Bab 88
88 Bab 89
89 Bab 90
90 Bab 91
91 Bab 92
92 Bab 93
93 Bab 94
94 Bab 95
95 Bab 96
96 Bab 97
97 Bab 98
98 Bab 99
99 Bab 100
100 Bab 101
101 Bab 102
102 Bab 103
103 Bab 104
104 Bab 105
105 Bab 106
106 Bab 107
107 Bab 108
108 Bab 109
109 Bab 110
110 Bab 111
111 Bab 112
112 Bab 113
113 Bab 114
114 Bab 115
115 Bab 116
116 Bab 117
117 Bab 118
118 Bab 119
119 Bab 120
120 Bab 121
121 Bab 122
122 Bab 123
123 Bab 124
124 Bab 125
125 Bab 126
126 Bab 127
127 Bab 128
128 Bab 129
129 Bab 130
130 Bab 131
131 Bab 132
132 Bab 133
133 Bab 134
134 Bab 135
135 Bab 136
136 Bab 137
137 Bab 138
138 Bab 139
139 Bab 140
140 Bab 141
141 Bab 142
142 Bab 143
143 Bab 144
144 Bab 145
145 Bab 146
146 Bab 147
147 Bab 148
148 Bab 149
149 Bab 150
150 Bab 151
151 Dear, My beloved readers
152 QnA
153 Kabar Gembira
154 Maaf
155 Cuap-cuap Author
156 Hai, Lovely Readers!
157 Tentang Kelangsungan Cerita Reyhan dan Aleeana
158 Pemberitahuan
159 Anyeong! Othor Comeback.
Episodes

Updated 159 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 34
34
Bab 35
35
Bab 36
36
Bab 37
37
Bab 38
38
Bab 39
39
Bab 40
40
Bab 41
41
Bab 42
42
Bab 43
43
Bab 44
44
Bab 45
45
Bab 46
46
Bab 47
47
Bab 48
48
Bab 49
49
Bab 50
50
Bab 51
51
Bab 52
52
Bab 53
53
Bab 54
54
Bab 55
55
Bab 56
56
Bab 57
57
Bab 58
58
Bab 59
59
Bab 60
60
Bab 61
61
Bab 62
62
Bab 63
63
Bab 64
64
Bab 65
65
Bab 66
66
Bab 67
67
Bab 68
68
Bab 69
69
Bab 70
70
Bab 71
71
Bab 72
72
Bab 73
73
Bab 74
74
Bab 75
75
Bab 76
76
Bab 77
77
Bab 78
78
Bab 79
79
Bab 80
80
Bab 81
81
Bab 82
82
Bab 83
83
Bab 84
84
Bab 85
85
Bab 86
86
Bab 87
87
Bab 88
88
Bab 89
89
Bab 90
90
Bab 91
91
Bab 92
92
Bab 93
93
Bab 94
94
Bab 95
95
Bab 96
96
Bab 97
97
Bab 98
98
Bab 99
99
Bab 100
100
Bab 101
101
Bab 102
102
Bab 103
103
Bab 104
104
Bab 105
105
Bab 106
106
Bab 107
107
Bab 108
108
Bab 109
109
Bab 110
110
Bab 111
111
Bab 112
112
Bab 113
113
Bab 114
114
Bab 115
115
Bab 116
116
Bab 117
117
Bab 118
118
Bab 119
119
Bab 120
120
Bab 121
121
Bab 122
122
Bab 123
123
Bab 124
124
Bab 125
125
Bab 126
126
Bab 127
127
Bab 128
128
Bab 129
129
Bab 130
130
Bab 131
131
Bab 132
132
Bab 133
133
Bab 134
134
Bab 135
135
Bab 136
136
Bab 137
137
Bab 138
138
Bab 139
139
Bab 140
140
Bab 141
141
Bab 142
142
Bab 143
143
Bab 144
144
Bab 145
145
Bab 146
146
Bab 147
147
Bab 148
148
Bab 149
149
Bab 150
150
Bab 151
151
Dear, My beloved readers
152
QnA
153
Kabar Gembira
154
Maaf
155
Cuap-cuap Author
156
Hai, Lovely Readers!
157
Tentang Kelangsungan Cerita Reyhan dan Aleeana
158
Pemberitahuan
159
Anyeong! Othor Comeback.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!