Menjadi Antagonis Dalam Novel
“Apa aku juga akan berakhir tragis seperti antagonis di novel ini?” gumam seorang gadis manis sambil berjalan-jalan dan memeluk sebuah buku novel.
Gadis itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, dia kemudian tersenyum tipis dan melirik buku novel yang dia bawa.
'Aku tau, aku tidak seharusnya membentak dan marah pada Mama. Tapi tetap saja, Mama seharusnya tidak menjodohkanku tanpa sepengetahuanku. Apalagi dia adalah orang yang paling aku benci di sekolah.' Gadis bernama Alina itu menghela napas berat, dia kembali teringat dengan alur novel yang dia bawa.
“Apa Transmigrasi itu benar-benar ada? jika benar, mungkin aku memilih untuk bertransmigrasi. Setidaknya ke tubuh Nona Muda yang diberi kebebasan dan tidak dikekang.” Alina memeluk novelnya dengan erat sambil menunduk.
“Aku lelah selalu dikekang, selalu dilarang ini itu. Tidak boleh membeli atau memakan hal yang kusuka, lalu kenapa adikku boleh? Mama selalu saja menuruti semua kemauan adikku, sementara aku? ditinggalkan begitu saja. Tidak ada yang perduli, bahkan ayah juga sama. Yang di pikirannya hanya kerja, kerja dan kerja. Aku benar-benar muak dengan kehidupan ini,” gumam Alina, matanya berkaca-kaca.
Dia menutup matanya dan mengatur napasnya, Alina menyebrangi jalan yang tampak sepi. Tujuannya kini ada tepat di depan matanya.
'Aku harus meyakinkannya untuk membatalkan perjodohan itu! tidak peduli apapun yang terjadi, aku tidak mau dijodohkan dengan pria itu!' Alina mengepalkan tangannya penuh tekad, dia melangkah tanpa memperhatikan sekitarannya.
Seolah telinganya ditulikan oleh sesuatu, hingga suara klakson truk membuat Alina tersadar. Dia menoleh namun terlambat, Truk yang melaju dengan cepat itu langsung menabrak tubuh rapuh Alina hingga terlempar beberapa meter.
Dengan sisa kesadarannya, Alina membuka matanya dan berusaha meriah novel yang berlumuran dengan darahnya.
'Novelnya.. aku akan--' Tangannya hampir meraih novel itu, namun belum sempat menyentuhnya. Tangannya sudah lebih dulu terjatuh ke tanah bersamaan dengan kesadaran Alina yang menghilangkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Bagaimana keadaan Nona Audrey?”
“Nona masih belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar, karena pengaruh racun yang kuat. Aku tidak yakin dia bisa bangun lagi.”
Sayup-sayup, terdengar suara asing yang mengalun di telinga Alina. Dia berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat, mulutnya seolah diberi lem hingga tidak bisa dibuka sedikitpun.
'Ah, apa aku telah mati?'
“Apa maksudmu tabib!? Kalau kau mengatakan itu lagi, kepalamu akan berpisah dari badanmu saat itu juga!!”
Suara teriakan yang cukup keras membuat Alina kaget, namun badan, mata dan juga mulutnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Dia hanya bisa mendengarkan ucapan dari beberapa orang asing.
“T-tuan Damien--”
'Damien? aku sepertinya pernah mendengar nama itu, tapi di mana aku mendengarnya?'
“Sudahlah kak, kenapa kau memarahi Lixi dan tabib?”
'Suara asing lagi, kenapa banyak sekali orang asing di sekelilingku?'
“Dengar Mike! aku tidak akan segan menghabisi mereka kalau Audreyku tidak bangun!” ancam Damien.
“Audreyku? apa tidak salah, dia itu adikku.”
“Apa?? dia juga adikku!!”
'Hah, suara-suara itu semakin berisik dan menganggu pendengaranku. sebenarnya kenapa aku tidak bisa membuka mataku? menggerakkan mulutku saja terasa sangat susah dan berat.'
'Sebenarnya siapa mereka semua? nama mereka terdengar familiar, tapi di mana aku pernah mendengarnya? aku tidak ingat apapun kecuali-- kecelakaan!? benar, aku kecelakaan sebelum bangun di sini. Sebenarnya apa yang terjadi selama aku tidak sadarkan diri?'
“Tuan muda, Nona Audrey membuka matanya,” heboh Lixi.
'Akhirnya, aku bisa membuka mataku lagi. Tapi di mana ini? tempatnya terasa asing namun juga familiar bagiku.' Alina berkedip polos sambil memperhatikan semua orang yang kini menatap ke arahnya.
“A-audrey..” Alina menoleh ke seorang pria yang dipanggil Damien, matanya tampak berkaca-kaca tanpa sebab. Alina menatap linglung orang asing di sekelilingnya.
Dengan cepat, Damien berlari ke arah Alina dan memeluknya erat. pelukan dari orang asing itu membuat Alina seolah disambar petir, badannya seketika kaku. Matanya membulat sempurna.
“Siapa, kau?” tanya Alina setelah berhasil berbicara, Damien melepas pelukannya. Dia menatap bingung Alina, gadis itu menoleh ke sekeliling. Semua tatapan aneh terlontar padanya, entah apa yang salah dengan pertanyaannya barusan.
“A-audrey, apa kau lupa dengan kakakmu ini?” mata Damien kembali berkaca-kaca, Mike menghela napas pelan melihat sikap kakaknya yang berubah drastis.
'Siapa Audrey? Dan apa maksudnya kakak, aku hanya memiliki adik. Aku tidak memiliki kakak sama sekali, siapa pria yang mengaku-ngaku jadi kakakku ini. Dan kenapa dia memanggilku Audrey?'
Mike melirik ke arah tabib, tabib yang mengerti Isyaratnya lantas mendekat namun langsung dihentikan oleh Damien.
“Jangan dekati adikku!” tatapan tajamnya langsung membuat sang tabib ketakutan, tabib itu kembali menoleh ke arah Mike yang mengangguk kecil.
“Kak, biarkan tabib memeriksa Audrey. Kau keluarlah bersamaku.” Mike berjalan mendekat, dia memegang bahu Damien namun langsung ditepis secara kasar disertai tatapan tajam yang menusuk.
“Ayo cepat!!” Mike langsung saja menarik Damien secara paksa, sementara sang empu memberontak dan berusaha melepaskan tangan Mike yang terus menariknya keluar.
“Lixi, siapkan makanan untuk Nona Audrey,” kata Mike sebelum kembali menyeret Damien keluar dari ruangan tersebut, Alina terdiam dengan seribu pertanyaan di benaknya.
“Permisi, Nona Audrey.” Tabib berjongkok di samping tempat tidur Alina, dia kemudian mengecek denyut nadi gadis itu.
“Nona Audrey, apa Anda mengingat sesuatu?” tanya tabib, Alina hanya menggeleng. Dia tidak tau harus berkata apa pada orang asing di depannya.
'Ayolah, siapa Audrey? siapa Damian, dan siapa Mike? aku tidak mengenal mereka satupun!'
“Nona Audrey, apa kau mengenal dia?” tabib itu menoleh ke arah seorang wanita paruh baya yang dipanggil Lixi, Alina lagi-lagi menggeleng.
“Pertanyaan terakhir, apa Anda tau ini di mana?” lagi dan lagi, Alina hanya menggeleng sebagai jawaban. Tabib menghela napas dan berdiri, dia kemudian berjalan keluar tanpa sepatah katapun.
Lixi ikut berjalan keluar dengan wajah sedih, Alina hanya memasang wajah bingung. Dia menoleh ke luar jendela.
“Cuacanya sangat cerah, apa Mama dan Papa tidak mencariku?” gumam Alina, dia menghela napas dan menunduk. Menatap kedua tangannya dengan wajah sedih.
'Maafkan aku, Ma. Aku tidak berniat membuat Mama malu, hanya saja. Aku benar-benar tidak bisa dijodohkan dengan pria itu, dia itu sangat munafik dan berpura-pura polos! pacarnya ada di mana-mana, dasar pria bodoh!'
“Tidak mungkin! Adikku tidak mungkin hilang ingatan! Kau jangan berbohong!!”
Alina menoleh ke arah pintu, dia menghela napas pelan. 'Damien bodoh itu kenapa sih? aku saja tidak mengenalnya, meskipun-- ah aku ingat! nama-nama itu ada di dalam buku novel yang dipinjamkan Elisa padaku! apa ini cuman kebetulan? nama, dan bentuk ruangan ini benar-benar mirip seperti deskripsi kamar dan nama kakak Audrey. Apa, aku mengalami Transmigrasi??' Alina menggeleng.
“Mustahil Al, kenapa kau jadi bodoh sih! meskipun kenyataannya kau menginginkannya, itu tidak akan pernah terjadi. Semuanya hanya fiksi belaka!”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Livami
halo Thor... saya mampir~
sampai sini bagus jadi saya lanjut baca/Hey/
2024-07-28
0
Abizar zayra aLkiaana
mampir dulu
2023-03-29
0
CaH KangKung,
👣👣👣....
2023-01-16
0