“Audrey nak, tolong kami.”
Suara isak tangis, teriakan minta tolong dan juga bau amis darah membuat Audrey membeku seketika. Dia menatap dengan mata bergetar mayat seorang pria yang terbaring kaku di depannya.
Audrey terduduk di depan mayat itu. 'Tidak, tidak, tidak!! Kakak, kalian tidak mungkin mati kan? Kalian masih hidup, Semuanya hanya bercanda kan??'
Audrey tersenyum getir. “Kak, ini bohong kan? tolong bilang ini bohong! semuanya tidak benar, ini hanyalah ilusi! K-kalian baik-baik saja kan?? Aku-- kak, tolong jawab aku!!” Audrey mengguncang tubuh kaku dengan air mata yang mengalir, dadanya terasa sangat sesak.
“Aku dengar, bunga di taman surga bisa menyembuhkan penyakit apapun. Bahkan bisa menghidupkan orang mati.”
Audrey menoleh ke belakangnya, terdapat dua orang asing tengah saling berbicara. Di sekelilingnya keduanya dikelilingi cahaya terang seolah semua tempat yang diinjak Audrey gelap, dia tidak bisa melihat wajah keduanya. Tapi bisa dengan jelas mendengar percakapan keduanya.
“Ah soal itu, aku pernah mendengar rumornya. Bunga di taman surga itu memang adalah sebuah obat dan kunci kehidupan, tapi dengan bunga seberharga itu. Pasti tidak akan mudah mendapatkannya.”
Audrey menatap sayu keduanya, dia dengan sekuat tenaga berdiri dan berjalan terhuyung-huyung. “Berhenti, tolong berhenti,” gumam Audrey ketika melihat keduanya semakin menjauh, langkahnya semakin pelan hingga dia terjatuh ke tanah.
'Aku harus, mendapatkan bunga itu!'
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Nona Audrey!!”
Audrey membuka matanya karena silau, dia menatap sayu Lixi yang sedari tadi berusaha membangunkannya. Air matanya tiba-tiba mengalir dan membuat Lixi gelagapan.
“Nona Audrey, ada apa? apa ada yang sakit? dimana? apa aku melukaimu? apa aku menganggu tidurmu?” tanyanya bertubi-tubi, Audrey bangun dan mengusap wajahnya. Dia kemudian menatap Lixi dengan senyum manisnya.
“Aku baik-baik saja, mungkin karena aku merindukan Kak Damian yang lainnya.”
'Lagi, lagi dan lagi. Kenapa aku selalu memimpikan kehancuran Keluarga Audrey? mimpinya berbeda, dan setiap aku mengalaminya. Semuanya seolah nyata dan alami, apalagi rasa sakitnya.' Audrey menyentuh dadanya.
“Nona Audrey? Apa Anda tidak enak badan?” tanya Lixi khawatir, Nonanya tidak pernah mengalami apapun hingga seseorang meracuninya.
“Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing. Mungkin nanti akan lebih baik, bisa tolong berikan aku segelas air? aku merasa haus.”
“Baik Nona, tolong tunggu di sini sebentar!” Lixi berlari keluar dari kamar Audrey, Sementara gadis itu bangun dan bersandar. Dia melamun, bingung dengan mimpi yang sering dialaminya dalam beberapa hari belakangan ini.
'Bunga dari taman surga itu, aku harus mencari tahu soal bunga itu!'
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Ayahanda, Kakak sepupu. Apa Kak Damian dan yang lainnya akan kembali sangat lama?” tanya Audrey, dia bahkan belum mengganti piyama yang digunakannya.
“Audrey, ada apa? Apa kau merindukan mereka?” Audrey mengangguk kecil, dia menunduk. “Aku merindukan mereka, sangat. sangat merindukannya,” gumam Audrey.
“Jahat sekali, aku masih di sini tau! apa kau tidak mengerti perasaanku ketika kau merindukan mereka?” Audrey menatap sayu Renzo, melihat tatapan sang adik sepupu membuat Renzo langsung bergulat dengan pikirannya sendiri.
“Oh iya, ini surat dari Akademi.” Renzo memberikan sebuah amplop dengan cap bergambar bunga, Audrey menggesernya pelan seolah tidak berminat dengan apapun. Dia menatap memohon Grand Duke yang sedang bergulat dengan dokumen-dokumennya.
“Ayahanda.”
Grand Duke menoleh ke arah Audrey dengan kening berkerut. “Ada apa, sayang? kenapa suaramu terdengar parau dan lemah?”
Audrey menggeleng pelan. “Aku ingin Kak Damian dan yang lainnya, itu saja. Aku mohon, Ayahanda. Biarkan aku bertemu mereka.”
Grand Duke tampak mempertimbangkan keputusannya, dia menghela napas pelan dan menatap Audrey. “Baiklah, aku akan--” Suara ketukan pintu membuat ucapan Grand Duke terpotong.
“Ada apa?” tanya Renzo dengan nada dingin, tidak suka karena seseorang langsung memotong ucapan dari ayah sepupu tersayangnya.
“Maafkan kelancangan saya, Tuan Muda. Tuan, Dan Nona Audrey. Tapi ada surat dari kekaisaran.” Audrey yang mendengarnya tiba-tiba berlari ke arah pengawal itu dan menyambar amplop di tangannya, dia dengan tidak sabar membuka amplop itu dan membuat kedua pria di belakangnya bingung.
Setelah kesunyian yang lama, kristal bening tidak bisa lagi dia bendung. tetesan air mata langsung mengalir dan terjatuh ke lantai.
“K-kak Damian,” gumam Audrey dengan nada bergetar, dia melempar surat itu dan langsung berlari keluar.
'Hahaha, surat itu bohong kan? itu surat palsu! pasti, pasti Kak Damian baik-baik saja!!' Audrey berlari secepat mungkin ke kandang kuda, dia mengambil salah satu kuda dan menaikinya. Audrey menghentakkan kekang kuda dan dengan cepat menuju ke istana kekaisaran.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Maaf Nona, Anda tidak boleh masuk!” Beberapa pelayan berusaha menghentikan Audrey yang berusaha masuk ke istana.
“Lepaskan aku! aku ingin melihat kak Damian!!” teriak Audrey. “Kak Caesar!!”
“Lepaskan dia.” semua pelayan langsung berjejeran dan menunduk hormat, Audrey menatap samar pria yang tidak lain adalah Caesar. “K-kak Caesar, di mana Kak Damian?” tanya Audrey, Caesar memeluknya erat.
“Jawab kak! di mana Kak Damian!!” Audrey berusaha memberontak dan melepaskan pelukan Caesar yang semakin mengerat. “Percayalah Audrey, Damian akan baik-baik saja. Dia, dia hanya akan tertidur cukup lama!” Caesar melepas pelukannya dan menatap Audrey yang telah menangis sesegukan.
“Kakak akan berusaha untuk mencari obat agar bisa menghilangkan racunnya, Audrey. Sekarang, Damian ingin menemuimu.” Caesar mengusap pipi Audrey lembut, dia tersenyum tipis dan menarik tangan Audrey lembut agar mengikutinya.
Audrey hanya diam sambil mengikuti Caesar, pikirannya kini penuh dengan kecemasan terhadap Damian. Caesar membuka pintu kamar Damian, Audrey langsung berlari keluar dan berlutut di depan Damian yang hanya diam dengan mata tertutup.
Audrey memaksakan senyum di wajahnya. “K-kak Damian, ini Audrey. Kak Damian kangen kan sama Audrey?” Audrey menyentuh tangan dingin Damian, Bahkan sebelah tangan pria itu telah membiru karena racun yang menyebar.
“Kenapa ini terjadi? Audrey nggak mau semua ini, Audrey cuman mau kalian. Kak Damian bangun ya, Kita pulang ke rumah. Ayahanda dan Ibunda menunggu kita.” Audrey menahan rasa sesak di dadanya.
“Kak Damian--”
“Nona Audrey--”
“Diam!! Kalian seharusnya bisa menyembuhkan Kak Damian! tapi apa?? kalian hanya diam dan tidak melakukan apapun!” teriak Audrey untuk melampiaskan rasa kesal, amarah, kekecewaan, dan kesedihan yang bercampur aduk di hatinya.
“Tapi Nona Audrey--”
“Keluar dari sini!!”
Caesar duduk di samping Audrey, dia menarik sang adik dan memeluknya dengan erat. “Tenanglah, Audrey. Damian akan baik-baik saja, yakinlah akan hal itu. Damian tidak akan lemah dan dia pasti akan hidup demi kau, jadi jangan menyerah. Audrey, Damian akan sedih jika melihatmu seperti ini.” Caesar berusaha menenangkan Audrey dengan kata-kata yang muncul di otaknya.
“Kak, Kak Damian. Dia--”
“Sudah ya, Damian akan baik-baik saja. Audrey, dia akan baik-baik saja.”
Audrey mengangguk kecil, dia menatap Damian dengan mata bengkaknya. 'Kak Damian, aku akan. Aku akan melakukan apapun agar kau bisa selamat! meskipun aku harus menentang mau sekalipun, sejak kecil. Aku selalu di kekang, diperlakukan seperti boneka. Hingga aku menyimpan rahasia, dan semua yang kuinginkan. Semuanya kukunci dalam gudang, kunci yang kupikir tidak akan pernah lagi terlepas. Tapi sejak ada kau, sejak ada kalian. aku selalu merasa bahagia dan seolah dunia sangat baik padaku, tapi sekarang. Dunia kembali ingin merebut salah satu kekuatanku.'
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments