Audrey mengunyah makanan di mulutnya, setelah mendengar penjelasan dari Lixi. Dia semakin yakin kalau dirinya benar-benar melakukan perjalanan waktu seperti yang sering dia lihat di tv.
“Ayo buka mulutnya,” ucap Damien sambil menyendokkan bubur ke mulut Audrey, dengan patuh. Dia membuka mulutnya dan kembali mengunyah.
“Kak, apa kakak tidak ada urusan lain?”
Damien yang tengah mengaduk bubur mendongak ke arah Audrey, dia tersenyum tipis. “Kakak hari ini libur demi menjaga adik kesayangannya agar tetap makan dan cepat sembuh.”
'Justru karena kedatanganmu lah, aku jadi tidak bisa istirahat dengan tenang. Apalagi memikirkan alur novel dan juga nasibku yang menjadi antagonis.'
“Oh iya, meskipun tidak rela. Tapi kakak harus kembali ke kekaisaran besok, Mike dan Caesar akan bergantian menjagamu. Beritahu aku kalau mereka mengusilimu!” Audrey mengangguk pelan.
'Aku sudah lelah dengannya, kalau ditambah Caesar dan Mike. Aku bisa gila menjadi Audrey, oh Audrey. Kenapa kau mati karena racun sih?? bukannya seharusnya kau hanya mengalami sakit parah dan tidak bisa lagi bangun dari tempat tidur.'
“Oh iya, Kak. Bagaimana keadaan Ibunda dan Ayahanda?” tanya Audrey, setelah dia ingat dengan baik. Orang tua keempat bersaudara itu sempat terkejut, terlebih lagi ibunda Audrey ketika mengetahui sang putri diracuni.
“Apa Lixi memberitahumu? Ayahanda sedang mencari pelaku yang meracunimu, sementara Ibunda masih istirahat di kamarnya karena syok berat.”
“Apa Kakak tidak ingin menjenguk Ibunda? día pasti sangat khawatir pada keadaanku, lebih baik Kakak memgunjungi Ibunda dan memberitahu kalau aku sudah baik-baik saja.” Audrey tersenyum manis untuk menyakinkan Demian, setelah lama terdiam. Pria itu tersenyum tipis dan meletakkan mangkuk bubur di meja, dia kemudian mengacak rambut Audrey dan berdiri.
“Baiklah, kau istirahatlah dengan tenang. Aku akan menemui Ibunda.” Damian melangkah keluar dari kamar Audrey, setelah pintu tertutup. Gadis itu menghela napas lega.
'Untung saja dia sudah pergi, aku jadi bisa berpikir dengan tenang dan damai. Tapi apa maksudnya beristirahat dengan tenang? dia pikir aku ini sudah mati, apa??' Audrey berdecak, dia berdiri dan berjalan ke arah jendela.
'Kalau aku ingin hidup tenang, maka aku harus mengubah alur novelnya. Meskipun tidak mendapatkan ingatan dari Audrey, setidaknya aku masih mengingat alur novel yang bisa menuntunku agar tidak menjadi seperti si antagonis Audrey. Lagipula, aku tidak akan membuat keluarga Audrey dalam masalah lagi.meskipun beberapa alurnya tidak kuingat, setidaknya. selama aku menjadi Audrey.'
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ*...
Suara ketukan pintu membuat tidur nyenyak Audrey terganggu, dia mengucek matanya pelan dan bangun.
“Siapa?” Tidak ada jawaban membuat Audrey merasa aneh dengan keadaan yang terasa sangat sepi dan menyeramkan, dia berdiri dan berjalan ke arah pintu.
Audrey membuka pintu kamarnya dengan perlahan, matanya membulat sempurna. Teriakan minta tolong, cahaya dari api yang panas. Darah yang berada di lantai dan dinding.
Audrey menutup mulutnya dengan kedua tangan, dia melihat keluarga Audrey yang bersimbah darah dan tak bernyawa di lantai.
'A-apa yang terjadi?? Kak Damien! di mana dia??' Audrey menatap sekitaran, berusaha mencari keberadaan Damien. Setelah menemukannya masih hidup, Audrey bernapas lega. Namun hanya sesaat, karena sebuah panah tiba-tiba melesat dan menembus jantung Damien yang hanya berdiri diam.
“Tidak!!”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Audrey membuka matanya dengan napas terengah-engah, keringat membasahi wajahnya. Dia menoleh dan melihat Damian yang tengah tertidur di atas sofa.
Audrey menyentuh dadanya, dapat dia rasakan jantungnya yang berdetak cepat.
'Mimpi apa tadi itu?'
“Audrey, apa kau terbangun?” Audrey menoleh ke asal suara, dapat dia lihat Damian yang terbangun. Mungkin karena suara teriakannya tadi.
“Iya, aku baru saja bermimpi buruk. Maaf kalau menganggu tidurmu, Kak.” Audrey menggaruk pipinya dan tersenyum konyol, Damian bangun dan bersandar.
“Tidak apa-apa, kau bermimpi apa?” tanya Damian yang masih dalam keadaan mengumpulkan nyawa.
'Apa aku harus berkata jujur tentang mimpi barusan? tidak, tidak! mungkin saja mimpi itu adalah petunjuk, sebuah alur ketika keluarga Audrey dihabisi secara tragis. Meskipun rasanya agak berbeda dengan mimpi tadi.'
“Itu tidak penting, lagipula. Mimpi hanyalah bunga tidur, Kakak istirahatlah kembali. Aku ingin mengambil air dulu.” Audrey berdiri, dia hendak melangkah namun dihentikan oleh Damian.
“Biar kakak yang ambilkan, kau istirahatlah lagi.” Damian berdiri, sementara Audrey mengangguk dan duduk di tepi kasurnya. Dia memperhatikan Damian yang berjalan keluar dari kamarnya.
Audrey menunduk ketika pintu telah ditutup, dia menghela napas pelan. 'Mimpi yang aneh, tapi apa benar itu adalah alur kehancuran keluarga Audrey? tapi, kenapa aku merasa. Alurnya sedikit berbeda dari yang pernah kubaca? Atau ada sesuatu di dalam mimpi itu, tapi apa?' Audrey mengetuk-ngetuk dagunya berpikir.
“Audrey??”
Audrey seketika tersadar dari lamunannya, dia menoleh ke asal suara dan melihat pria asing yang tersenyum manis ke arahnya. Audrey balas dengan senyum yang tak kalah manis.
“Kak Caesar, Kakak di sini? aku pikir Kakak sedang sibuk karena menjadi kesatria Putra Mahkota.”
“Adik kecilku yang manis, bagaimana keadaanmu sekarang?” Caesar duduk di samping Audrey.
“Aku sudah lebih baikan, Kak Damian menjagaku dengan baik. Meskipun agak merepotkan karena dia selalu melarang kak Mike masuk.” Caesar terkekeh kecil mendengarnya, dia mengelus rambut Audrey lembut.
“Maaf karena Kakak tidak bisa ikut menjagamu, sebenarnya saat Kakak tau kau diracuni. Kakak juga ingin pulang bersama Damian, tapi kakak juga tidak bisa meninggalkan kekaisaran karena Damian sangat ingin melihatmu.”
“Apa kau tau, saat Damian mengetahui kau diracuni. Dia langsung mengamuk seperti orang gila, jika Putra Mahkota tidak datang. Dapat dipastikan ruangannya akan hancur.” Audrey mendengarkan dengan seksama, dia kini melihat dengan matanya sendiri. Betapa peduli dan sayangnya ketiga Kakak Audrey pada Audrey.
“Kak--”
“Kalian membicarakan apa?” Keduanya menoleh ke asal suara dan melihat Damian yang berjalan masuk dengan wajah kesal yang tertuju pada sang Kakak.
Damian memberikan segelas air yang dibawanya dari dapur, Audrey menerimanya dan tersenyum. “Terima kasih, Kak Damian.”
Damian membalas senyum Audrey, tatapannya beralih ke Caesar yang tersenyum mengejek.
“Kenapa kau bisa disini?” nada ketus dari Damian tidak membuat senyuman di wajah Caesar luntur, justru semakin melebar. Dia merangkul Audrey yang sudah meletakkan gelas kosong di meja.
“Tentu saja, melihat adikku,” tekan Caesar di akhir kalimatnya. “Lepaskan tanganmu, Kakak bodoh!” Damian langsung memukul pelan tangan Caesar yang ada di pundak Audrey.
“Argh, lihat Audrey. Dia memukul tanganku dengan keras,” adu Caesar sambil memegangi tangannya yang dipikul Damian.
“Jangan percaya, dia berbohong Audrey! Caesar hanya berpura-pura.” Damian berusaha membela dirinya, Caesar dan Damian saling menatap dengan tatapan kesal.
Audrey terkekeh kecil dan membuat keduanya menoleh ke arah Audrey secara bersamaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Hikam Sairi
baca
2025-01-02
0
mr. rmayy
kata² yang sangatlah sempurna yah. em keluarga yang harmonis yah jadi demen ngebaca nya. makasih thorr
2024-01-13
0
hope
keluarga yg harmonis
2023-01-18
1