“Maafkan aku, kak. Aku tidak bisa menahan tawa,” kata Audrey setelah tawanya mereda, dia kemudian menatap keduanya dengan senyum manis.
“Kak Damian dan Kak Caesar kenapa malah bertengkar di sini? jika Ayahanda bangun, dia pasti akan memarahi kalian.”
“Hahaha, tidak mungkin. Kalau Caesar mungkin saja, tapi aku tidak mungkin.” Damian mengibaskan tangannya dengan wajah penuh percaya diri, Caesar yang sudah tidak tahan langsung saja memukul kepala Damian. Meskipun tidak cukup keras, setidaknya pukulan Caesar berhasil membuat sang adik meringis.
“Apa kau bodoh??” kesal Damian tak terima, Audrey menghela napas dan memijat pelipisnya pusing.
“Kalian, jika ingin bertengkar besok saja! sekarang masih gelap dan aku ingin tidur!”
Keduanya saling melihat beberapa detik sebelum beralih ke Audrey. “Aku akan menemanimu!” ucap keduanya bersamaan, keduanya saling menatap dengan tatapan permusuhan.
“Tidak ada yang boleh di kamarku hari ini! Aku sedang kesal karena kalian, jadi aku tidak ingin kalian berada di kamarku. Jadi keluar sekarang juga dan kembali ke kamar masing-masing!” Audrey menunjuk pintu kamarnya, keduanya menoleh ke arah yang ditunjuk Audrey.
Hanya beberapa detik sebelum Keduanya berpaling ke Audrey dengan puppy eyes. “Tidak boleh! keluar atau Kak Mike yang aku panggil!” ancam Audrey dan membuat keduanya menghela napas, dengan terpaksa. Damian dan Caesar berjalan keluar dari kamar Audrey sambil saling menyenggol.
“Huh, benar-benar membuatku pusing saja.” Audrey memijat pelipisnya pusing.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Selamat pagi semuanya,” sapa Audrey dengan senyum manis andalannya, dia duduk di samping Mike dan menatap ke dua kursi yang kosong.
“Di mana Ayahanda dan Ibunda?” Audrey menoleh ke arah Mike yang tengah mengolesi selai kacang di atas rotinya, dia memakan roti di tangannya dan menoleh ke Audrey.
“Ayahanda sedang menjaga Ibunda,” kata Mike sambil mengunyah makanannya, Audrey menoleh ke arah Damian dan Caesar. Keduanya tampak masih dalam keadaan bermusuhan.
Mike sambil makan rotinya, dia memperhatikan kedua kakaknya dengan serius seolah tengah menonton film.
“Audrey, mereka kenapa lagi?” bisik Mike pada Audrey, gadis itu menghela napas dan memakan roti yang sudah diolesi selai coklat.
“Seperti biasa.” Mike mengangguk mengerti.
“Permisi, Nona Audrey. Tuan Eryk ingin bertemu dengan Anda.” Audrey melirik ke arah pelayan yang menunduk hormat, dia mengangguk.
“Aku akan kesana.” Audrey berdiri dan hendak pergi, namun tangannya ditahan oleh Mike.
“Apa kau yakin? biar menemanimu saja, Eryk itu sangat licik dan akan melakukan apapun demi mendapatkan hal yang dia inginkan.” Audrey tersenyum. “Biar aku sendiri, Kak. Aku akan baik-baik saja, lagipula. Bukankah kalian harus ke kekaisaran dan juga akademi? tidak baik kalau kalian terlambat datang.”
“Tapi Audrey--”
“Kalian percaya denganku kan?” Audrey melirik ketiganya bergantian, ketiganya mengangguk tanpa ragu.
“Maka dari itu, aku akan pergi sendirian saja.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Selamat siang, Tuan muda Eryk.” Audrey menunduk sopan dengan senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya, dia kemudian duduk di kursi depan Eryk dan menatap tenang pria itu.
“Terus terang saja, kau kan yang menyuruh seseorang untuk meneror Abella!”
“Astaga, kau tidak seharusnya menuduhku tanpa bukti. Tuan Muda, yang membenci Abella bukan hanya aku seorang.” Eryk langsung menggebrak meja dengan keras, Audrey masih menatapnya tenang.
“Tidak perlu berbohong, Nona Audrey! aku tau kau yang menyuruh seseorang dan membuat Abella mengurung diri di rumah!” tuduh Eryk sambil menunjuk Audrey yang memasang wajah polosnya.
Audrey menutup mulutnya dengan kedua tangan seolah terkejut. “Astaga, apa Nona Abella baik-baik saja?”
“Tidak usah basa-basi!” Eryk mengangkat tangannya dan menampar Audrey, namun belum mengenai gadis itu. Tangannya sudah lebih dulu ditahan dan dicekal oleh seseorang.
Audrey melirik orang yang membantunya, dia masih duduk tenang di kursinya. “Kau tidak seharusnya bermain kasar pada wanita!” pria itu langsung menepis tangan Eryk dengan kasar.
“Kakak Enzo, dia adalah temanku. Tentu akan terjadi sedikit cekcok di pertemanan.”
“Aku tahu, Audrey. Tapi jika dia sudah menampar, apalagi seorang gadis. Itu bukan lagi sedikit cekcok!” Pria itu menatap Audrey dengan tatapan yang sedikit lembut daripada saat menatap Eryk tadi.
“Heh, apa dia menggodamu hingga kau ingin melindunginya? Nona Audrey, kau itu benar-benar--” Belum selesai Eryk berbicara, dia sudah lebih ditampar oleh Audrey.
Tamparan darinya sampai membuat Eryk menoleh dengan rasa perih yang menjalar di pipinya, Renzo menatap takjub adik sepupunya itu.
“Sejak kapan kau pintar menampar seseorang?” tanya Renzo pada Audrey, dia tidak memperdulikan Eryk yang menatapnya dengan tatapan tak percaya.
“Hehehe, tentu saja. Aku ini sangat hebat dan pintar, tapi tanganku sakit karena menampar Eryk.” Audrey mengibaskan tangannya untuk menghilangkan rasa perih.
“Kau seharusnya tidak perlu menamparnya, kau jadi membuat tanganmu sendiri sakit kan?” Renzo memegang tangan Audrey lembut dan meniupnya pelan.
'Apa-apaan ini?? kenapa aku malah tidak terlihat di antara keduanya, dan. Renzo mengenal Audrey??' batin Eryk.
“Ayo kita masuk.” Renzo menarik tangan Audrey masuk, dia berhenti sejenak dan menoleh ke arah Eryk yang mendengus kesal.
“Ayo Eryk!”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Silahkan tehnya, Tuan Muda. Nona Audrey.”
“Terima kasih, Lina. dan tolong ambilkan kue yang ada di atas meja.” Lina menunduk hormat dan berjalan kembali ke dapur, Audrey menatap Renzo dan Eryk bergantian.
“Aku tidak tau kalau kau punya teman yang menyebalkan sepertinya, Kakak sepupu!” Audrey melirik sinis Eryk.
'Apa?? kakak sepupu! jadi Audrey adalah orang yang selalu diceritakan Ren??'
“Dia tidak menyebalkan, hanya sedikit keras kepala dan susah diatur,” jawab Renzo tenang, dia meminum tehnya dengan berwibawa.
“Aku juga tidak tau kalau kau mempunyai sepupu yang sangat bodoh seperti dia!” Eryk membalas sinis ucapan Audrey.
“Hey, aku itu tidak bodoh! aku itu sangat cantik, manis, pintar dan cantik,” balas Audrey kesal, dia bersandar dan melipat tangannya di depan dada. Renzo yang melihat itu menghela napas dan meletakkan cangkir teh di meja.
“Sudah, sudah. Kenapa kalian malah bertengkar?”
“Ini karena dia yang mulai!” Audrey menunjuk Eryk. “Heh, ini salahmu!”
“Itu salahmu!” kekeh Audrey, namun Eryk membalasnya dengan ucapan yang sama. keduanya akhirnya berdebat tentang siapa yang salah.
“Ini Nona, Kuenya.” Audrey menoleh ke arah Lina yang membawa nampan berisi kue dessert yang sudah dipotong sama rata.
Audrey berdiri dan mengambil dua pikir dessert, dia kemudian meletakkannya di depan Renzo dan juga Eryk. Audrey kembali mengambil sepiring lagi dan diletakkan di depannya.
“Sisanya kau bawa saja untuk yang lain,” ucap Audrey sambil duduk, Lina menunduk hormat dan berjalan pergi.
“Coba dan beritahu aku rasanya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments