Pengantin Kecilku
Seorang gadis cantik, berkulit sawo matang berlari menuju rumahnya, dengan masih mengenakan seragam Sekolah putih abu-abu, ia berlari masuk kedalam rumahnya karena ingin menghampiri Mama dan Papinya.
"Mama! Papi!" teriak Adelia dengan sangat ngos-ngosan, akibat berlari tadi. Cukup lama ia menunggu kedatangan orang tuanya akan tetapi, mereka sama sekali tidak datang-datang.
"Ya ampun, kemana perginya mereka semuanya? Mungkin saja mereka ada di rumah, paman Sam."
Adelia bergegas pergi menuju rumah Paman Sam yang berada di samping rumahnya, perlahan ia masuk kedalam sambil melirik keseluruhan ruangan dan sama sekali tidak ada orang di sana.
"Apa semuanya pergi? Ah, tidak mungkin rumah saja tidak dikunci sama sekali," gumam Adelia sambil terus berjalan, menyusuri ruangan rumah Paman Sam.
Langkah kakinya terhenti saat tas Sekolahnya ditarik oleh seseorang dari belakangnya, sontak saja membuatnya sangat takut.
"Lepaskan, jangan sakiti aku!" teriak Adelia membuat Abraham takut, ia langsung menarik Adelia lalu menutup mulut Adelia menggunakan tangannya.
"Diamlah. Ayo ikut aku," bisik Abraham ditelinga Adelia.
Abraham melepaskan tangannya kemudian ia berjalan menuju taman dan Adelia mengikutinya dari belakangnya.
"Apa yang akan disampaikan, olehnya padaku ... dia itu terlihat aneh sejak kami berpisah beberapa tahun terakhir ini," gumam Adelia dalam hatinya.
Adelia duduk di samping Abraham yang mengeluarkan bungkusan kecil dari dalam tasnya.
Adelia tersenyum bahagia, sebab. Ia mengira itu adalah hadiah untuknya.
"Terimakasih, Abraham. Kau adalah Kakak terbaik ku," ucap Adelia langsung mengambil paksa bungkusan kecil tersebut dari tangan Abraham.
Abraham langsung menoyor kepala Adelia karena sudah tidak sopan memanggilnya dengan sebutan nama saja, dan yang kedua dia juga sangat kesal, sebab. Hadiah yang akan dia berikan pada Adelia sudah diambil paskah oleh Adelia sendiri.
"Sakit, tau ... kau sopanlah sedikit padaku ini," keluh Adelia sambil mengelus-elus kepalanya, kemudian ia menatap kearah Abraham yang menatap dirinya dengan tatapan tajam dan mengerikan.
"Baiklah, aku minta maaf, Kak."
"Bagus, kau ini anak pandai."
Adelia tersenyum kemudian ia langsung memeluk Abraham, sebab. Ia sangat menidurkan teman sama kecilnya itu.
"Del, jangan beritahu siapapun kalau aku memberikan mu hadiah itu," pinta Abraham pada Adelia.
"Baik Kak, aku akan merahasiakan semuanya, kau ini sangat baik aku sangat menyayangi mu," sahut Adelia dengan tersenyum bahagianya, kemudian ia membuka hadiah dari Abraham tadi.
Abraham menahan tawanya saat melihat Adelia membuka hadiah darinya.
Senyum yang tadinya selalu ada pada Adelia kini berubah menjadi kesal, saat ia melihat apa isi kado dari Abraham.
"Kau ini tidak berubah, kau sangat mesum!" teriak Adelia sambil memukul lengan Abraham menggunakan tangannya.
Abraham tertawa-tawa lalu ia mengambil bra dari tangan Adelia, dan ia hendak memakainya kepada Adelia.
"Aku akan membantu, agar kau bisa menggunakan benda ini," ucap Abraham sambil tertawa-tawa, memegang bra berwarna merah muda, yang ia berikan kepada Adelia sebagai kado.
"Dasar mesum!" teriak Adelia sambil berlari membawa bra dari Abraham tadi masuk kedalam rumahnya.
"Dasar mesum, dia tidak pernah berubah sama sekali," ucap Adelia sambil menidurkan tubuhnya di atas kasur miliknya.
Adelia meletakan bra dari Abraham di meja kecil miliknya, kemudian ia menidurkan tubuhnya tanpa berganti baju terlebih dahulu. Itu memang sudah menjadi kebiasaan baginya seperti itu sehingga ia seringkali dimarahi oleh Mama Rere.
*
*
Abraham tersenyum manis saat mengingat kembali kejadian tadi saat dirinya menggoda Adelia.
"Dia sudah dewasa, bahkan. Tubuhnya sangat indah, seindah bunga yang bermekaran indah," ucap Abraham tanpa sadar, dan beberapa detik kemudian ia menyadari ucapannya barusan.
"Tidak, tidak. Dia adalah adikku aku harus bersikap wajar saja," ucap Abraham sambil menggelengkan kepalanya, ia pun berjalan masuk kedalam rumah.
*
*
"Besok-besok, kita akan pergi bersama dengan Abraham dan Adelia," ucap Mama Rere kepda Papi Arkan sambil memasuki rumah mereka.
"Benar itu, nanti malam buatlah makan malam bersama. Karena hari ini adalah hari kepulangan Abraham," sambung Papi Arkan.
Mama Rere tersenyum kemudian ia duduk di sofa sambil menyegarkan dirinya karena di jalan pulang hari sangat panas, sedangkan Papi Arkan bergegas pergi menuju kamar putri satu-satunya, untuk memastikan apakah anaknya sudah pulang atau belum.
Papi Arkan tersenyum saat membuka pintu kamar putrinya, lalu ia menggelengkan kepalanya karena anak satu-satunya selalu saja ceroboh, dan sedikit lemot, bahkan. Adelia seperti ini setiap harinya membuat Mama Rere sangat pusing.
"Biarkan saja dia tidur, kalau sampai mama Rere tahu maka dia akan sangat marah pada Adelia," ucap Papi Arkan yang bergegas menutup kembali pintu kamar Adelia lalu ia bergegas pergi dari sana.
*
*
Pada malam hari. Adelia baru saja terbangun karena rumahnya terdengar sangat rampai suara orang.
"Berisik sekali, sebenarnya ada apa, sih?" ucap Adelia, yang langsung bangun dan berjalan menuju pintu kamarnya lalu ia membuka sedikit, dan dia melihat kalau sudah ada keluarganya bersama juga keluarga Abraham disana.
"Sebaiknya, aku cepat mandi dan bersiap-siap. Aku takut tertinggal berita," ucap Adelia, yang buru-buru masuk kedalam kamar mandi dan ia langsung mandi dengan tergesa-gesa.
Setelah selesai mandi. Adelia cepat-cepat memakai kaus, dan celana kulot panjang kemudian ia juga mengikat rambutnya.
"Sudah rapi, tidak mungkin mereka tahu kalau aku baru saja bangun," gumam Adelia sambil berjalan perlahan menuju ruang tamu.
"Malam, semuanya," sapa Adelia yang mendukung bokongnya di samping Abraham.
Semua mata tertuju padanya, sontak saja membuat Adelia langsung melihat penampilannya, dan ia langsung membulatkan matanya.
"Ya ampun, bisa-bisanya baju ini terbalik, bahkan. Celana ini juga, ha. Mau diletakan dimana wajahku ini," gumam Adelia didalam hatinya.
"Del, kamu baik-baik saja?" tanya Sam sambil menatap kearah Adelia sontak saja Adelia langsung bangun.
"Permisi, semuanya." Adelia langsung berlari kencang masuk kedalam kamarnya.
Semua orang kembali pada obrolan mereka masing-masing sedangkan Abraham tersenyum tanpa ia sadari.
"Anak itu masih saja ceroboh dan lemot," gumam Abraham dalam hatinya.
Abraham tersadar kalau dirinya tersenyum dan ia langsung menghilangkan senyumannya itu.
"Re, kita akan segera berangkat, ke Turki karena Keluarga besar kami ada yang menikah dan kami akan segera kesana," ucap Sahya, yang memakan makanannya sambil menatap kearah Rere, dan Rere tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku disini saja, bersama dengan, Bibi Rere."
Ucapan Abraham, membuat semua orang langsung menatap kearahnya, sebab. Abraham tidak mau tinggal bersama dengan orang lain selain Mommy Sahya.
"Kamu, serius?" tanya Sahya, dengan sangat tidak percaya akan apa yang ia dengar barusan, dari bibir anak laki-lakinya.
Abraham menaikkan sebelah alisnya kemudian ia menatap kearah Mommynya dan Bibi Rere.
"Apa, ucapku tadi salah," gumam Abraham didalam hatinya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
hadir kka, bunga untuk mu 🌹💙👍
2023-01-29
2
😍syg lon 😍
mampir kx.. aku faforitkan, sekalian kasih bintang 5
2023-01-14
1
Keyboard Harapan
momy hadir membawakan cinta sekuntum mawar merah like dan rate, tetap semangat dalam berkarya💪💪💪😘😘😘
2023-01-11
2