Sam dan Arkan tersenyum sambil melirik kearah Abraham, bagaimana tidak. Karena Abraham sudah sangat berubah.
"Anak Deddy ini, sudah dewasa sehingga dia sudah mau tinggal bersama dengan. Bibinya," sambung Sam yang disusul gelak tawanya bersama dengan Arkan.
Abraham mengingat kejadian dimasa lalunya dimana ia selalu menolak saat Mommynya meninggalkan dirinya, bersama Rere, sebab. Ia tidak mau bertemu dengan Adelia setiap saatnya sehingga ia terpaksa dibawa oleh kedua orang tuanya untuk urusan mereka.
Tanpa ia sadari ia tersenyum sambil mengingat-ingat kembali masa lalunya, dan ia dikejutkan oleh gelak tawa Adelia yang baru sampai sehingga semua orang tertuju padanya. "Adelia?"
Abraham langsung terdiam saat dirinya refleks memanggil nama Adelia.
"Ada apa, Ka-- " terputus belum sempat ia menyelesaikan ucapannya sudah di potong oleh Abraham.
"Jangan banyak bertanya, makan saja makanan mu itu," ucap Abraham dengan sangat ketus.
Adelia duduk sambil menatap tajam kearah Abraham.
"Dasar tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi. Semua ada pada dirinya itu," umpat Adelia dalam hatinya.
"Sudah, jangan bertengkar kalian sudah besar bukan?" tanya Arkan sambil tersenyum manis kepada kedua anak-anaknya, ya. Arkan selalu menganggap Abraham sebagai anak tertuanya, sebab. Sebelum ia memiliki Adelia ia selalu merawat Abraham bersama dengan Sahya dan juga Sam.
"Uuummm," sahut Adelia sambil duduk di samping Mama Rere.
"Aku tidak akan membiarkan dia mengambil kasih sayang dari mam Rere, aku akan membuatnya tidak betah selama dia tinggal bersama kami nantinya," gumam Adelia didalam hatinya, sambil tersenyum licik kepada Abraham.
Selama makan malam.
Abraham sesekali melirik kearah Adelia karena Ia sangat terpana akan kecantikan Adelia, dulu saat ia meninggalkan Adelia ke Turki umur Adelia masih sepuluh tahun, dan sekarang Adelia sudah lima belas tahun.
"Dia itu cepat sekali besarnya, aku sangat menyukai tubuh indahnya," puji Abraham tanpa sadar kalau dia mengagumi keindahan tubuh Adelia.
Abraham menggelengkan kepalanya saat memikirkan tentang bentuk tubuh adiknya tersebut.
"Apa, yang ada didalam pikiran mu Abraham," ucap Abraham dengan sangat pelan agar tidak ada yang mendengar ucapannya tersebut.
Adelia dengan sangat jelas mendengar ucapan Abraham sehingga ia menatap tajam kearah Abraham.
"Apa yang di rencana 'kan olehnya, kenapa dia bicara seperti itu tadi. Ini benar-benar membuatku semakin penasaran, sebab. Tingkat laku dia itu," gumam Adelia didalam hatinya sambil terus menatap kearah Abraham.
Abraham menyadari bahwa Adelia menatap dirinya sehingga ia mengedipkan sebelah matanya kepada Adelia, sontak saja membuat Adelia langsung membuang pandangannya itu, membuat Abraham tersenyum bahagia karena ia berhasil membuat Adelia salah tingkah.
"Dasar lemot, digoda sedikit saja sudah tidak sanggup lagi," ucap Abraham sambil menatap kearah Adelia dengan senyuman genitnya.
Setelah mereka selesai makan malam, semuanya pulang dan tinggallah Abraham dan Arkan, karena Arkan ingin mengajaknya untuk meminum Bir sedikit, untuk merayakan hari kembalinya Abraham di keluarga mereka.
Adelia langsung masuk kedalam kamarnya karena ia tidak ingin melihat dua orang laki-laki tersebut mabuk, seperti waktu ia masih kecil. Ia seringkali melihat mereka mabuk tidak jelas.
"Dasar para laki-laki, kalau aku mendapatkan suami seperti mereka aku, bersumpah akan menghajar suamiku nantinya," ujar Adelia dan ia tertawa-tawa, beberapa detik kemudian ia menyadari ucapannya dan ia mengingat kalau ia masih kecil.
"Tidak, tidak. Aku tidak mau menikah secepatnya, sebab. Aku ingin menjadi COE di perusahaan ku sendiri, atau tidak milik papi juga boleh, " ucap Adelia, sambil tertawa-tawak kemudian ia menidurkan tubuhnya diatas kasur miliknya.
Beberapa menit kemudian dengkuran halus mulai terdengar. Ia sudah tertidur pulas didalam selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.
*
*
"Abraham, tambah satu gelas lagi saja," ucap Arkan, yang sudah sangat mabuk sedangkan Abraham tidak. Karena ia hanya sedikit saja menyicipi Bir tersebut.
"Paman, sudah sepertinya Paman mabuk," ucap Abraham sambil menyimpan Bir tersebut kedalam lemari. Kemudian ia berjalan menuju luar saat ia didepan pintu ia melirik kembali kearah Arkan.
"Selamat malam, Papi." Abraham tersenyum, kemudian ia bergegas pergi menuju rumahnya dan ia langsung masuk kedalam kamarnya.
Ia sangat ingin memanggil Arkan dengan sebutan Papi akan tetapi. Itu akan sedikit sulit baginya.
*
*
Rere sangat kesal karena suaminya mabuk berat sehingga ia membiarkan Arkan tidur di luar. Arkan tertidur karena kepalanya sangat pusing akan pengaruh dari Bir yang ia minum barusan.
"Mam, aku cinta kamu!" teriak Arkan tanpa sadar membuat Rere sangat kesal.
Rere sangat kesal sehingga ia mengambil satu bantal dan membawanya.
"Awas saja ya, bisa-bisanya dia mabuk di rumah ini bagaimana jika. Adelia melihatnya. Dia benar-benar tidak ada malu sedikitpun," ucap Rere yang melemparkan bantal kearah Arkan dengan sangat kuat.
Arkan yang sedang mabuk tertawa-tawa sambil memegang bantal, yang di lemparkan oleh Rere tadi.
"Kuda ini, seperti susu Mam Rere!" teriak Arkan membuat Rere semakin marah.
"Papi! Tutup mulutmu itu!" teriak Rere sambil menutup mulut Arkan menggunakan tangannya, akan tetapi. Arkan malah menahan tangan Rere sehingga mereka bertatapan.
"Oh, sayangku, kau sangat seksi malam ini," ujar Arkan, kemudian ia bangun dan ia menggendong tubuh Rere masuk kedalam kamar mereka.
"Papi, lepaskan!" teriak Rere dengan sangat kuat, sehingga terdengar jelas oleh. Abraham yang berada di luar yang bersebelahan dengan kamar Rere dan Arkan.
"Oh, paman Akran itu benar-benar, dia kira Adelia tuli tidak bisa mendengar perbuatan mereka itu, kasihan Adelia teman masa kecilku," ucap Abraham sambil mengingat-ingat wajah Adelia yang sangat manis.
Sedangkan orang yang dikhawatir 'kan oleh Abraham sangat nyenyak tidurnya, sehingga ia tidak mendengar apapun, bahkan. Ia saja tidak sadar kalau sudah ada di bawah tempat tidurnya karena ia tidurnya terlalu aktif.
*
*
Pagi hari tiba. Rere sudah mandi kini ia sudah memakai baju lalu ia memakaikan handuk dikepalanya, agar air dirambutnya cepat kering. Lalu ia membuatkan sarapan untuk suaminya dan anaknya.
"Sudah jam berapa, ini?" ucap Rere sambil melirik jam sudah pukul enam lewat tiga puluh menit.
"Ya ampun, anak itu! Sebentar lagi akan pergi ke Sekolah mala dia belum bangun-bangun juga," ucap Rere yang menyiapkan semua sarapan lalu ia mulai berdiri didepan pintu kamar Adelia
"Adelia! Adelia!" teriak Rere, sambil menggedor-gedor pintu kamar Adelia, sontak saja membuat Adelia langsung bangun dan cepat-cepat menghampiri Mamanya.
"Siap, Mam!" jerit Adelia sambil mengangkat kedua tangannya keatas kepalanya dengan pandangan kosong.
"Mandi sekarang, dan cepat berangkat Sekolah!" teriak Rere, membuat Adelia langsung berlari masuk kedalam kamarnya.
Setelah ia masuk ia berjalan kembali keluar lalu ia berdiri didepan pintu kamarnya.
"Mam, rambut Mam, terlalu basah! "teriak Adelia sambil menutup pintu kamarnya kembali dengan tawanya.
"Anak itu," ucap Rere sambil berjalan masuk kedalam kamarnya untuk membangunkan suaminya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
😍syg lon 😍
semangat kx.. ceritanya bagus.
2023-01-14
1