Setelah Adelia selesai mandi, ia langsung keluar dari kamar mandi. Kemudian ia memakai seragam Sekolah berwarna putih abu-abu miliknya, ia juga memakai sepatu Sekolah miliknya.
"Sebenarnya, aku malas sekali pergi Sekolah, sebab. Aku merasa sangat bosan berada disana," ucap Adelia, dengan sangat malas dan ia mulai berjalan menuju meja makan, sesampainya ia di sana ia menghentikan langkahnya.
"Untuk apa dia sarapan disini, apa dia tidak memiliki rumah sendiri," gumam Adelia didalam hatinya.
"Duduk sayang, kita makan bersama-sama dan Abraham akan mengantarkan mu ke Sekolah," jelas Arkan, sambil memakan makanannya.
Adelia tersenyum kemudian ia duduk dan memakan sarapannya, sambil terus menatap kearah Abraham dengan sangat sinis.
"Dimana, paman Sam, dan bibi Sahya?" tanya Adelia kepada Mamanya, yang sedang menuangkan jus padanya.
"Mereka sudah pergi tadi pagi, ke Turki," jawab Rere sambil tersenyum manis kepada Adelia.
"Kau, tidak keberatan bukan, kalau aku ada di sini?" tanya Abraham, sambil menatap wajah Adelia, yang terlihat sangat tidak suka jika dirinya tinggal bersama dengannya juga.
"Iya, aku ti-- " terputus sebab. Arkan sudah memotong ucapan Adelia, sehingga ia hanya diam saja.
"Tidak mungkin, dia tidak menyukainya, sebab. Kamu itu sudah seperti Kakak baginya. Bukan begitu Adelia?" tanya Arkan, sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Adelia.
Sebab, ia sangat hafal betul akan Sifat anak satu-satunya tersebut.
"Uuummm," sahut Adelia dengan sangat cuek.
"Aku tidak benar-benar menyukainya, kita lihat saja nantinya aku akan membuatnya tidak akan mau tinggal lagi bersama kami," gumam Adelia didalam hatinya sambil tersenyum manis.
*
*
Kini Adelia sudah ada didalam mobil bersama dengan Abraham. Adelia hendak memasang sabuk pengamannya akan tetapi, ia sangat kesulitan sehingga ia diam saja sambil melirik kearah Abraham yang hanya diam saja.
"Dasar laki-laki tua, bukannya membantu ku dia hanya diam saja," umpat kesal Adelia dalam hatinya.
Abraham tersenyum, kemudian ia mendekati Adelia dan memasangkan sabuk pengaman. Setelah selesai ia tidak langsung beranjak, akan tetapi. Ia mala menatap wajah Adelia dari jarak yang cukup dekat sambil memajukan bibirnya.
Plak!
"Dasar, mesum!" teriak Adelia sambil menampar keras pipi Abraham, membuat Abraham mengelus wajahnya.
"Ya ampun, aku hanya ingin main-main saja bukannya aku ingin serius tadi, akan tetapi. Dia malah menampar wajah tampan ku ini," gumam Abraham dalam hatinya.
"Hei, aku hanya bercanda saja tidak sudi aku mencium mu sungguhan!" bentak Abraham dan Adelia masa bodoh sehingga ia hanya diam saja.
Abraham mulai melajukan mobilnya menuju Sekolah Adelia dengan sangat cepat, ia ingin membuat Adelia takut karena ia sangat kesal akan sikap Adelia yang menampar dirinya tadi.
"Ayo katakan, kalau kau takut," gumam Abraham dalam hatinya.
Adelia sama sekali tidak takut sehingga Abraham hanya diam saja karena rencananya sudah gagal.
"Kau kira aku akan takut padamu, tentu saja tidak," ucap Adelia dengan sangat santai.
Abraham hanya diam setelah mobilnya berhenti tepat didepan gerbang Sekolah Adelia, lalu matanya menatap kepergian Adelia sampai Adelia sudah tidak terlihat lagi dimatanya. Setelah Adelia tidak terlihat ia langsung melajukan mobilnya menuju rumahnya.
*
*
Abraham sedang duduk santai di sofa sambil menelfon pacarnya, yang berada di Kota A, karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Sejak kepergiannya ke Turki beberapa tahun yang lalu.
📱
[Datanglah malam ini, aku akan mengenalkan mu pada bibiku dan paman ku,]ucap Abraham sambil tersenyum malu-malu.
[Baik, aku akan datang malam ini,] jawab pacar Abraham sambil menutup teleponnya.
Abraham tersenyum-senyum, sambil menyimpan ponselnya karena ia baru saja bicara dengan pacarnya, mereka sudah sangat lama menjalin hubungan sudah sejak mereka SMA.
Abraham bergegas pergi menuju rumah Paman Arkan dan ia masuk kedalam, kemudian ia melihat Bibi Rere sedang menonton, dan ia langsung menghampirinya dan duduk di samping Bibi Rere sambil tersenyum manis.
"Ada apa, Katakan?" tanya Rere yang melihat Abraham tersenyum padanya, karena ia sudah tahu jika Abraham seperti itu pasti ada maunya.
"Tidak ada, Bi. Hanya saja malam ini ada teman Abraham yang akan datang, apakah dia boleh kesini?" tanya Abraham dengan sangat ragu-ragu, sebab. Rere seperti Mommy Sahya yang suka sekali marah-marah padanya.
Rere menatap tajam kearah Abraham lalu ia memegang bantal dan memeluk bantal itu.
"Baiklah, akan tetapi, jangan sampai mommy mu tahu, ya?" ucap Rere dengan sangat serius membuat Abraham sedikit takut.
"Sebaiknya jangan sampai mereka tahu, bahwa aku dan Malika berpacaran, kalau tidak. Aku yakin kalau bibi Rere akan marah juga padaku ," gumam Abraham dalam hatinya.
*
*
Malam hari tiba. Abraham sudah bersiap-siap ia hanya menggunakan baju santai saja dan kini ia duduk di depan rumah sambil menunggu kedatangan pacarnya.
Adelia mengintip Abraham dari pintu sambil terus menatap kearah Abraham.
"Sebenarnya, dia itu sedang menunggu kedatangan siapa, sampai dia rapi dan wangi seperti itu," gumam Adelia didalam hatinya.
Adelia membulatkan matanya saat melihat seorang wanita cantik, manis, memiliki tubuh seksi, menghampiri Abraham dan terlihat wanita tersebut mencium kedua pipi Abraham, membuat Adelia mengepalkan tangannya.
"* ***** busuk itu, kenapa juga aku harus kesal karena aku ini bukan siapa-siapa. Abraham itu," gumam Adelia dalam hatinya.
Abraham melirik Adelia menatap dirinya. "Ayo, Malika, kita datangi dia," ujar Abraham sambil menggandeng tangan Malika menghampiri Adelia.
"Hai," ujar Malika sambil mengulurkan tangannya lalu Adelia menerima uluran tangan dari Malika.
"Adelia," sahut Adelia dengan sangat cuek dan langsung melepaskan tangannya.
"Aku. Malika, " ucap Malika, dan Adelia langsung tertawa-tawa saat mendengar nama wanita tersebut.
"Malika, kedelai hitam yang di besarkan seperti anak, sendiri?" tanya Adelia sambil tertawa lepas, kemudian ia diam saat melihat tatapan tajam dari Abraham.
"Baiklah, maaf. Nona, eh, maksudnya Malika," ucap Adelia dengan sangat cepat.
Setelah Abraham pergi bersama dengan Malika masuk kedalam. Adelia mulai tertawa lagi karena ia merasa sangat lucu akan nama wanita tadi.
"Malika, kedelai hitam yang di besarkan seperti anak sendiri," ucap Adelia lalu ia terdiam saat Abraham ada dihadapannya.
"Sudah? Belum?" tanya Abraham dengan sangat dingin membuat Adelia menelan ludahnya dalam-dalam.
"Aku hanya, hanya," ucap Adelia yang tidak bisa menjelaskan semuanya pada Abraham.
Sehingga ia hanya diam saja, saat Abraham menarik tangannya masuk kedalam rumah dan membawanya duduk di ruang tamu.
"Sebenarnya siapa wanita itu, apa dia kekasih Abraham mesum ini?" gumam Adelia dalam hatinya sambil menatap wajah Abraham dan Malika.
"Adelia, buatkan minum," pinta Rere sambil tersenyum manis kepada Malika.
Dengan sangat malas Adelia harus bangun kemudian ia berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman.
Adelia membuat tiga gelas jus jeruk kemudian ia segera membawakannya untuk Malika dan Mama Rere juga untuknya, dia sengaja tidak membuat 'kan juga untuk Abraham karena ia masih sangat kesal pada laki-laki tersebut.
"Silahkan diminum, Malika," ujar Adelia sambil memberikan semuanya minum kecuali Abraham.
"Di besarkan, seperti anak sendiri, " ucap Adelia dengan sangat pelan akan tetapi. Abraham masih dapat mendengar ucapannya.
"Kamu mendapatkan ucapan seperti itu dimana?" tanya Abraham sambil menatap tajam kearah Adelia, sontak saja membuatnya terkejut.
"Bukannya aku tadi mengucapkan itu, dengan sangat pelan," ucap Adelia dengan sangat pelan sambil menatap kearah bawah lantai.
"Adelia!" teriak Abraham membuat Adelia terkejut bukan main, dan ia langsung menatap wajah Abraham dengan sangat cepat.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments