Seorang gadis cantik, berkulit sawo matang berlari menuju rumahnya, dengan masih mengenakan seragam Sekolah putih abu-abu, ia berlari masuk kedalam rumahnya karena ingin menghampiri Mama dan Papinya.
"Mama! Papi!" teriak Adelia dengan sangat ngos-ngosan, akibat berlari tadi. Cukup lama ia menunggu kedatangan orang tuanya akan tetapi, mereka sama sekali tidak datang-datang.
"Ya ampun, kemana perginya mereka semuanya? Mungkin saja mereka ada di rumah, paman Sam."
Adelia bergegas pergi menuju rumah Paman Sam yang berada di samping rumahnya, perlahan ia masuk kedalam sambil melirik keseluruhan ruangan dan sama sekali tidak ada orang di sana.
"Apa semuanya pergi? Ah, tidak mungkin rumah saja tidak dikunci sama sekali," gumam Adelia sambil terus berjalan, menyusuri ruangan rumah Paman Sam.
Langkah kakinya terhenti saat tas Sekolahnya ditarik oleh seseorang dari belakangnya, sontak saja membuatnya sangat takut.
"Lepaskan, jangan sakiti aku!" teriak Adelia membuat Abraham takut, ia langsung menarik Adelia lalu menutup mulut Adelia menggunakan tangannya.
"Diamlah. Ayo ikut aku," bisik Abraham ditelinga Adelia.
Abraham melepaskan tangannya kemudian ia berjalan menuju taman dan Adelia mengikutinya dari belakangnya.
"Apa yang akan disampaikan, olehnya padaku ... dia itu terlihat aneh sejak kami berpisah beberapa tahun terakhir ini," gumam Adelia dalam hatinya.
Adelia duduk di samping Abraham yang mengeluarkan bungkusan kecil dari dalam tasnya.
Adelia tersenyum bahagia, sebab. Ia mengira itu adalah hadiah untuknya.
"Terimakasih, Abraham. Kau adalah Kakak terbaik ku," ucap Adelia langsung mengambil paksa bungkusan kecil tersebut dari tangan Abraham.
Abraham langsung menoyor kepala Adelia karena sudah tidak sopan memanggilnya dengan sebutan nama saja, dan yang kedua dia juga sangat kesal, sebab. Hadiah yang akan dia berikan pada Adelia sudah diambil paskah oleh Adelia sendiri.
"Sakit, tau ... kau sopanlah sedikit padaku ini," keluh Adelia sambil mengelus-elus kepalanya, kemudian ia menatap kearah Abraham yang menatap dirinya dengan tatapan tajam dan mengerikan.
"Baiklah, aku minta maaf, Kak."
"Bagus, kau ini anak pandai."
Adelia tersenyum kemudian ia langsung memeluk Abraham, sebab. Ia sangat menidurkan teman sama kecilnya itu.
"Del, jangan beritahu siapapun kalau aku memberikan mu hadiah itu," pinta Abraham pada Adelia.
"Baik Kak, aku akan merahasiakan semuanya, kau ini sangat baik aku sangat menyayangi mu," sahut Adelia dengan tersenyum bahagianya, kemudian ia membuka hadiah dari Abraham tadi.
Abraham menahan tawanya saat melihat Adelia membuka hadiah darinya.
Senyum yang tadinya selalu ada pada Adelia kini berubah menjadi kesal, saat ia melihat apa isi kado dari Abraham.
"Kau ini tidak berubah, kau sangat mesum!" teriak Adelia sambil memukul lengan Abraham menggunakan tangannya.
Abraham tertawa-tawa lalu ia mengambil bra dari tangan Adelia, dan ia hendak memakainya kepada Adelia.
"Aku akan membantu, agar kau bisa menggunakan benda ini," ucap Abraham sambil tertawa-tawa, memegang bra berwarna merah muda, yang ia berikan kepada Adelia sebagai kado.
"Dasar mesum!" teriak Adelia sambil berlari membawa bra dari Abraham tadi masuk kedalam rumahnya.
"Dasar mesum, dia tidak pernah berubah sama sekali," ucap Adelia sambil menidurkan tubuhnya di atas kasur miliknya.
Adelia meletakan bra dari Abraham di meja kecil miliknya, kemudian ia menidurkan tubuhnya tanpa berganti baju terlebih dahulu. Itu memang sudah menjadi kebiasaan baginya seperti itu sehingga ia seringkali dimarahi oleh Mama Rere.
*
*
Abraham tersenyum manis saat mengingat kembali kejadian tadi saat dirinya menggoda Adelia.
"Dia sudah dewasa, bahkan. Tubuhnya sangat indah, seindah bunga yang bermekaran indah," ucap Abraham tanpa sadar, dan beberapa detik kemudian ia menyadari ucapannya barusan.
"Tidak, tidak. Dia adalah adikku aku harus bersikap wajar saja," ucap Abraham sambil menggelengkan kepalanya, ia pun berjalan masuk kedalam rumah.
*
*
"Besok-besok, kita akan pergi bersama dengan Abraham dan Adelia," ucap Mama Rere kepda Papi Arkan sambil memasuki rumah mereka.
"Benar itu, nanti malam buatlah makan malam bersama. Karena hari ini adalah hari kepulangan Abraham," sambung Papi Arkan.
Mama Rere tersenyum kemudian ia duduk di sofa sambil menyegarkan dirinya karena di jalan pulang hari sangat panas, sedangkan Papi Arkan bergegas pergi menuju kamar putri satu-satunya, untuk memastikan apakah anaknya sudah pulang atau belum.
Papi Arkan tersenyum saat membuka pintu kamar putrinya, lalu ia menggelengkan kepalanya karena anak satu-satunya selalu saja ceroboh, dan sedikit lemot, bahkan. Adelia seperti ini setiap harinya membuat Mama Rere sangat pusing.
"Biarkan saja dia tidur, kalau sampai mama Rere tahu maka dia akan sangat marah pada Adelia," ucap Papi Arkan yang bergegas menutup kembali pintu kamar Adelia lalu ia bergegas pergi dari sana.
*
*
Pada malam hari. Adelia baru saja terbangun karena rumahnya terdengar sangat rampai suara orang.
"Berisik sekali, sebenarnya ada apa, sih?" ucap Adelia, yang langsung bangun dan berjalan menuju pintu kamarnya lalu ia membuka sedikit, dan dia melihat kalau sudah ada keluarganya bersama juga keluarga Abraham disana.
"Sebaiknya, aku cepat mandi dan bersiap-siap. Aku takut tertinggal berita," ucap Adelia, yang buru-buru masuk kedalam kamar mandi dan ia langsung mandi dengan tergesa-gesa.
Setelah selesai mandi. Adelia cepat-cepat memakai kaus, dan celana kulot panjang kemudian ia juga mengikat rambutnya.
"Sudah rapi, tidak mungkin mereka tahu kalau aku baru saja bangun," gumam Adelia sambil berjalan perlahan menuju ruang tamu.
"Malam, semuanya," sapa Adelia yang mendukung bokongnya di samping Abraham.
Semua mata tertuju padanya, sontak saja membuat Adelia langsung melihat penampilannya, dan ia langsung membulatkan matanya.
"Ya ampun, bisa-bisanya baju ini terbalik, bahkan. Celana ini juga, ha. Mau diletakan dimana wajahku ini," gumam Adelia didalam hatinya.
"Del, kamu baik-baik saja?" tanya Sam sambil menatap kearah Adelia sontak saja Adelia langsung bangun.
"Permisi, semuanya." Adelia langsung berlari kencang masuk kedalam kamarnya.
Semua orang kembali pada obrolan mereka masing-masing sedangkan Abraham tersenyum tanpa ia sadari.
"Anak itu masih saja ceroboh dan lemot," gumam Abraham dalam hatinya.
Abraham tersadar kalau dirinya tersenyum dan ia langsung menghilangkan senyumannya itu.
"Re, kita akan segera berangkat, ke Turki karena Keluarga besar kami ada yang menikah dan kami akan segera kesana," ucap Sahya, yang memakan makanannya sambil menatap kearah Rere, dan Rere tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku disini saja, bersama dengan, Bibi Rere."
Ucapan Abraham, membuat semua orang langsung menatap kearahnya, sebab. Abraham tidak mau tinggal bersama dengan orang lain selain Mommy Sahya.
"Kamu, serius?" tanya Sahya, dengan sangat tidak percaya akan apa yang ia dengar barusan, dari bibir anak laki-lakinya.
Abraham menaikkan sebelah alisnya kemudian ia menatap kearah Mommynya dan Bibi Rere.
"Apa, ucapku tadi salah," gumam Abraham didalam hatinya.
Bersambung.
Sam dan Arkan tersenyum sambil melirik kearah Abraham, bagaimana tidak. Karena Abraham sudah sangat berubah.
"Anak Deddy ini, sudah dewasa sehingga dia sudah mau tinggal bersama dengan. Bibinya," sambung Sam yang disusul gelak tawanya bersama dengan Arkan.
Abraham mengingat kejadian dimasa lalunya dimana ia selalu menolak saat Mommynya meninggalkan dirinya, bersama Rere, sebab. Ia tidak mau bertemu dengan Adelia setiap saatnya sehingga ia terpaksa dibawa oleh kedua orang tuanya untuk urusan mereka.
Tanpa ia sadari ia tersenyum sambil mengingat-ingat kembali masa lalunya, dan ia dikejutkan oleh gelak tawa Adelia yang baru sampai sehingga semua orang tertuju padanya. "Adelia?"
Abraham langsung terdiam saat dirinya refleks memanggil nama Adelia.
"Ada apa, Ka-- " terputus belum sempat ia menyelesaikan ucapannya sudah di potong oleh Abraham.
"Jangan banyak bertanya, makan saja makanan mu itu," ucap Abraham dengan sangat ketus.
Adelia duduk sambil menatap tajam kearah Abraham.
"Dasar tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi. Semua ada pada dirinya itu," umpat Adelia dalam hatinya.
"Sudah, jangan bertengkar kalian sudah besar bukan?" tanya Arkan sambil tersenyum manis kepada kedua anak-anaknya, ya. Arkan selalu menganggap Abraham sebagai anak tertuanya, sebab. Sebelum ia memiliki Adelia ia selalu merawat Abraham bersama dengan Sahya dan juga Sam.
"Uuummm," sahut Adelia sambil duduk di samping Mama Rere.
"Aku tidak akan membiarkan dia mengambil kasih sayang dari mam Rere, aku akan membuatnya tidak betah selama dia tinggal bersama kami nantinya," gumam Adelia didalam hatinya, sambil tersenyum licik kepada Abraham.
Selama makan malam.
Abraham sesekali melirik kearah Adelia karena Ia sangat terpana akan kecantikan Adelia, dulu saat ia meninggalkan Adelia ke Turki umur Adelia masih sepuluh tahun, dan sekarang Adelia sudah lima belas tahun.
"Dia itu cepat sekali besarnya, aku sangat menyukai tubuh indahnya," puji Abraham tanpa sadar kalau dia mengagumi keindahan tubuh Adelia.
Abraham menggelengkan kepalanya saat memikirkan tentang bentuk tubuh adiknya tersebut.
"Apa, yang ada didalam pikiran mu Abraham," ucap Abraham dengan sangat pelan agar tidak ada yang mendengar ucapannya tersebut.
Adelia dengan sangat jelas mendengar ucapan Abraham sehingga ia menatap tajam kearah Abraham.
"Apa yang di rencana 'kan olehnya, kenapa dia bicara seperti itu tadi. Ini benar-benar membuatku semakin penasaran, sebab. Tingkat laku dia itu," gumam Adelia didalam hatinya sambil terus menatap kearah Abraham.
Abraham menyadari bahwa Adelia menatap dirinya sehingga ia mengedipkan sebelah matanya kepada Adelia, sontak saja membuat Adelia langsung membuang pandangannya itu, membuat Abraham tersenyum bahagia karena ia berhasil membuat Adelia salah tingkah.
"Dasar lemot, digoda sedikit saja sudah tidak sanggup lagi," ucap Abraham sambil menatap kearah Adelia dengan senyuman genitnya.
Setelah mereka selesai makan malam, semuanya pulang dan tinggallah Abraham dan Arkan, karena Arkan ingin mengajaknya untuk meminum Bir sedikit, untuk merayakan hari kembalinya Abraham di keluarga mereka.
Adelia langsung masuk kedalam kamarnya karena ia tidak ingin melihat dua orang laki-laki tersebut mabuk, seperti waktu ia masih kecil. Ia seringkali melihat mereka mabuk tidak jelas.
"Dasar para laki-laki, kalau aku mendapatkan suami seperti mereka aku, bersumpah akan menghajar suamiku nantinya," ujar Adelia dan ia tertawa-tawa, beberapa detik kemudian ia menyadari ucapannya dan ia mengingat kalau ia masih kecil.
"Tidak, tidak. Aku tidak mau menikah secepatnya, sebab. Aku ingin menjadi COE di perusahaan ku sendiri, atau tidak milik papi juga boleh, " ucap Adelia, sambil tertawa-tawak kemudian ia menidurkan tubuhnya diatas kasur miliknya.
Beberapa menit kemudian dengkuran halus mulai terdengar. Ia sudah tertidur pulas didalam selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.
*
*
"Abraham, tambah satu gelas lagi saja," ucap Arkan, yang sudah sangat mabuk sedangkan Abraham tidak. Karena ia hanya sedikit saja menyicipi Bir tersebut.
"Paman, sudah sepertinya Paman mabuk," ucap Abraham sambil menyimpan Bir tersebut kedalam lemari. Kemudian ia berjalan menuju luar saat ia didepan pintu ia melirik kembali kearah Arkan.
"Selamat malam, Papi." Abraham tersenyum, kemudian ia bergegas pergi menuju rumahnya dan ia langsung masuk kedalam kamarnya.
Ia sangat ingin memanggil Arkan dengan sebutan Papi akan tetapi. Itu akan sedikit sulit baginya.
*
*
Rere sangat kesal karena suaminya mabuk berat sehingga ia membiarkan Arkan tidur di luar. Arkan tertidur karena kepalanya sangat pusing akan pengaruh dari Bir yang ia minum barusan.
"Mam, aku cinta kamu!" teriak Arkan tanpa sadar membuat Rere sangat kesal.
Rere sangat kesal sehingga ia mengambil satu bantal dan membawanya.
"Awas saja ya, bisa-bisanya dia mabuk di rumah ini bagaimana jika. Adelia melihatnya. Dia benar-benar tidak ada malu sedikitpun," ucap Rere yang melemparkan bantal kearah Arkan dengan sangat kuat.
Arkan yang sedang mabuk tertawa-tawa sambil memegang bantal, yang di lemparkan oleh Rere tadi.
"Kuda ini, seperti susu Mam Rere!" teriak Arkan membuat Rere semakin marah.
"Papi! Tutup mulutmu itu!" teriak Rere sambil menutup mulut Arkan menggunakan tangannya, akan tetapi. Arkan malah menahan tangan Rere sehingga mereka bertatapan.
"Oh, sayangku, kau sangat seksi malam ini," ujar Arkan, kemudian ia bangun dan ia menggendong tubuh Rere masuk kedalam kamar mereka.
"Papi, lepaskan!" teriak Rere dengan sangat kuat, sehingga terdengar jelas oleh. Abraham yang berada di luar yang bersebelahan dengan kamar Rere dan Arkan.
"Oh, paman Akran itu benar-benar, dia kira Adelia tuli tidak bisa mendengar perbuatan mereka itu, kasihan Adelia teman masa kecilku," ucap Abraham sambil mengingat-ingat wajah Adelia yang sangat manis.
Sedangkan orang yang dikhawatir 'kan oleh Abraham sangat nyenyak tidurnya, sehingga ia tidak mendengar apapun, bahkan. Ia saja tidak sadar kalau sudah ada di bawah tempat tidurnya karena ia tidurnya terlalu aktif.
*
*
Pagi hari tiba. Rere sudah mandi kini ia sudah memakai baju lalu ia memakaikan handuk dikepalanya, agar air dirambutnya cepat kering. Lalu ia membuatkan sarapan untuk suaminya dan anaknya.
"Sudah jam berapa, ini?" ucap Rere sambil melirik jam sudah pukul enam lewat tiga puluh menit.
"Ya ampun, anak itu! Sebentar lagi akan pergi ke Sekolah mala dia belum bangun-bangun juga," ucap Rere yang menyiapkan semua sarapan lalu ia mulai berdiri didepan pintu kamar Adelia
"Adelia! Adelia!" teriak Rere, sambil menggedor-gedor pintu kamar Adelia, sontak saja membuat Adelia langsung bangun dan cepat-cepat menghampiri Mamanya.
"Siap, Mam!" jerit Adelia sambil mengangkat kedua tangannya keatas kepalanya dengan pandangan kosong.
"Mandi sekarang, dan cepat berangkat Sekolah!" teriak Rere, membuat Adelia langsung berlari masuk kedalam kamarnya.
Setelah ia masuk ia berjalan kembali keluar lalu ia berdiri didepan pintu kamarnya.
"Mam, rambut Mam, terlalu basah! "teriak Adelia sambil menutup pintu kamarnya kembali dengan tawanya.
"Anak itu," ucap Rere sambil berjalan masuk kedalam kamarnya untuk membangunkan suaminya.
Bersambung.
Setelah Adelia selesai mandi, ia langsung keluar dari kamar mandi. Kemudian ia memakai seragam Sekolah berwarna putih abu-abu miliknya, ia juga memakai sepatu Sekolah miliknya.
"Sebenarnya, aku malas sekali pergi Sekolah, sebab. Aku merasa sangat bosan berada disana," ucap Adelia, dengan sangat malas dan ia mulai berjalan menuju meja makan, sesampainya ia di sana ia menghentikan langkahnya.
"Untuk apa dia sarapan disini, apa dia tidak memiliki rumah sendiri," gumam Adelia didalam hatinya.
"Duduk sayang, kita makan bersama-sama dan Abraham akan mengantarkan mu ke Sekolah," jelas Arkan, sambil memakan makanannya.
Adelia tersenyum kemudian ia duduk dan memakan sarapannya, sambil terus menatap kearah Abraham dengan sangat sinis.
"Dimana, paman Sam, dan bibi Sahya?" tanya Adelia kepada Mamanya, yang sedang menuangkan jus padanya.
"Mereka sudah pergi tadi pagi, ke Turki," jawab Rere sambil tersenyum manis kepada Adelia.
"Kau, tidak keberatan bukan, kalau aku ada di sini?" tanya Abraham, sambil menatap wajah Adelia, yang terlihat sangat tidak suka jika dirinya tinggal bersama dengannya juga.
"Iya, aku ti-- " terputus sebab. Arkan sudah memotong ucapan Adelia, sehingga ia hanya diam saja.
"Tidak mungkin, dia tidak menyukainya, sebab. Kamu itu sudah seperti Kakak baginya. Bukan begitu Adelia?" tanya Arkan, sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Adelia.
Sebab, ia sangat hafal betul akan Sifat anak satu-satunya tersebut.
"Uuummm," sahut Adelia dengan sangat cuek.
"Aku tidak benar-benar menyukainya, kita lihat saja nantinya aku akan membuatnya tidak akan mau tinggal lagi bersama kami," gumam Adelia didalam hatinya sambil tersenyum manis.
*
*
Kini Adelia sudah ada didalam mobil bersama dengan Abraham. Adelia hendak memasang sabuk pengamannya akan tetapi, ia sangat kesulitan sehingga ia diam saja sambil melirik kearah Abraham yang hanya diam saja.
"Dasar laki-laki tua, bukannya membantu ku dia hanya diam saja," umpat kesal Adelia dalam hatinya.
Abraham tersenyum, kemudian ia mendekati Adelia dan memasangkan sabuk pengaman. Setelah selesai ia tidak langsung beranjak, akan tetapi. Ia mala menatap wajah Adelia dari jarak yang cukup dekat sambil memajukan bibirnya.
Plak!
"Dasar, mesum!" teriak Adelia sambil menampar keras pipi Abraham, membuat Abraham mengelus wajahnya.
"Ya ampun, aku hanya ingin main-main saja bukannya aku ingin serius tadi, akan tetapi. Dia malah menampar wajah tampan ku ini," gumam Abraham dalam hatinya.
"Hei, aku hanya bercanda saja tidak sudi aku mencium mu sungguhan!" bentak Abraham dan Adelia masa bodoh sehingga ia hanya diam saja.
Abraham mulai melajukan mobilnya menuju Sekolah Adelia dengan sangat cepat, ia ingin membuat Adelia takut karena ia sangat kesal akan sikap Adelia yang menampar dirinya tadi.
"Ayo katakan, kalau kau takut," gumam Abraham dalam hatinya.
Adelia sama sekali tidak takut sehingga Abraham hanya diam saja karena rencananya sudah gagal.
"Kau kira aku akan takut padamu, tentu saja tidak," ucap Adelia dengan sangat santai.
Abraham hanya diam setelah mobilnya berhenti tepat didepan gerbang Sekolah Adelia, lalu matanya menatap kepergian Adelia sampai Adelia sudah tidak terlihat lagi dimatanya. Setelah Adelia tidak terlihat ia langsung melajukan mobilnya menuju rumahnya.
*
*
Abraham sedang duduk santai di sofa sambil menelfon pacarnya, yang berada di Kota A, karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Sejak kepergiannya ke Turki beberapa tahun yang lalu.
📱
[Datanglah malam ini, aku akan mengenalkan mu pada bibiku dan paman ku,]ucap Abraham sambil tersenyum malu-malu.
[Baik, aku akan datang malam ini,] jawab pacar Abraham sambil menutup teleponnya.
Abraham tersenyum-senyum, sambil menyimpan ponselnya karena ia baru saja bicara dengan pacarnya, mereka sudah sangat lama menjalin hubungan sudah sejak mereka SMA.
Abraham bergegas pergi menuju rumah Paman Arkan dan ia masuk kedalam, kemudian ia melihat Bibi Rere sedang menonton, dan ia langsung menghampirinya dan duduk di samping Bibi Rere sambil tersenyum manis.
"Ada apa, Katakan?" tanya Rere yang melihat Abraham tersenyum padanya, karena ia sudah tahu jika Abraham seperti itu pasti ada maunya.
"Tidak ada, Bi. Hanya saja malam ini ada teman Abraham yang akan datang, apakah dia boleh kesini?" tanya Abraham dengan sangat ragu-ragu, sebab. Rere seperti Mommy Sahya yang suka sekali marah-marah padanya.
Rere menatap tajam kearah Abraham lalu ia memegang bantal dan memeluk bantal itu.
"Baiklah, akan tetapi, jangan sampai mommy mu tahu, ya?" ucap Rere dengan sangat serius membuat Abraham sedikit takut.
"Sebaiknya jangan sampai mereka tahu, bahwa aku dan Malika berpacaran, kalau tidak. Aku yakin kalau bibi Rere akan marah juga padaku ," gumam Abraham dalam hatinya.
*
*
Malam hari tiba. Abraham sudah bersiap-siap ia hanya menggunakan baju santai saja dan kini ia duduk di depan rumah sambil menunggu kedatangan pacarnya.
Adelia mengintip Abraham dari pintu sambil terus menatap kearah Abraham.
"Sebenarnya, dia itu sedang menunggu kedatangan siapa, sampai dia rapi dan wangi seperti itu," gumam Adelia didalam hatinya.
Adelia membulatkan matanya saat melihat seorang wanita cantik, manis, memiliki tubuh seksi, menghampiri Abraham dan terlihat wanita tersebut mencium kedua pipi Abraham, membuat Adelia mengepalkan tangannya.
"* ***** busuk itu, kenapa juga aku harus kesal karena aku ini bukan siapa-siapa. Abraham itu," gumam Adelia dalam hatinya.
Abraham melirik Adelia menatap dirinya. "Ayo, Malika, kita datangi dia," ujar Abraham sambil menggandeng tangan Malika menghampiri Adelia.
"Hai," ujar Malika sambil mengulurkan tangannya lalu Adelia menerima uluran tangan dari Malika.
"Adelia," sahut Adelia dengan sangat cuek dan langsung melepaskan tangannya.
"Aku. Malika, " ucap Malika, dan Adelia langsung tertawa-tawa saat mendengar nama wanita tersebut.
"Malika, kedelai hitam yang di besarkan seperti anak, sendiri?" tanya Adelia sambil tertawa lepas, kemudian ia diam saat melihat tatapan tajam dari Abraham.
"Baiklah, maaf. Nona, eh, maksudnya Malika," ucap Adelia dengan sangat cepat.
Setelah Abraham pergi bersama dengan Malika masuk kedalam. Adelia mulai tertawa lagi karena ia merasa sangat lucu akan nama wanita tadi.
"Malika, kedelai hitam yang di besarkan seperti anak sendiri," ucap Adelia lalu ia terdiam saat Abraham ada dihadapannya.
"Sudah? Belum?" tanya Abraham dengan sangat dingin membuat Adelia menelan ludahnya dalam-dalam.
"Aku hanya, hanya," ucap Adelia yang tidak bisa menjelaskan semuanya pada Abraham.
Sehingga ia hanya diam saja, saat Abraham menarik tangannya masuk kedalam rumah dan membawanya duduk di ruang tamu.
"Sebenarnya siapa wanita itu, apa dia kekasih Abraham mesum ini?" gumam Adelia dalam hatinya sambil menatap wajah Abraham dan Malika.
"Adelia, buatkan minum," pinta Rere sambil tersenyum manis kepada Malika.
Dengan sangat malas Adelia harus bangun kemudian ia berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman.
Adelia membuat tiga gelas jus jeruk kemudian ia segera membawakannya untuk Malika dan Mama Rere juga untuknya, dia sengaja tidak membuat 'kan juga untuk Abraham karena ia masih sangat kesal pada laki-laki tersebut.
"Silahkan diminum, Malika," ujar Adelia sambil memberikan semuanya minum kecuali Abraham.
"Di besarkan, seperti anak sendiri, " ucap Adelia dengan sangat pelan akan tetapi. Abraham masih dapat mendengar ucapannya.
"Kamu mendapatkan ucapan seperti itu dimana?" tanya Abraham sambil menatap tajam kearah Adelia, sontak saja membuatnya terkejut.
"Bukannya aku tadi mengucapkan itu, dengan sangat pelan," ucap Adelia dengan sangat pelan sambil menatap kearah bawah lantai.
"Adelia!" teriak Abraham membuat Adelia terkejut bukan main, dan ia langsung menatap wajah Abraham dengan sangat cepat.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!