Wanita Ku

Wanita Ku

Sebuah Kejutan

Malam itu ponsel milik seseorang berdering terus menerus, getaran ponsel tersebut akhirnya membangunkan tidur seorang gadis bernama Nadine. Dengan mata sayu, tanganya bergerak mencari-cari ponsel yang tanoa henti berdering, sambil menahan rasa ngantuk ia terpaksa mengangkat panggilan telepon dari Dhena sahabatnya.

"Halo Dhena.' Ucapnya lemas. Mata Nadine seketika melebar, tubuhnya masih terbaring mendadak berubah posisi setelah mendengar suara sahabatnya yang menangis meminta pertolongan darinya.

"Kamu dimana sekarang?" tanyanya panik.

"Oke, aku akan siap-siap dan segera menemui mu. Ingat, gak usah panik, tetep tenang sampai aku tiba disana." Sambil berganti pakaian, nadine berusaha untuk tetap memberikan semangat pada Dhena yang masih terdengar menangis, namun setelah beberapa menit mendengar Dhena sudah merasa tenang, nadine pun memutuskan panggilan telepon nya dan berlari ke arah jalan raya berharap mendapatkan sebuah taksi tanpa menunggu lama.

Untungnya harapan untuk langsung mendapatkan taksi, terkabulkan. Setelah tiba dipinggir jalan tak lama taksi melintas tepat didepan nadine.

"Minta tolong antar saya ke bekasi ya Pak." tutur Nadine.

"Baik mba." jawab sang driver.

Seperti mengerti kondisi yang dialami nadine, pak driver pun dengan cepat melajukan kendaraannya, tanpa harus melewati jalan toll dari jakarta menuju bekasi hanya ditempuh jarak 30menit saja. Nadine tiba dirumah Dhena, suasana terlihat sepi, lampu rumah pun tidak menyala, gelap gulita.

"Kenapa terlihat sepi, apa Dhena sudah pergi kerumah sakit?" batinnya.

Namun tanpa putus asa Nadine terus melangkah kekinya meuju teras rumah dhena, terlihat pintu yang terbuka setengah membuat kecemasan yang nadine rasakan semakin besar, dengan cepat ia membuka pintu rumah Dhena, tiba-tiba lampu rumah menyala suara Party Popper atau petasan khusus untuk merayakan ulang tahun. dan beberapa suara terompet yang sangat bising.

Nadine sangat terkejut, ia masih belum menyadari sambutan yang ia terima ini dan telepon dari Dhena.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Selamat ulang tahun Nadine." Ucapan selamat yang diberikan Dhena, Tanpa rasa bersalah ia menertawain sahabatnya yang masih terlihat sangat kebingung.

"Apa-apan ini Dhena?" Tanyanya sekali lagi.

"Maaf ya Nad, kami hanya ingin memberikan kejutan dihari kelahiran mu." Ucap Rayyan kekasih Dhena dan juga sahabat kecil Nadine,

"Tapi kenapa caranya seperti ini, aku hampir mati serangan jantung saat mendengar Devano demam." Nadine menangis karena ternyata telepon itu hanya sebuah tipuan dari orang-orang yang menyayanginya.

"Kami minta maaf Nad, kami hanya ingin kamu tahu kalau kami sayang kamu." sahut Dhena, seketika merasa bersalah karena membohongi Nadine. Tak hanya Dhena, Rayyan pun ikut merasa bersalah tak enak hati harus melihat nadine menangis dihadapannya.

"Sekarang Devano dimana?" Tanya Nadine.

"Dia ada dikamarnya sedang tidur."Jawab Rayyan. Setelah mengetahui keberadaan Devano, Nadine bangkit dan berjalan menuju kamar devano.

"Kamu mau kemana Nad?" Tanya Dhena dan Rayyan,

"Aku mau kekamar Devano, aku mau memastikan kalau dia baik-baik saja." Jawab Nadine.

"Tapi Nad, dikamar devano ada." ucapan Rayyan dibungkam oleh Dhena kekasihnya, tanpa rasa curiga nadine terus melangkahkan kakinya dimana kamar Devano berada.

Nadine pun perlahan membuka pintu kamar Devano, ruangan nya gelap, terlihat samar-samar wajah devano yang sudah tertidur lelap. Nadine masuk tanpa menutup pintu, ia hanya ingin memastikan kondisi devano yang sudah di anggap seperti adik sendiri.

"Syukurlah, kamu ternyata tidak demam. tidur yang nyenyak yang sayang." perasan Nadine menjadi tenang setelah mencium kening Devano, namun tiba-tiba terdengar suara bariton seroang pria yang mengejutkannya.

"Sedang apa kau?" Tanyanya, saat berada tepat dibelakang tubuh Nadine, sontak saja gadis itu memutarkan tubunya namun tindakannya itu justru malah membuat kepalanya menabrak dada bidang pria tersebut.

"Mas Dhanil?" ucapnya menyebut nama pria tersebut.

"Maaf mas, aku tidak tahu kalau mas sudah datang dari singapore. aku hanya ingin memastikan kondisi Devano, karena aku mendapatkan telepon dari Dhena kalau devano demam."Ungkapnya. Nadine merasa sangat malu sekali, karena harus berpapasan dengan cara seperti ini.

Namun Dhanil hanya diam saja, ia tidak membalas ucapan Nadine. tentu saja semakin membuat suasana terasa canggung. Nadine memundurkan tubuhnya secara perlahan sambil berkata :

"Kalau begitu aku permisi Mas."  Tapi langkah nya tertahan, dengan cepat tangan Dhanil menggenggam erat lengan Nadine, pria itu menarik tubuh nadine untuk keluar dari kamar devano, dan membawanya kesuatu tempat. .

Setelah tiba ditaman samping rumah Dhanil, pria itu melepaskan tangan Nadine. Gadis itu merasakan lengan kanannya terasa begitu sakit, akibat cengkraman Dhanil yang begitu kuat.

"Aku tidak suka dengan cara mu memperlakukan anak ku Devano. Apa kamu tidak merasa bahwa sikap mu sudah berlebihan." ucap Dhanil. Nadine hanya terdiam menunduk sambil mengelus-elus tangannya.

"Devano bukan anak mu, devano tidak ada hubungan darah dengan mu, kenapa kau dengan mudah nya masuk kedalam kamar kemudian menciumnya." jelas, ucapan Dhanil sungguh menyakitkan bagi nadine. Tapi sebagai orang tua, ia pun akan menunjukan ketidaksukaannya jika ada seseorang yang tiba-tiba masuk kedlaam kamar anaknya kemudian menciumnya.

"Aku minta maaf Mas Dhanil, aku tidak ada niatan apapun pada Devano. Aku menyayanginya tulus seperti adik ku sendiri. karena aku pernah kehilangan adik laki-laki saat seusia Devano. Sungguh aku tidak ada niat untuk menyakitinya." Jelas Nadine.

"Papah..." panggil Devano setelah meyaksikan apa yang sudah terjadi.

"Devano, kemarin sayang." pinta sang Ayah. namun devano menolak ia memilih untuk memeluk tubuh Nadine dan berkata.

"Kenapa Papah memarahi tante Nadine, apa yang sudah tante nadine lakukan sampai papah semarah itu?' ujarnya.

"Enggak Devano, Papah enggak marahin tante kok." ucap Nadine.

"Tapi kenapa papah kasar sama tante." jawab devano. Nadine diam ia tidak bisa berbohong lagi dihadapan anak kecil itu.

"Pah, sejak papah memutuskan untuk meninggalkan ku dengan tante Dhena. aku sangat sedih. Tapi bahagia kalau ada tante Nadine, kesedihan ku hilang, devano merasa sangat senang saat ada tante nadine. papah jangan marahin tante nadine ya, aku sangat menyayanginya." ungkap devano anak laki-laki berusia 6 tahun yang harus merasakan pahitnya kehilangan kasih sayang kedua orang tua.

Bukan maksud Dhanil memarahi Nadine, pria itu hanya tidak ingin wanita itu dekat-dekat dengan anaknya, karena akan sangat menyakitkan baginya jika sampai Devano merasa nyaman dengan nadine, dan berharap lebih dari gadis lugu itu. Dhanil sudah cukup mengenal Nadine, baginya nadine seorang gadia yang luar biasa, ia sangat baik, bahkan ia rela membagi waktunya hanya untuk mengurus Devano yang sedang sakit.

Tidak dapat dipungkiri jika Dhanil sudah lama memendam rasa pada Nadine, gadis yang dulu diperkenalkan oleh adiknya Dhena, kini tumbuh menjadi seorang wanita cantik dan juga penyayang. bahkan tidak segan nadine memberikan perhatian pada Dhanil, walau nadine sudah berterus terang jika ia hanya menganggap Dhanil hanya sebagai kakaknya. Kakak dari sahabatnya yang sangat ia hormati.

Pernah suatu ketika Dhanil sakit dan Nadine lah yang menjaganya, karena dhena menolak untuk menjaga sang kakak yang saat itu sedang membutuhkan seseorang disampingnya. Devano pun saat itu masih sangat kecil dan  dititipkan oleh seorang pengasuh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!